Kiat Mendidik Anak saat Pandemi Covid-19

Salah seorang warga Kademangan, Kota Probolinggo saat mendidik anak belajar di rumah. [Wiwit Agus Pribadi]

Orang Tua-Guru harus Berkolaborasi, 69 Persen Wali Murid Setuju PTM
Probolinggo, Bhirawa
Hampir sebagian besar wali murid di Kota Probolinggo setuju diberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM). Hal ini berdasarkan hasil polling yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Probolinggo, terhadap respons wali murid untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Sebanyak 69 persen setuju dilakukan uji coba tatap muka. Sedangkan sisanya ada yang menolak dan abstain. Kiat mendidik anak saat pandemi, orang tua-guru harus berkolaborasi.
Adapun pengambilan polling dilakukan di 75 SD negeri dan 118 SD swasta serta 10 SMP negeri dan 18 SMP swasta. Hasil rinciannya, untuk jenjang SD ada sekitar 19.233 wali murid yang mengikuti polling. Jumlah yang setuju tatap muka sebanyak 13.262 wali murid (69 persen), sementara yang tidak setuju ada 5.971 (31 persen).
Sedangkan untuk SMP, ada 8.010 wali murid yang mengikuti polling. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.525 setuju untuk tatap muka (69 persen), dan sebanyak 2.485 yang tidak setuju atau sebanyak 31 persen.
“Hasil polling yang telah dilakukan beberapa waktu lalu kepada wali murid SD dan SMP sudah selesai dan telah kami laporkan kepada wali kota. Hasilnya, baik SD dan SMP menunjukkan persentase yang sama yaitu 69 persen setuju dilaksanakan pendidikan tatap muka,” ujar Moch Maskur, kepala Disdikbud Kota Probolinggo Rabu (2/9).
“Tujuan dilakukannya polling ini sesungguhnya ingin melihat sikap masyarakat terhadap pembelajaran tatap muka. Sudah kami sampaikan kepada wali kota untuk menjadi bahan pertimbangan,” tandasnya.
Meskipun sebagian besar wali murid setuju dengan dilakukannya pembelajaran tatap muka, belum dipastikan akan segera dilaksanakan. “Jika pun nanti dilakukan uji coba tatap muka, tentu tidak semua akan dilakukan. Misalnya di 1 kecamatan hanya 1 lembaga saja yang melakukan uji coba. Jadi tidak pasti, meskipun banyak yang menginginkan tatap muka,” terangnya.
Namun, sebelum kebijakan tersebut dilakukan, akan ada petugas dari Gugus Tugas Covid-19 yang akan melakukan persiapan untuk memastikan jika dilakukan pembelajaran tatap muka.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan polling kepada wali murid jenjang SD dan SMP pekan lalu. Polling ini untuk memastikan sikap wali murid jika dilaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka.
Menjadi orang tua dan guru di saat pandemi Covid-19, harus mampu mengelola emosi dan energi. Jika tidak, maka hubungan antara orang tua dengan anak, guru dengan siswa, akan banyak menemui kendala. Imbasnya, proses belajar mengajar juga akan terganggu.Walupun Polling sudah selesai, namun perlu itu yang harus dilakukan, tuturnya.
“Orang tua dan guru harus berkolaborasi. Guru di sekolah menyiapkan materi. Orang tua di rumah menyiapkan anak agar siap mengikuti proses belajar mengajar,” terang Lucia Aries, Kabid Perlindungan Perempuan dan Pengarusutamaan Hak Anak Dinsos PPPA Kota Probolinggo, Rabu (2/9) saat menjadi pemateri dalam acara Webinar Series O1 yang digelar Ikatan Guru Indonesia (IGI) Cabang Kota Probolinggo.
Dalam acara bertema “Menjaga Mood dan Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi” tersebut, diikuti oleh 1.022 guru TK hingga universitas dari Kota Probolinggo dan kota lain seluruh Indonesia. Pemateri lainnya adalah, Guru BK SMPN 1 Kota Madiun Eko Setyorini dan Konsultasn Psikologi dan CEO Biometric Indonesia Ganesya Widya.
Menurut Lucia, ketika orang tua punya masalah di rumah, maka harus diselesaikan dulu dan tidak dibawa saat mendampingi anak-anak. Demikian juga guru. Sebelum masuk kelas online atau offline, juga tidak membawa masalah dari rumah. “Selesaikan dulu, baru mendampingi dan bertemu anak-anak. Jika tidak, anak-anak yang terkena imbasnya. Karena, tidak bisa mengendalikan emosi,” jelasnya.
Orang tua dan guru juga harus paham kondisi psikologis anak. Antara orang dewasa dengan anak-anak memiliki fungsi saraf berbeda. Misalnya, anak-anak belum bisa mengelola emosi dengan baik. Suka menantang resiko dan berpikir jangka pendek. “Jangan disamakan dengan menghadapi orang dewasa, yang sudah bisa mengelola emosi,” terangnya.
Selain itu, kadang orang tua pasrah kepada sekolah untuk mendidik anaknya. Sekolah yang harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak. “Itu adalah pemahaman yang keliru. Tugas utama mendidik ada di orang tua. Sementara guru di sekolah hanya sebagai pendidik untuk melakukan transfer ilmu,” jelasnya.
Sementara Eko Setyorini memberi kiat meningkat motivasi belajar di era Pandemi Covid-19. Menurutnya, kondisi siswa saat ini adalah jenuh, bosan, dan mood gampang berubah. Sehingga, siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar.
“Selain memahami karakteristik siswa selama daring. Seorang guru bisa membuat kompetisi dan reward kepada siswa. Sehingga, mereka termotivasi untuk belajar dan memiliki karya selama pandemi,” jelasnya.
Selain itu, motivasi tidak hanya dilakukan oleh guru. Orang tua juga mempunyai tanggung jawab yang sama. Karena, selama daring, siswa banyak berkumpul dengan orang tua dibanding guru. “Keduanya harus sama-sama memberikan motivasi. Sehingga, dalam diri siswa timbul dorongan untk belajar lebih baik selama Pandemi,” tambahnya. [Wiwit Agus Pribadi]

Tags: