Kejuaraan Diksun Mama, Pemenang Wajib Implementasikan Inovasi Secara Mandiri

MTs Negeri 1 Kota Probolinggo juarai Diksun mama. [wiwit agus pribadi]

Probolinggo, Bhirawa
Setelah melewati proses penjurian ketat, lahirlah juara Lomba Detektif Kecil Memantau Bersama (Diksun Mama) Kota Probolinggo Tahun 2020. Kini, pemenang lomba gelaran Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo diharuskan mengimplementasikan inovasi secara mandiri.
Lomba ini memasuki puncaknya setelah mengumumkan nama-nama pemenang beberapa waktu lalu. Untuk tingkat SD/MI, terbaik 1-4 dimenangkan oleh SDIT Permata, MI Muhammadiyah 1, SDN Sukoharjo 1, dan SDN Kademangan 4.
Di tingkat SMP/MTs, ada MTsN, SMPN 5, SMPN 8, dan SMPN 10. Sementara itu, terbaik 1, 2, dan 3 tingkat SMA/SMK/MA diraih oleh SMKN 2, SMAN 2, dan MA Riyadlus Sholihin.
“Lomba Diksun Mama ini rutin kami gelar setiap tahun sejak 2014. Harapannya, generasi penerus mulai tingkat SD, SMP, hingga SMA di Kota Probolinggo, memiliki wawasan dan pemahaman yang kuat tentang pengelolaan lingkungan, khususnya kelestarian sungai,” ujar Kepala DLH Kota Probolinggo Rachma Deta Antariksa, Senin (29/6).
DLH juga akan terus memberikan pendampingan. Para pemenang lomba ini juga harus mampu menerapkan inovasinya secara mandiri. “Inovasinya diimplementasikan secara mandiri. Kemudian, menularkan ke sekolah-sekolah lainnya, sehingga ada dampak positif terhadap lingkungan sekitar,” ujarnya.
Sekretaris DLH Kota Probolinggo Retno Wandansari mengapresiasi ragam inovasi yang digagas pemenang Lomba Diksun Mama. “Mulai dari menanam pohon di sepanjang bantaran sungai, mendesain saringan untuk sungai, hingga membuat video Vlog edukasi pentingnya melestarikan sungai. Semuanya bagus-bagus,” katanya.
Terlebih, kata Retno, edukasi melalui Vlog di tengah pandemi Covid-19, sangat pas. Serta, cocok sebagai salah satu media informasi bagi masyarakat agar semakin sadar dan paham pentingnya menjaga lingkungan.
Dengan implementasi inovasi secara mandiri, setiap pemenang bisa fokus pada salah satu sungai yang menjadi pilot project-nya. Menurutnya, ada tiga sungai di Kota Probolinggo yang bisa dijadikan sasaran penerapan inovasi. Di antaranya, Sungai Legundi, Sungai Kasbah, dan Sungai Umbul.
“Tentu saja keberhasilan inovasi ini akan memberikan dampak positif pada nilai rapor bagi Kota Probolinggo. Salah satunya dari nilai indeks lingkungan hidup melalui indeks kualitas air. Dengan terjaganya kualitas air sungai di Kota Probolinggo, akan menjadi nilai tambah dari kualitas lingkungan hidup di Kota Probolinggo,” tutur Retno.
Sejak 2014, UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo, konsisten mencetak kader-kader muda, agar memiliki kemampuan menganalisa kualitas air sungai dan kesehatan habitat sungai secara biologis. Melalui kegiatan Detektif Kecil Sungai Memantau Bersama (Diksun Mama).
Bukan hanya sungai di Kota Probolinggo, sungai di sekitar Kota Probolinggo, juga kerap menjadi sasaran pemantauan. Salah satunya, UPTD Laboratorium Lingkungan Kota Probolinggo, mengajak kader Diksun Mama memantau kondisi sungai di Desa Sentul, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo.
Usai sosialisasi, praktik pemantauan kualitas air sungai ditandai dengan penyerahan bantuan peralatan bagi peserta Lomba Diksun Mama oleh Sekretaris DLH Kota Probolinggo, Retno Wandansari. Ratusan pelajar dari 30 sekolah mulai tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA Kota Probolinggo, itu tampak antusias mengikutinya.
Saat itu, setiap sekolah diwakili tiga pelajar dengan seorang guru pendamping. Kegiatan ini diselengarakan UPTD Laboratorium Lingkungan DLH Kota Probolinggo, sebagai kegiatan pralomba atau pembekalan sebelum seluruh peserta berkompetisi dalam Lomba Diksun Tahun 2020.
Kegiatan diawali dengan sosialiasasi pemantauan kualitas air sungai dengan metode Bioasessment oleh DLH kota Probolinggo. Usai sosialisasi, para kader Diksun langsung mempraktikkannya dengan memantau kualitas air Sungai Pancarglagas. Berbagai cara dilakukan Pemkot Probolinggo untuk meningkatkan partisipasi masyarakat agar perduli terhadap lingkungan, serta menjadikan sungai tetap bersih dan indah.
“Salah satunya dengan mencetak kader lingkungan Diksun. Selanjutnya, detektif kecil sungai inilah yang akan ikut andil mengingatkan keluarga, teman, saudara, atau mungkin tetangga-tetangganya untuk ikut membantu pemerintah agar jangan ada lagi yang membuang sampah di sungai,” jelasnya.
Ratusan pelajar tingkat SD/MI, SMP/MTs, hingga SMA/SMK/MA se-Kota Probolinggo memantau kualitas air Sungai Pancarglagas, Desa Sentul, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo. Retno mengatakan, memilih Sungai Pancarglagas sebagai lokasi pemantauan kualitas air sungai sebelum peserta mengikuti Lomba Diksun, karena pemandangannya indah dan lingkungan sungai masih bagus.
“Kami pilih lokasi tersebut biar adik-adik bisa membandingkan. Karena, kan memang ekosistem di sini tidak sama dengan ekosistem sungai-sungai di Kota Probolinggo. Sementara, kalau pemantauan sungai-sungai di Kota Probolinggo, sendiri sudah sering,” tandasnya didampingi Kepala UPTD Laboratorium Lingkungan Kota Probolinggo, Sri Wulandari, S.E., M.M.
Di Sungai Pancarglagas, kata Retno, pihaknya membandingkan melalui metode bioassessment. Biota apa saja yang diwakili ekosistem seperti ini dengan air sungai yang deras dan lingkungan yang bersih. Sehingga, peserta tahu bedanya dengan biota-biota di sungai Kota Probolinggo. Sri Wulandari menambahkan, dengan metode bioassessment system scoring, siswa diharapkan dapat memantau kualitas air sungai secara mandiri.
Dalam Lomba Diksun kali ini, setiap peserta harus mendokumentasikan pemantauannya dalam format video yang dikemas dalam bentuk vlog. Selain konten harus menarik, vlog setiap peserta atau sekolah juga diharapkan mampu menampilkan kreativitas masing-masing, tambahnya. [wap]

Tags: