Kekeringan di Bondowoso, DPR RI akan Turun Langsung bila Tak Lekas Teratasi

Tampak salah seorang warga Desa Botolinggo saat menaruh dirigen di pinggir jalan, menunggu pengiriman air bersih dari BPBD Bondowoso. (Dokumen.Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
Saat musim kemarau tiba, sejumlah titik di Desa/Kecamatan Botolinggo, Bondowoso, Jawa Timur dipastikan mengalami kekeringan. Secara otomatis warga Desa setempat sangat kekurangan akan air bersih. Bahkan beberapa warga harus minum air hujan, yang ditampung saat musim penghujan.

Adapun data dari desa setempat. Sedikitnya ada empat dusun yang mengalami kekeringan parah. Yakni dusun Cemper, Kedawung Timur, Kedawung Tengah dan Kedawung Barat.

Selama musim kemarau, warga hanya mengandalkan kiriman air dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Bondowoso. Itu pun belum mencukupi. Sementara untuk di dusun Cemper Desa Botolinggo sendiri ada sumber mata air, namun debitnya kecil.

Dengan berupaya, warga menaikkan air sungai dengan menggunakan mesin. Namun upaya yang dilakukan ditemui dengan sebuah kendala, yang mana mereka harus rebutan dengan sebuah perusahaan. Dimana selama ini, air sungai tersebut digunakan untuk mengairi kebun sengon oleh sebuah perusahaan tersebut.

Akan hal tersebut, DPR RI fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Ir. H. M. Nasim Khan mengaku jika dirinya mendapatkan beberapa aspirasi dari masyarakat Kabupaten Bondowoso utamanya warga Desa Botolinggo Dusun Cemper yang mengalami kekeringan atau sulit akan kebutuhan air bersih.

Menurutnya, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait. Bahkan dia pun mengaku akan turun langsung kepada warga Dusun Cemper itu bilamana masalah tersebut tidak cepat teratasi.

“Dan kalau perlu saya akan melakukan kunjungan resmi, untuk daerah Botolinggo bila sampai hal ini belum terselesaikan,”katanya saat dikonfirmasi melalui telepon seluler, Minggu (23/8).

Nasim Khan mengaku, adapun aspirasi yang diterimanya itu diantaranya, minimnya sumber mata air, tidak adanya pompa air di Desa tersebut. Dan juga karena ada sebuah permasalahan antara warga Dusun Cemper Botolinggo dengan salah satu perusahaan, yaitu PT BSI. Yang mana di Desa Botolinggo itu PT BSI sendiri bergerak dalam penanaman pohon sengon dan melakukan pengeboran air bersih untuk mengairi lahan pohon sengon tersebut. Dari hal itu warga setempat berebut untuk mendapatkan air bersih itu.

Nasim menjelaskan, jika pihaknya telah menyampaikan permasalahan tersebut kepada DPRD Bondowoso untuk segera melakukan langkah-langkah untuk memecahkan apa yang dialami warga Dusun Cemper Desa Botolinggo itu.

Tak hanya itu, pihaknya pun telah menyampaikan hal itu kepada Pemerintah Kabupaten Bondowoso untuk membantu memfasilitasi serta menkroscek aspirasi yang diterimanya itu.

“Intinya, saya berharap masyarakat Kabupaten Bondowoso bisa hidup merasakan semua apa yang ada secara benar dan aturan. Karena kekayaan alam itu adalah secara Undang-undang juga milik masyarakat semuanya,”jelasnya.

Sesuai dengan Undang-undang kata dia, bila permasalahan itu benar-benar ada sangkut paut dengan PT BSI. Pihaknya meminta agar Perusahaan tersebut membantu melalui CSR.

“Sesuai dengan Undang-undang, itu mempunyai hak kewajiban CSR,”terangnya.

Dijelaskannya, CSR itu baik dengan membantu membuatkan pompa pengganti seandainya terjadi masalah bagi warga Desa Botolinggo Dusun Cemper Rt 30/Rw 11 itu.

“Karena itu memasuki wilayah daerah sekitarnya. Jadi dia (Red-PT BSI) punya kewajiban membuat CSR. Baik itu pompa, dan juga tidak boleh melarang sungai itu milik alam dan milik masyarakat itu. Untuk dibendung atau pun sampek dilarang. Karena saya denger-denger sampai dilarang untuk kesana, nah itu jangan terjadi,” tegasnya.

Sementara itu, berdasarkan keterangan dari salah seorang warga Dusun Cemper RT 30 RW 11, H Ahmad Baihaqi mengatakan, bahwa pihak perusahaan takut tak kebagian air. “Itu airnya untuk nyiram kayu,” katanya.

Pihaknya berharap, agar air tetap bisa dialirkan ke atas. Karena mereka butuh untuk minum dan mandi. Namun pihak perusahaan keberatan.

“Keberatan pada air di sungai. Di sana untuk nyiram kayu. Sementara di sini untuk minum. Bukan untuk nyiram kayu dan jagung, tapi untuk diminum kalau di sini,” paparnya.

Adapun yang keberatan adalah mandor kepercayaan perusahaan tersebut. “Ada satu orang kepercayaan perusahaan. Warga di bawah (berdekatan dengan sungai). Namanya Pak Feri,” imbuhnya.

Mereka berharap, pemeritah setempat mencarikan solusi mengatasi kekeringan agar warga Cemper bisa menikmati air bersih. Sementara itu, berdasarkan keterangan yang berhasil dihimpun, kemarau di Desa Botolinggo rata-rata selama 7 sampai 9 bulan. [san]

Tags: