Komisi C DPRD Surabaya Apresiasi Positif Pembatalan Proyek Trem

Ilustrasi trem di Surabaya.

DPRD Surabaya, Bhirawa
Dewan Surabaya mengapresiasi positif statemen Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini jika trem tidak akan terealisasi hingga 2021. Gagalnya proyek angkutan massal berupa trem yang sudah diperjuangkan sejak 2010 oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mendapat perhatian dari anggota Komisi C bidang infrastruktur, Vinsensius Awey.
Awey bahkan memuji Risma lantaran sudah bersikap yang tepat untuk angkutan massal trem. Menurutnya, statemen Wali Kota Risma jika trem tidak akan terealisasi hingga 2021 itu adalah pernyataan yang realistis.
”Jadi langkah yang ditempuh Risma, saya beri apresiasi beliau, itu realistis. Kita semua punya mimpi besar untuk Surabaya, jangankan trem, kita bahkan bermimpi agar di Surabaya ada MRT. Tapi tentunya mimpi itu harus kita sesuaikan dengan postur anggaran,” kata Awey Selasa (11/12).
Justru jika Wali Kota Risma memaksakan dan terus menunda-nunda sampai ada dana yang bisa merealisasikan trem, maka akan menambah masalah baru. Sebab transportasi di dalam kota terus tumbuh. Menunda satu tahun, maka akan tertambah beban transportasi di dalam kota satu tahun lagi.
Oleh sebab itu, politisi dari Nasdem ini mendukung langkah Risma untuk memperbanyak armada bus sebagai armada angkutan massal menggantikan rencana trem.
”Semula Suroboyo Bus ini kan difungsikan sebagai trunk and feeder atau sarana angkutan penyangga trem, saya dukung ini dijadikan moda angkutan massal yang utama. Ini langkah yang tepat,” kata pria yang kini maju nyaleg DPR RI ini.
Operasional Suroboyo bus ini bisa dilakukan terus sembari menunggu ada perencanaan lanjutan misalnya ada dana untuk pembangunan MRT atau LRT di Surabaya sebagai angkutan urban yang representatif.
”Jadi Bu Risma harus berbesar hati dan tidak kecil hati. Mungkin di kepemimpinan selanjutnya nanti ada APBN sehingga ada trem atau LRT yang bisa diwujudkan maka itu adalah salah satu buah pikir dari Risma,” jelasnya.
Seperti diketahui Wali Kota Tri Rismaharini akhirnya menyerah untuk merealisasikan proyek angkutan massal cepat, trem, yang sudah ia gagas sejak awal menjabat di tahun 2010 lalu.
Risma mengatakan, saat ini untuk bisa merealisasikan proyek trem yang sudah lama ia rencanakan, susah. Terlebih waktu jabatannya hanya tersisa dua tahun ke depan.
Sedangkan saat ini, kejelasan proyek trem terutama masalah pendanaan fisik dan infrastruktur juga belum jelas. Hal tersebut menjadi kendala utama yang akhirnya harus menyerah pada kenyataan untuk tidak mengejar realisasi proyek trem.
”Nggak bisa (terealisasi), karena aku tinggal dua tahun. Sedangkan konstruksi angkutan massal itu butuh dua tahun, jadi nggak mungkin aku (yang merealisasikan),” kata Risma, saat jumpa pers di ruang kerja Risma, Senin (10/12).
Trem sempat masuk dalam RPJMN yang rencananya akan didanai oleh pemerintah pusat. Namun sampai saat ini aliran dana dari pusat belum sampai ke Surabaya untuk angkutam massal cepat itu.
Pemkot Surabaya juga sudah sempat membuka opsi untuk melakukan pendanaan dengan sistem tender melibatkan swasta. Namun, lagi-lagi ada kendala terkait kelembagaan yang bisa melakukan upaya tender.
Meski memastikan bahwa proyek trem tidak akan terealisasi dalam waktu dua tahun ke depan, di akhir masa jabatannya, Risma mengaku bahwa ia sudah berupaya maksimal.
”Aku sudah lakukan banyak upaya. Sudah sejak sepuluh tahun yang lalu, tapi ternyata nggak bisa terealisasi untuk yang trem,” tegasnya. Padahal Risma sudah menyiapkan rute utara – selatan untuk trem. Yang direncanakan akan melintas dari Joyoboyo sampai Tunjungan. Namun nyatanya sampai saat ini realisasi proyek itu belum terjadi.
Hal ini yang akhirnya membuat Risma mengambil langkah lain. Yaitu mengubah penyediaan angkutan massal dari trem ke angkutan moda bus. Bus Suroboyo ini kini sudah mulai beroperasi. [dre]

Tags: