Ke-dermawan-an Pada Masa Paceklik Dampak CoViD-19

Berkurban Galang Ke-setiakawan-an Sosial

Oleh :
Yunus Supanto
Wartawan senior, penggiat dakwah sosial politik

“Maka dia (nabi Ibrahim a.s.), merasa takut (karena hidangannya tidak disantap oleh tamunya, malaikat yang menyamar sebagai manusia). “Jangalah kamu takut,” dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (nabi Ishaq).”

Sejarah bakal lahirnya nabi Ishaq a.s., di-dokumentasi-kan dalam Al-Quran surat Adz-Dzuriyat ayat 24 hingga 30 (QS: 24-30). Nabi Ibrahim a.s., salahsatu Rasul Allah bergelar khalilullah (kekasih Allah). Sekaligus sebagai tokoh kesohor penasihat raja-raja), namun belum memiliki keturunan. Padahal ketika itu istrinya (Siti Sarah), juga sudah tua, dan diperkirakan mandul. Sehingga dimintanya nabi Ibrahim a.s., menikah lagi, agar memiliki keturunan. Nabi Ibrahim a.s., menikah lagi dengan Siti Hajar, dan memiliki seorang putra, Ismail. Kelak juga menjadi nabi utusan Allah.

Menghindari kecemburuan (berujung keretakan rumahtangga) nabi Ibrahim a.s., “meng-ungsikan” Siti Hajar beserta bayinya ke dekat baitullah. Ka’bah ketika itu hanya berupa gundukan batu, bagai petilasan area ritual memuja Allah. Dibangun pertama kali oleh nabi Adam a.s. Berdasar tarikh Nabi dan Rasul Allah, nabi Ibrahim a.s., adalah keturunan ke-18 nabi Adam a.s. Diperkirakan hidup pada masa tahun 1997-1822 SM (Sebelum Masehi), usianya mencapai 175 tahun.

Pada trah Nabi dan Rasul, Nabi Ibrahim a.s., keturunan ke-5 nabi Idris a.s.(4533 – 4188 SM), dan keturunan ke-7 nabi Nuh a.s (3993-3043 SM). Dilahirkan di selatan Babylonia (Irak), bersepupu (dan se-zaman) dengan nabi Luth a.s. Nabi Ibrahim a.s., memiliki keturunan sebanyak 13 orang, termasuk nabi Ismail a.s., dan nabi Ishak a.s,. Juga menurunkan cucu, buyut, dan cicit, yang tercatat sebagai nabi dan Rasul Allah. Antara lain, nabi Ya’qub a.s. (cucu), nabi Yusuf a.s. (cicit), nabi Syu’aib a.s. (keturunan ke-5). Serta yang tidak tercatat sebagai Rasul Allah.

Serta percabangan trah bani Israil keturunan dari cucu-cucu, antara lain, nabi Musa a.s., dan nabi Harun a.s. (keturunan ke-6), nabi Daud a.s. (keturunan ke-11). Pada akhir zaman cucu cicitnya menurunkan Isa al-masih (keturunan ke-29 dari trah nabi Ishaq a.s.). Serta nabi Muhammad SAW (keturunan ke-30 dari trah nabi Ismail a.s.). Sehingga nabi Ibrahim a.s. disebut sebagai “hulu” agama-agama yang mengajarkan Ke-tuhan-an, dan kebajikan. Pada masa kini sedang ditelaah kaitan dengan agama-agama yang berkembang di luar Timur Tengah.

Hikmah Kerja Keras

Nabi Ibrahim a.s., dikenal sebagai salahsatu Rasul Allah yang memiliki ke-cakap-an beternak. Juga memiliki pekerja (pengurus ternak) yang sekaligus bagai “pasukan” tentara yang terlatih melintas gurun. Hartanya yang berupa hewan dijadikan bekal berkelana dakwah, melintas berbagai negara, dari Irak, Lebanon, Yordan, Syria, Palestina, sampai Makkah (dulu bernama Bakkah). Ke-gemar-annya yang kesohor, adalah perjamuan makan bersama setiap orang, dengan menu gizi tinggi (daging hewan). Tiada hari tanpa berkurban hewan ternak.

Cerita kesohor ditulis oleh imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin, berkait dengan Al-Quran surat Adz-Dzuriyah ayat 24-30. Bahwa nabi Ibrahim a.s., pernah “ditegur” Allah SWT, karena membedakan manusia berdasar keyakinan (agama). Yakni, menolak memberi seporsi makanan pada penganut majuzi (penyembah api). Teguran (wahyu) Allah itu berbunyi, “Hai Ibrahim, selama 70 tahun Aku memberinya makan dalam kekufurannya, sedangkan kau? Apa ruginya bagimu memberinya makan hanya semalam ini saja?”

Nabi Ibrahim a.s. tersadar, dan bersusah-payah mencari penganut majusi diminta kembali untuk makan bersama. Sembari menceritakan “teguran” (wahyu) Allah. Karena takjub dengan “kebaikan” Tuhan-nya nabi Ibrahim, penganut majusi menyatakan turut dalam ajaran agama nabi Ibrahim a.s. Maka sejak itu perjamuannya semakin banyak diikuti setiap orang, tanpa memandang warna kulit, bahasa, dan keyakinan (agama). Dakwah kebajikan makin diminati seluruh lapisan, termasuk kafilah (rombongan) dagang internasional.

Ke-dermawan-an nabi Ibrahim a.s., berpuncak pada setiap tanggal 10 bulan Dzul-hijjah. Secara spesial setiap tahun, diselenggarakan penyembelihan hewan kurban dalam jumlah sangat banyak. Pada puncak kekayaannya, keluarga nabi Ibrahim a.s. menyembelih 1000 onta dan lembu plus 3000 domba. Saat ini kira-kira senilai minimal Rp 29 milyar)! Kedermawanan ini tercatat menjadi pelajaran kesetiakawanan sosial global. Juga belum tertandingi, oleh Raja Arab Saudi sekalipun.

Ke-setia kawan-an sosial yang dibangun melalui ajaran agama nab Ibrahim a.s., berbasis pada ke-setia-an pada lingkup rumahtangga (keluarga). Istrinya (Siti Hajar), dan anaknya (nabi Ismail a.s.) telah menunjukkan kesetiaan dan ke-taat-an kepada Allah. Puncak kesabaran tiada tara, ketika ditinggalkan di lembah sangat tandus, tiada pohon, tiada tetangga. Hanya ke-taat-an dan keyakinan, bahwa nabi Ibrahim a.s., tidak bermaksud menelantarkan istri beserta bayinya. Namun uji (puncak) kesabaran itu tidak cuma-cuma, karena segera “terbayar lunas” dengan berkah yang tiada tara pula.

Tak lama setelah Siti Hajar mondar-mandir dari bukit Shafa ke bukit Marwah, dilihatnya genangan air di kaki (bayi (nabi Ismail a.s.). Itulah sumber air zam-zam, satu-satunya di tengah padang tandus. Zam-zam terus mengalir, menjadi telaga. Hingga Siti Hajar sendiri yang menggali tanah menjadi sumur dangkal. Setiap kafilah dagang yang melintas Makkah, meminta air, mengisi perbekalan minum (juga minum onta), dengan imbalan sukarela. Terkumpul banyak uang, Siti Hajar mampu membayar penggalian sumber zam-zam lebih dalam, lebih lebar.

Ke-dermawan-an Sosial

Sumur zam-zam makin terkenal, bagai SPUB (pengisian bahan bakar) sekaligus menjadi rest area satu-satunya. Siti Hajar, menjadi perempuan pertama di dunia yang kaya-raya, hasil kerja keras sendiri, serta hikmah puncak kesabaran dan ke-taat-an. Makkah menjadi kota kecil dengan beberapa bangunan rumah peristirahatan, dan perlindungan cuaca. Tak beda dengan fungsi hotel. Seluruhnya aset kekayaan milik Siti Hajar bersama putranya (remaja nabi Ismail a.s.).

Ka-masyhur-an zam-zam, dan pemiliknya yang dermawan (Siti Hajar, dan nabi Ismail a.s.) terdengar sampai di seluruh jazirah Arab. Hingga terdengar oleh nabi Ibrahim a.s., di negeri Syam (kini kota Damaskus), dan segera menengok keluarganya. Pertemuan kembali keluarga nabi Ibrahim a.s., di-dokumentasi-kan dalam Al-Quran, sekaligus sebagai awal dimulai ibadah haji, dan penyembelihan ternak sebagai hewan kurban. Siti Hajar yang kaya-raya, selalu menyembelih hewan ternak untuk perjamuan umum.

Ke-dermawan-an sosial saat ini (pada masa wabah pandemi virus corona), sangat dibutuhkan. Tidak mudah hidup dalam kekang-an PSBB. Diam di rumah sekeluarga selama 12 pekan, bukan hal mudah. Bahkan bisa mengubah psikologis setiap orang maupun kelompok. Lebih lagi, PSBB nyata-nyata menyebabkan banyak masyarakat kehilangan nafkah. Terutama sektor informal, dan pekerja harian. Banyak keluarga benar-benar menjadi miskin (semula tidak miskin), dan kemiskinan makin dalam. Sangat sedikit masyarakat yang “bisa bekerja dari rumah.”

Sekitar 2,5 juta orang yang menjadi pengangguran. Mustahil menyandarkan hidup pada bantuan sosial (Bansos). Walau pemerintah (dan daerah) mencanangkan tujuh lapis Bansos. APBN menyediakan anggaran sebesar Rp 110 trilyun. Anggaran digunakan menambah cakupan penerima PKH (Program Keluarga Harapan) menjadi 10 juta keluarga. Nominal bantuan PKH ditambah menjadi 25%. Serta “Kartu Sembako” kepada 20 juta keluarga, masing-masing dengan nilai Rp 200 ribu per-keluarga.

Program bantuan sosial (Bansos) oleh pemerintah, harus diakui, masih menimbulkan ke-gaduh-an. Karena tidak seluruh data yang berbasis RT (Rukun Tetangga), dan Rukun Warga (RW), bisa direalisasi. Menimbulkan kecemburuan. Maka Bansos oleh kelompok masyarakat se-lingkungan lebih dibutuhkan. Sehingga aksi penyembelihan hewan ternak kurban bisa menjadi pengharapan asas pemerataan. Distribusi daging hewan kurban bermakna strategis sebagai pemenuhan gizi utama. Pada masa wabah pandemi, pemenuhan gizi menjadi prasyarat ketahanan kesehatan.

Tujuan berkurban penyembelihan hewan ternak (dan haji), mengukuhkan prasetya (sumpah) meng-hamba kepada Ilahi. Sekaligus kesetiaan antar-anggota rumahtangga. Lazimnya mampu “me-revolusi” mental setiap muslim. Tercermin dalam perilaku, seperti keluarga nabi Ibrahim a.s. Yakni, dermawan terhadap tetangga. Serta mengukuhkan kesetiaan (saling percaya) dalam keluarga, membentuk rumahtangga keluarga sakinah (tenteram).

——— 000 ———

Tags: