Kirimkan Pesan Perdamaian Melalui Nasi Bungkus

Kepala sekolah SMP Al Falah Ketintang Surabaya, Ustad Fajar Alam bersama dua siswa kelas 8 memakai gambar Capres Jokowi dan Prabawo saat menggelar sarapan bersama dengan seluruh siswa lainnya, di Lapangan sekolahnya. [trie diana]

Surabaya, Bhirawa
Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, SMP Al Falah Surabaya punya cara tersendiri untuk menjadikan perayaan itu lebih bermakna. Mengajak 300 siswa untuk membawa nasi bungkus dengan berbagai variasi menu yang sarat akan pesan dan harapan untuk Indonesia di masa depan.
Humas SMP Al Falah, Agus Farhani mengungkapkan untuk perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini pihaknya mengangkat tema tentang keberagaman Indonesia. Selain itu, pihaknya juga ingin menyampaikan harapan kedamaian bagi kedua calon presiden (capres).
“Dengan nasi bungkus yang dibawa anak-anak ini kan punya menu yang bermacam-macam. Menu itu kita gambarkan sebagai Indonesia yang juga terdiri dari macam-macam suku, agama, budaya dan RAS. Oleh karenanya kita ingin capres bisa menjaga perbedaan yang ada. Silang pendapat itu lumrah yang penting ciptakan kedamaian,” ungkap dia.
Reaksi siswa dan guru SMP Al Falah Surabaya di perayaan Maulid Nabi SAW bukan tanpa alasan. Hal itu didasari atas hiruk pikuknya perpolitikkan di Indonesia saat ini. Yang dinilai oleh pihaknya jauh dari politik sehat. Yakni, saling menjatuhkan, berbicara kata-kata yang tifak pantas untuk seorang capres dan saling menyerang satu sama lain. “Ini yang sering kita lihat di TV. Perilaku tersebut tidak baik untuk dipertontonkan di TV. Karena media ini kan tidak hanya dilihat orang dewasa, tapi juga anak-anak. Kita nggak mau anak-anak juga terprovokasi dan mencontoh perilaku itu,” ujar dia.
Menurutnya, jika politik tidak dikenalkan sejak dini, dikhawatirkan nantinya para siswa akan mudah terpengaruh dengan informasi atau perilaku yang cenderung negatif.
Dalam kegiatan itu, pihaknya mengkondisikan siswa dan guru untuk membentuk lingkaran. Diiringi shalawat nabi, nasi yang dibawa siswa dan guru diputar hingga shalawat berhenti. “Kita juga ingin mengajarkan lapang dada kepada mereka. Jadi apapun yang didapat siswa dari putaran nasi bungkus itu, itu harus diterima. Mereka harus lapang dada dapat nasi bungkus dengan menu apapun. Sama halnya ketika pemilihan presiden. Siapapun jagoannya harus lapang dada,” kata dia.
Siswa kelas 9, Aisyah Dyah Maharani mengatakan kegiatan Maulid Nabi tahun ini lebih bermakna dan menyenangkan. Itu karena adanya putaran nasi bungkus yang membuat dirinya dan teman-temannya penasaran. Di samping itu, ia juga berharap agar kedepan persatuan Indonesia lebih terjaga dan kedamaian dia atas perbedaan bisa tetap tumbuh.
“Kita harus sadar bahwa kita hidup di negara yang menjunjung perbedaan. Tumbuh dan besar di negara yg sama yaitu Indonesia. Marilah kita bangun bangsa dan negara di atas perbedaan,” pungkas dia. [ina]

Tags: