Melihat Proses Ekskavasi di Situs Pandegong, Jombang

Yoni yang berada di sebelah barat bangunan candi di Situs Pandegong Jombang. [arif yulianto]

Diduga Berpindah Tempat Asal, Yoni Lazim Bersanding dengan Lingga Atau Arca Siwa
Kab Jombang, Bhirawa
Situs Pandegong di Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang telah mengalami proses ekskavasi tahap pertama, yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang. Seperti apa prosesnya?.
Ekskavasi yang dilaksanakan selama 10 hari mulai 12 hingga 21 November 2021 ini menggunakan dana dari APBD Kabupaten Jombang 2021. Setelah diekskavasi selama 10 hari, denah bangunan kuno di Situs Pandegong telah terbuka 70 persen.
Karena belum memiliki tenaga arkeolog, Disdikbud Kabupaten Jombang kemudian melibatkan tenaga ahli atau arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim.
Sejumlah temuan benda kuno mulai struktur bata berbentuk candi, arca Nandiswara dan Mahakala, hingga pecahan keramik kuno ditemukan saat ekskavasi di Situs Pandegong ini. Ahli menduga, bangunan candi di Situs Pandegong ini merupakan tempat pemujaan beraliran Hindu Siwa.
Pamong Budaya Ahli Pertama BPCB Jatim, Albertus Agung Vidi Susanto menggambarkan, biasanya terdapat sejumlah arca pada sebuah bangunan pemujaan beraliran Hindu Siwa seperti candi di Situs Pandegong.
“Di sisi depan terdapat arca Nandiswara dan Mahakala. Arca-arca ini berada di relung-relung candi di sebelah kanan dan kiri depan. Kemudian biasanya ada arca Durga di sebelah utara, arca Ganesha di sisi timur, dan arca Resi Agastya di sisi selatan,” kata Vidi Susanto menggambarkan, Minggu (21/11).
Di sebelah barat bangunan candi, terdapat sebuah Yoni. Benda ini berada di bawah pepohonan dan terpendam tanah namun tidak seluruhnya, sehingga permukaan Yoni masih tampak. Yoni ini memiliki ukuran tinggi 50 Sentimeter dan memiliki sisi-sisi berukuran 60 Sentimeter.
Vidi Susanto menyebutkan, sebuah Yoni lazimnya berada tepat di tengah-tengah candi di tempat yang dinamakan sebagai Garba Graha. Sehingga ia memperkirakan, Yoni yang berada di bawah pepohonan itu telah berpindah dari tempat asalnya. Petugas juga memastikan belum pernah ada penemuan benda Lingga pada kegiatan ekskavasi.
Lantas apakah Yoni ini dulunya memiliki pasangan yakni Lingga atau benda kuno yang lain, hal ini hingga sekarang belum diketahui.
Vidi Susanto menerangkan, pada konteks ini, Yoni bisa disandingkan dengan Lingga, ataupun dengan arca Siwa. Dalam arti lain, arca sentral yang ada di Situs Pandegong yakni bisa jadi merupakan Yoni dan arca Siwa atau Siwa yang disimbolkan dengan Lingga-Yoni. “Konsepnya Yoni bisa dsandingkan dengan Lingga begitu juga Yoni dengan arcanya. Hanya arca Siwa yang bisa menempati dan bersanding dengan Yoni,” terang Vidi Susanto.
Dikatakannya, jikalaupun pasangan Yoni di Situs Pandegong ini adalah Lingga, paling tidak, ukuran Lingganya sepadan dengan ukuran Yoni. “Tapi bisa saja Yoni di atasnya arca. Hanya arca Siwa yang bisa di sana,” tandasnya.
Disinggung lebih lanjut apakah ada masyarakat sekitar yang pernah mengetahui keberadaan Lingga ataupun arca Siwa yang berasal dari Situs Pandegong, Vidi Susanto kemudian menjelaskan, sejauh ini masih belum ada informasi tentang hal tersebut. “Belum ada mas, hanya fragmen kepala arca yang dulu berkepala 4 itu.Tapi masih kita dalami apakah itu Brahma atau tokoh lain,” jelasnya.
Arca berkepala empat yang dimaksud Vidi Susanto tersebut yakni arca kepala empat yang ditemukan pada sekitar tahun 2017 yang lalu di Situs Pandegong. Pada saat itu, arca tersebut dikabarkan merupakan arca Brahma berkepala empat.
Sekadar diketahui, Situs Pandegong di Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang sebelum dilakukan ekskavasi lebih dikenal sebagai punden. Pada tahun 2021 ini, Situs Pandegong akhirnya diekskavasi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang melalui Disdikbud Kabupaten Jombang.
Kepala Seksi (Kasi) Cagar Budaya dan Permuseuman Disdikbud Kabupaten Jombang, Iswahyudi Hidayat mengatakan, pihaknya juga belum pernah mendengar tentang adanya Lingga yang berasal dari Situs Pandegong.
“Belum pernah dengar, tapi disitu juga pernah ditemukan kepala arca Brahma berkepala empat, dan itu posisinya di BPCB. Kaitannya dengan Lingganya, belum pernah dengar,” beber Iswahyudi Hidayat.
Meski begitu, Iswahyudi Hidayat tetap mengimbau kepada semua pihak, termasuk kepada masyarakat sekitar, jika menemukan benda-benda kuno yang berasal dari Situs Pandegong, agar melaporkannya kepada Disdikbud Kabupaten Jombang. “Dijaga, dirawat, dan dilaporkan. Yang terpenting, jangan sampai berpindah tangan,” pungkas Iswahyudi Hidayat. [arif yulianto]

Tags: