KONI Pertanyakan Anggaran PON Remaja

Surabaya, Bhirawa
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim merasa senang Jatim ditunjuk sebagai tuan ruman Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja I 2014. Namun pengurus mengeluhkan anggaran karena hingga kini belum jelas berapa dana yang dikucurkan oleh KONI pusat untuk penyelenggaran muliteven pertama itu.
Ketua Umum KONI Jatim, Erlangga Satriagung mengaku hingga kini belum ada kabar dari KONI pusat berapa anggaran yang diberikan untuk menggelar PON Remaja. Karena estimasi kegiatan itu bisa menelan anggaran Rp100miliar-Rp110 miliar. Dana itu hanya diperuntukkan pelaksanaan acara saja.
“Waktu 10 bulan sangat tidak ideal bagi kami selaku tuan rumah. Kalau pelaksanannya tak masalah. Tapi soal penyiapan anggatan, bisa kelabakan. Sebab ini pakai dana PAK,” kata Erlangga, Kamis (27/2).
Sedangkan dana PAK (Perubahan Anggaran Keuangan) diprediksi baru akan cair pada September mendatang, atau tiga bulan menjelang pelaksanaan PON Remaja itu sendiri. “Harusnya keputusan dari KONI Pusat dilakukan sejak 2013 lalu. Sehingga anggaran bisa masuk. Tapi karena baru diputuskan awal 2014, mau gimana lagi,” katanya pasrah.
Sesuai janji Ketua Umum KONI, Tono Suratman, anggaran akan ditanggung bersama. Fifty-fifty. Masalahnya, belum ada kejelasan berapa dana yang dikucurkan oleh pusat. “Yang besar itu akomodasi dan konsumsi,” sebut Erlangga. Untuk dua aspek itu, tiap daerah akan membayar 50 persen.
Selain masalah anggaran, mepetnya penetapan Jatim sebagai tuan rumah juga berimbas pada persiapan atlet-atlet Jatim. “Selain itu, harusnya atlet PON remaja bisa mengadakan pemusatan latihan. Tapi dengan ini tak bisa lama,” tutup Erlangga. Rencananya, PON Remaja akan dipusatkan di tiga kota, antara lain Surabaya, Sidoarjo dan Gresik.
PON Remaja edisi pertama ini akan mempertandingkan 15 cabang olahraga (cabor). Antara lain; renang, sepakbola, atletik, panahan, pencak silat, tenis, tenis lapangan, basket, voli indoor, senam, karate, anggar, loncat indah, menembak dan judo. “Persyaratan cabornya adalah cabor yang dimainkan di Asian Youth Game dan Olimpic Youth Game,” tutur Erlangga. “Pengecualian untuk pencak silat. Karena pencak silat adalah cabor tradisional yang menasional sejak nenek moyong. Hanya pencak silat cabor non Asian Youth Game dan Olimpic Youth Game,” imbuh Erlangga.
Pria yang juga Ketua Umum REI Jatim ini menambahkan, atlet yang mengikuti PON Remaja maksimal berusia usia 16 tahun per-31 Desember 2014. “Untuk pematangan, terkait juga tentang berapa nomor yang akan dilombakan, akan dibahas pada rapat anggota KONI Pusat di Jakarta, 9 Maret mendatang,” tutup Erlangga. [wwn]

Rate this article!
Tags: