Laju Pertambahan Penduduk di Jatim Harus Dikendalikan

imagesBKKBN Jatim,Bhirawa
Wakil Gubernur (Wagub) Jatim menyatakan salah satu hulu permasalahan pembangunan adalah Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). Apabila Laju pertumbuhan penduduk yang tak terkendali akan menyebabkan pembangunan dan perekonomian tidak berjalan atau jalan ditempat.
“Oleh karena itu BKKBN harus mendapat dukungan penuh dalam melaksanakan program-programnya. Seperti kita ketahui 98 persenĀ  orang Indonesia sudah tahu pentingnya KB, tapi sekitar 60 persen yang ikut KB,” ujar Wagub Jatim Saifullah Yusuf memberikan sambutan sebelum membuka secara resmi Rapat Konsolidasi Kepala Sub Bidang Advokasi, Penggerakkan dan Informasi BKKBN di Hotel Garden Palace Surabaya, Sabtu (24/5) kemarin.
Tugasnya saat ini, kata Saifullah Yusuf, bagaimana memberikan advokasi kepada masyarakat agar disparitas yang tahu dan yang ikut KB itu semakin mengecil. “Tugas yang tidak ringan untuk memberikan advokasi kepada para Bupati dan Walikota agar mau menempatkan pembangunan KKB dan PK sebagai skala prioritas di daerahnya,” imbaunya..
Sementara itu Deputi Bidang ADPIN, Abidinsyah Siregar mengatakan, beberapa permasalahan BKKBN yang harus segera ditanggulangi dengan meningkatkan kinerja dan strategi baru terutama bagi para Kepala Seksi di bidang ADPIN dalam memberikan advokasi kepada masyarakat.
“Banyak permasalahan yang harus kita hadapi, kita harus mau bekereja keras dan mencari strategi baru dalam meningkatkan cakupan peserta KB dan melayani kebutuhan akan kontrasepsi kepada masyarakat,” ujarnya.
Dia menjelaskan, beberapa permasalahan yang dihadapi BKKBN saat ini antara lain masalah TFR yang masih tinggi yakni 2,6 yang harus ditekan menjadi 2,36. Angka penggunaan kontrasepsi yang hanya 60,1 persen, padahal yang mengerti akan pentingnya KB sudah mencapai 98 persen. Angka akan kebutuhan ber KB tapi belum terlayani (unmet need) yang ditargetkan 6,5 persen sekarang angkanya masih di antara 9 – 12 persen. Angka perempuan melahirkan di umur 15 – 19 tahun mencapai 48 %, ini mengakibatkan kematian ibu meledak, yang tahun 2012 sekitar 225 kini menjadi 359.
“Faktor ekonomi, sangat mempengaruhi keputusan untuk kawin dini. Akibat kawin dini ini, angka perceraian juga tinggi yang umumnya atas gugatan perempuan karena masalah ekonomi,” paparnya.
Karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat agar dapat mengikutsertakan menjadi pserta KB. “jangan sampai orang miskin tak tersentuh KB, peserta KB untuk keluarga prasejahtera dan KS 1 saat ini baru 4.050.000 orang,” katanya.
Dia mengharapkan, penggarapan peserta KB pria juga semakin ditingkatkan mengingat peserta KB pria saat ini baru 3,5persen padahal target yang ditetapkan adalah 5 – 6 persen. [dna]

Tags: