Ketum PP GP Ansor Didesak Minta Maaf

miftahul_ahyar-wahyuSurabaya, Bhirawa
Tudingan Ketua Umum PP GP Ansor, Nusron Wahid , bahwa para kyai sepuh Jawa Timur lupa sejarah dan mendukung Prabowo dalam Pilpres 2014,mendapat tanggapan keras dari petinggi NU Jatim.
Rais syuriyah PWNU Jatim, KH Miftachul Akhyar secara khusus menanggapi dengan cukup keras dengan menyebut pernyataan Yusron Wahid sebagai perilaku tak sopan dan tidak ta’dzim pada para kyai.
Sebelumnya ,Nusron Wahid menuduh para kiai sepuh sudah lupa akan sejarah dan perlu diingatkan oleh yang muda-muda. Pernyataan ini dilakukan Nusron saat acara Anshor di Surabaya yang menghadirkan Yusuf Kalla-salah satu Cawapres.
?
Lebih jauh Kyai Miftahul Akhyar yang pemangku Pondok Pesantren Miftahus Sunnah Surabaya,  menyatakan para kiai sepuh secara pribadi sebelum menjatuhkan pilihan mendukung pasangan Prabowo-Hatta di Pilpres itu melalui istikharah dan istisyarah terlebih dahulu.
Maka dari itu, lanjutnya adalah  sebuah musibah bagi NU, jika generasi penerus NU sudah tidak mau menghormati dan menurut pada ulama.  Padahal beliau-beliau itu adalah aset utama NU.?
“PBNU perlu turun tangan, atau sudah, namun juga digitukan maka kita ucapkan ‘Innaalillahi wa innaa ilaihi roojiiun’. Saya sangat menyayangkan, ” tegas Kiai Miftah, Selasa (24/5).
?
Menurut kiai Miftah, urusan bermasalah, yakinlah bahwa semua pasangan capres-cawapres memiliki masalah dan kelemahan. Karena yang tidak bermasalah itu hanya Pegadaian kata iklannya. Kendati demikian, NU memiliki pedoman
“Afaallahu ‘Ammaa Salaf”, asal tidak diulangi.
“Sebegitu banyak ulama sepuh dan pengasuh pesantren bersepakat tentu tidak main-main, ” tegas kiai kharismatik asal Surabaya.?
NU secara organisasi, lanjut kiai Miftah menjamin anggotanya termasuk perangkatnya bebas menentukan, tentunya yang bertanggung jawab (dunia -akhirat) dan cerdas, tidak menyeret atau menggunakan atribut NU.
“Ulama punya kewajiban memberi petunjuk pada umat tentang kemaslahatan serta menghimbau Nahdliyin menggunakan hak pilihnya. Jangan golput, ” terangnya.?
?Ia juga berharap semoga Pilpres yang  kurang ideal ini tidak menjadi sebab perpecahan bangsa Indonesia,  khususnya warga Nahdliyin. “Dan jangan mudah menvonis ini NU itu bukan NU sebelum bertabayyun.
Hal ini akan menafikan yang NU (kultural), padahal dia bisa lebih NU amaliyahnya. Demikian itu  bukanlah garis dakwah NU, ” tambah kiai Miftah?
Di singgung soal tudingan Nusron bahwa Capres Prabowo keNUannya meragukan?  Kembali kiai Miftachul Akhyar menegaskan bahwa Prabowo adalah orang Nahdliyyin tulen. Walaupun  tidak pernah menjadi pengurus di struktural, dan sejak lama mantan Pangkostrad itu dekat dan mengamalkan ajaran NU.?
“Prabowo itu NU sekali, tapi amaliyah. Meski tidak menjadi pengurus, dia sejak lama dekat dan ikut membesarkan NU. Kalau kemudian orang yang duduk di struktur tidak mengetahui hal ini, terus dia kerjanya apa. Saya heran kok mereka yang di pusat menafikan orang NU kultural seperti pak Prabowo,” ungkapnya.
Terpisah, Wakil Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU), KH Fathurrozi menuntut kepada Ketua Umum PP GP Ansor Nusron Wahid supaya meminta maaf terkait pernyataannya disejumlah media dan orasi politik saat kampanye terselubung di Surabaya pada 18 Juni lalu.
“Kami sebagai sama-sama santri NU yang berguru kepada kiai sepuh sangat menyesalkan ucapan saudara Nusron Wahid. Dia secara terbuka telah mencela sikap para kiai sepuh NU Jatim. Kami minta Nusron segera minta maaf,” tegas Gus Fahrur panggilan akrab KH Fathurrozi?
Pria yang juga pengasuh Pondok Pesantren An-Nur, Bululawang, Kabupaten Malang ini menjelaskan bahwa dalam kamus pesantren, ucapan Nusron dianggap sebagai Su’ul Adab (akhlak yang buruk) kepada kiai sepuh.
Padahal, menghormati guru dan orang tua merupakan prinsip dasar dalam dunia pesantren yang diajarkan melalui kitab Ta’lim Muta’alim?
“Seseorang kalau berbuat dosa karena syahwat itu masih diampuni seperti Nabi Adam yang melanggar perintah-Nya. Tapi kalau berbuat dosa karena kesombongan seperti Iblis melawan perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam, itu dosa yang tidak diampunkan,” ungkap Gus Fahrur.?
Menurut dia, kesombongan Nusron Wahid itu sangat berbahaya. Karena itu pihaknya mengingatkan kepada ketua umum PP GP Ansor supaya  jangan mengajarkan perilaku buruk kepada kader GP Ansor, karena GP Ansor dari dulu adalah benteng (pembela) ulama.
“Kami sangat menyesalkan. Silakan saudara Nusron membela Jokowi-JK, tapi jangan dengan cara menyinggung perasaan ulama Jatim. Itu pasti marah para santri, karena yang mendukung Prabowo bukanlah ulama sembarangan,” jelasnya.?
Kiai sepuh yang sudah menyatakan sikap mendukung Prabowo-Hatta diantaranya adalah Kiai Nawawi Abdul Jalil Ponpes Sidogiri, Kiai Zainuddin Jazuli Ponpes Ploso Kediri, Kiai Anwar Mansyur Ponpes Lirboyo Kediri, Kiai Miftachul Akhyar Rois Syuriah PWNU Jatim, KH Maemun Zubair Rembang, Kiai Anwar Iskandar Ponpes As-Saidiyah Jamsaren Kediri.?
“Nusron harus cepat minta maaf, itu karena tradisi NU untuk menghormati yang sepuh. Jangan hanya karena beda pilihan politik, terus mencela dan menghujat orang lain, apalagi kiai sepuh,” pungkas kiai yang akrab dengan Wagub Jatim,  Saifullah Yusuf ini. [cty]

Rate this article!
Tags: