Kemendikbud-Kemenag Monev Inovasi Sekolah

M Abduh dan Sekretaris Dindik Tirto Adi melihat langsung anak-anak mempraktekan cara penghitungan.

Sidoarjo, Bhirawa
Kabupaten Sidoarjo kali ini mendapat kehormatan dari Kemendikbud dan Kemenag RI. Karena beberapa sekolah dasar dan madrasahnya telah dilakukan monitoring dan evaluasi (Monev) secara langsung. Di antaranya SDN Ngampelsari, SDN Kludan, MI Darussalam dan MI Ma’arif semuanya kebetulan di wilayah Kecamatan Candi Sidoarjo.
Mereka yang melakukan pemantauan atau melakukan monitoring secara langsung mulai tanggal 6-8 Agustus 2019 diantaranya para pemangku pendidikan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, The Australian Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Kedutaan Besar Australia, baik ditingkat pusat, provinsi, dan kabupaten.
Kepala Puspendik, Balitbang, Kemendikbud M. Abduh Ph. D mengatakan kalau tujuan kegiatan monitoring bersama ini adalah agar para pemangku kepentingan dapat melihat dan memantau secara langsung, memberikan masukan, perbaikan, dan penguatan terhadap implementasi dan penyebarluasan hasil rintisan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) di Jawa Timur, khususnya di kabupaten yang dikunjungi.
Menurutnya, keempat sekolah tersebut, tim akan melihat implementasi rintisan program numerasi yang telah dilaksanakan sejak Agustus 2018 melalui penguatan Kelompok Kerja Guru (KKG) di Kecamatan Candi. Tim juga akan melihat kegiatan KKG madrasah yang berlangsung di MI Darussalam.
Usai melakukan Monev, M. Abduh mengatakan penerapan program INOVASI di Sidoarjo banyak hal yang sangat menggembirakan, karena proses peningkatan pembelajaran semua berjalan dengan baik. Para guru juga sudah menggunakan media-media pembelajaran sehingga anak-anak itu merasa sangat antusias untuk belajar. “Jadi proses pembelajaran yang selama ini berjalan konfensional, bisa berubah dan berkembang dengan baik. Para guru sudah menggunakan media-media yang sangat mudah didapat di sekitarnya,” jelas M. Abduh. Lanjutnya, dengan pola pembelajaran seperti ini bahwa program literiasi, numerasi bisa berjalan dengan baik. Jadi anak-anak selama ini diberikan pembelajaran yang konfensional, kali ini berjalan dengan kongrit. “Seperti penjumlahan, pengurangan bisa dilakukan secara langsung, diperagakan secara nyata, tidak tekstual seperti dulu, bahkan peragaan menentukan besar dan kecil ada disebelah mana, mereka bisa merasakan. Harapan kami, model seperti inilah yang sangat perlu dan terus bisa dikembangkan di sekolah-sekolah yang lain,” harapnya, kemarin(7/8).
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo Drs. Ec. Asrofi, MM, MH mengungkapkan, selama ini dunia pendidikan masih fokus pada capaian literasi Indonesia yang rendah.
“Padahal numerasi justru peringkatnya lebih rendah disanding dengan capaian literasi sehingga kami mendukung penerapan program numerasi di Kabupaten Sidoarjo,” terangnya. [ach]

Tags: