Kebun Percobaan Banjarsari Kembangkan Anggur Prabu Bestari

Kebun percobaan anggur Prabu Bestari di Banjarsari Probolinggo. Budidaya anggur di Probolinggo ini diharapkan bisa mengurangi impor yang jumlahnya cukup banyak. [wiwit agus pribadi]

Upaya Mengurangi Impor Anggur di Probolinggo
Kab Probolinggo, Bhirawa
Saat ini tanaman anggur banyak dibudidayakan di Indonesia. Banyaknya peminat buah asal eropa dan Asia Tengah itu menyebabkan negara-negara lain di dunia ingin membudidayakannya. Tak terkecuali Indonesia. Salah satu varietas anggur andalan Indonesia ada di Kabupaten Probolinggo. Tanaman berbuah besar dan manis itu diberi nama anggur Prabu Bestari.
Tak sedikit penelitian yang menyebutkan bahwasanya anggur memiliki banyak manfaat, terutama bagi kesehatan. Salah satunya mampu menyehatkan jantung, karena kandungan flavonoid, resveratrol, dan folipenolat. Selain bisa meningkatkan fungsi jantung, mengonsumsi anggur juga bisa mencegah pembesaran hati dan ginjal, serta mengurangi kerusakan oksidatif pada jantung dan ginjal.
Menurut seorang peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropik (Balitjestro) Dina Mariana, meskipun sudah dibudidayakan di Indonesia, justru lebih mudah menjumpai anggur impor. Baik di supermarket, pasar tradisional, maupun toko dan kios buah di sepanjang jalan. Mulai dari yang berwarna merah, hijau, maupun ungu. Harganya antara Rp30.000 hingga Rp60.000 per kilogram, katanya.
Sementara anggur produksi dalam negeri memiliki harga yang lebih murah, yakni antara Rp15.000 hingga Rp25.000 per kilogram. Sebab, belum banyak anggur hasil perkebunan dalam negeri yang bisa menyaingi kualitas anggur impor. Indonesia sebenarnya punya koleksi puluhan jenis anggur, baik untuk buah segar, wine, maupun kismis. Salah satu koleksi anggur terbaik itu ada di Banjarsari, Kabupaten Probolinggo.
“Pengembangan anggur di Probolinggo disebut sangat strategis. Mulai dari sumber bibit, kondisi alam, hingga pasar penjualan. Anggur yang dihasilkan dari kebun di Probolinggo bisa menjadi subtitusi anggur impor,” ujar Dina Mariana.
Sebagai negara tropis, lanjut Dina Mariana, Indonesia memiliki kelebihan sekaligus juga kekurangan dalam hal pembudidayaan tanaman anggur. Di Indonesia, anggur bisa dipanen hampir tiga kali, bahkan bisa diatur sepanjang tahun. Sementara di kawasan subtropis, hanya bisa dipanen sekali dalam setahun. Meski demikian, produktivitas anggur di kawasan subtropis lebih optimal, yakni bisa mencapai 20 ton per hektar per tahun. Sementara di Indonesia, produktivitas anggur hanya setengahnya.
“Dilihat dari potensi Indonesia, produktivitas anggur bisa semakin meningkat dengan pemberdayaan varietas unggul. Anggur Prabu Bestari merupakan varietas yang baik ditanam, karena memiliki buah yang besar dan rasa manis. Melalui pembudidayaan varietas ini, produktivitas tanaman anggur di Indoesia akan meningkat. Sehingga diharapkan dapat mengurangi impor anggur dari negara lain,” katanya.
Anggur Prabu Bestari, jelas Dina Mariana, adalah anggur introduksi dari Australia yang bernama asli Red Prince. Pada 1986, Ir Darmawan membawa bibit Red Price dari Australia untuk ditanam di Desa Banjarsari, Probolinggo. Berikutnya pada 1991, Kebun Percobaan Banjarsari mengambil bibit Red Prince dari Ir Darmawan.
Tanaman tersebut kemudian menjadi sumber bibit yang ditanam di petak-petak percobaan Kebun Percobaan Banjarsari. Bibit anggur itu tersebar luas di daerah Probolinggo serta beberapa daerah lain. Selanjutnya, pada Desember 2006 varietas anggur itu resmi diberi nama Prabu Bestari.
“Tandan buah anggur Prabu Bestari berukuran medium dengan berat per tandan buah 250-660gr, terdiri dari kumpulan buah berbentuk bundar agak lonjong yang sangat rapat. Buah perbutirnya berukuran medium dengan tinggi 17-29 mm dan diameter 9,4-24,5 mm,” ungkap Dina Mariana.
Kulit buah anggur Prabu Bestari yang masih muda berwarna hijau. Sementara bila sudah matang berwarna merah gelap dengan daging buah krem transparan. Tiap buah berisi 1-3 biji anggur yang warnanya coklat kehitaman.
Anggur Prabu Bestari lebih sesuai ditanam pada dataran rendah dengan jenis tanah alluvial. Varietas ini dapat ditanam dan berproduksi dengan baik sampai dengan ketinggian 300 mdpl. Kelebihan anggur Prabu Bestari yakni lebatnya buah di musim panen. Per pohon bisa menghasilkan 10-30 kg anggur. Selain itu, tingkat pecah buah anggur ini relatif rendah.
Anggur Prabu Bestari memiliki keunggulan pada dompolan buah yang sangat rapat dengan bentuk buah bundar agak lonjong dengan warna merah. Kulit buah yang berwarna merah ini mempunyai potensi kandungan resveratrol yang mencapai 1,5-3 mg/liter.
“Zat resveratrol sendiri berfungsi mencegah penggumpalan darah, obat kanker, serta mencegah penyakit jantung. Berdasarkan analisis kimia buah, anggur Prabu Bestari mempunyai kandungan gula: 20o Brix, kandungan asam:1,9%, kandungan vitamin C: 23,23 mg/100g, dan kadar jus: 47,77%. Kadar jus yang tinggi menjadikan anggur Prabu Bestari cocok diolah menjadi jus buah,” tandas Dina Mariana.
Musim panen anggur di Kebun Percobaan (KP) Banjarsari telah tiba. KP Banjarsari adalah KP Balitjestro yang khusus untuk mengelola plasma nutfah anggur (utama) dan ada pula plasma nutfah jeruk dataran rendah dan lengkeng. Luas KP Banjarsari lebih dari 4 hektar. Beberapa varietas sudah mulai matang optimal dan harus segera dipetik.
Kesempatan ini dimanfaatkan banyak pihak untuk melakukan kunjungan ke KP Banjarsari. Rombongan pelajar pun (terutama di daerah Probolinggo) beberapa kali memanfaatkan momen ini untuk pengenalan budidaya anggur dan pascapanennya, misalnya olahan untuk sari buah anggur dan sirup anggur.
Rombongan Dharma Wanita Balitjetro pada Minggu, 16 November 2014 memanfaatkan momen ini untuk silaturrahim. Selama 3 tahun ini belum pernah ada momen bersama antara ibu-ibu dharma wanita yang ada di Tlekung (kantor Balitjestro) dan Ibu-ibu darma wanita di KP Banjarsari. Tentunya anggur yang bergelantungan sangat menarik hati sehingga kesempatan ini digunakan untuk berfoto, ungkapnya.
Selain untuk mengelola koleksi plasma nutfah, KP Banjarsari juga mempunyai target PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Oleh karena itu, ibu-ibu darma wanita yang akan membawa oleh-oleh dipersilahkan membelinya. Ada 3 varietas anggur yang bisa dibeli yaitu BS 85/Cardinal (Probolinggo Super), BS 88/Belgi (Kediri Kuning) dan BS 60/MS27-3 (Jestro Ag60), paparnya.
“Permasalahan yang sering timbul bagi pihak yang mengembangkan anggur dalam skala besar yaitu ketika panen, tidak semua buah anggur habis terserap pasar. Hal ini pernah dialami PTPN XII yang di musim awal panennya kesulitan memasarkan produknya. Padahal anggur impor membanjir di supermarket bahkan sampai pedagang kaki lima,” jelas Dina Mariana.
Anggur Indonesia tentunya punya banyak kelebihan yaitu lebih segar dan unsur pestisida maupun pengawet lebih terkontrol. Jaringan pemasaran inilah yang perlu mulai dibuat oleh pihak-pihak yang peduli kemajuan anggur di Indonesia sehingga harga buah anggur selain terjangkau bagi konsumen (dan pasokannya terjamin), juga harus mampu mensejahterakan petani yang menanamnya,” jelasnya. [wiwit agus pribadi]

Tags: