Memandang Al Quran

Choirul Anam Abd Djabar

Choirul Anam Abd Djabar

Oleh:
Choirul Anam Abd Djabar
Ketua Jam’iyah Tilawatil Quran Provinsi Jatim
Ramadan adalah bulan Al Quran, sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT: “Bulan Ramadan yang di dalamnya -mulai- diturunkannya Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan antara yang haq dan yang bathil.” (QS Al-Baqarah: 185).
Al Quran bukanlah sebuah kitab biasa melainkan kitab yang memiliki ragam dimensi. Al Quran adalah firman Allah SWT dan firman ini diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Al Quran mengandung ajaran-ajaran dan pengetahuan-pengetahuan yang tinggi. Al Quran adalah kitab kehidupan dan penyempurna manusia. Al Quran adalah kitab petunjuk. Al Quran memiliki kekudusan dan nilai khusus yang terkandung di dalamnya.
Yang unik lagi, semua orang bisa meraih pahala dari Al Quran sesuai dengan tingkatannya. Tidak hanya para mufassirin (penafsir Al Quran) atau para qari (pembaca/pelantun Al Quran). Tapi bahkan para pendengar dan pemandang Al Quran juga mendapatkan pahala dari Al Quran. Barangkali kita sudah sering mendengar bahwa mendengarkan bacaan Al Quran memiliki pahala yang sama dengan pembacanya. Namun jarang kita mendengar bahwa memandang Al Quran itu pun bernilai ibadah.
Memandang Al Quran memiliki banyak manfaat. Di antaranya, pertama dengan memandang Al Quran, ia memposisikan dirinya berada di hadapan Rabbul ‘Alamin dan Rasulullah SAW, karena Al Quran merupakan sebuah hakikat yang berada di atas lafaz-lafaz dan yang menuturkan ayat-ayatnya adalah Rabb al-Alamin serta pembawanya adalah sebaik-baik ciptaan-Nya yaitu Nabi Muhammad SAW. Kondisi seperti ini tidak memerlukan orang harus pandai membaca atau tidak.
Kedua, meski dengan sekadar memandang kalimat-kalimatnya, namun karena didasari oleh keyakinan yang mengandung pengakuan terhadap tauhid, maka seseorang yang membuka Al Quran dan berpegang teguh kepadanya serta memandangnya, ia adalah sebagai orang yang beriman. Di samping beriman kepada Allah SWT dan kepada Rasul-Nya, juga kepada kandungan-kandungan tingginnya dan hal ini merupakan pengakuan keilmuan terhadap kebenaran Allah  SWT, Rasulullah SAW dan kitab samawi Al Quran tanpa harus membaca lafaz-lafaznya.
Ketiga, memandang kalimat-kalimat Al Quran akan memberikan motivasi bagi orang-orang yang tidak tahu membaca untuk memulai belajar membaca dan memahami Al Quran. Dia tentu akan berpikir, daripada sekadar memandang, alangkah lebih baiknya jika bisa membaca dan kemudian mengartikannya. Dari sisi lain, dalam berbagai kesempatan, akan menjadi sebab orang-orang yang tahu membaca yang kurang menaruh perhatian terhadap Al Quran, akan semakin menaruh perhatian lebih terhadap tugasnya dan hal ini adalah amar makruf secara praktis, yang dengan perbuatannya akan membimbing orang lain untuk berpegang teguh terhadap Al Quran.
Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa memandang Al Quran bahkan tanpa membacanya sekali pun adalah ibadah. Tipologi ini bukan hanya untuk Al Quran semata. Dalam banyak hal kita memiliki berbagai urusan yang hanya dengan memandangnya tergolong sebagai ibadah seperti memandang wajah seorang alim, Kabah, Amirul Mukiminin dan pandangan penuh cinta kepada kedua orangtua.
Di antaranya diriwayatkan, orang-orang tengah mengerjakan salat dan Abu Dzar memandang Imam Ali. Kemudian ia ditanya mengapa ia melakukan hal itu? Abu Dzar menjawab, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Memandang Ali bin Abi Thalib adalah ibadah. Memandang kedua orangtua dengan cinta kasih adalah ibadah. Memandang Al Quran adalah ibadah dan memandang Kabah adalah ibadah’.
Periwayat berkata, “Saya berkata kepada Imam Shadiq: ‘Semoga saya menjadi tebusan Anda. Saya menghafal Al Quran dan aku membacanya dengan hafalan; Apakah hal itu lebih utama atau aku harus memandang Al Quran? Imam Shadiq AS bersabda: ‘Lebih utama engkau memandangnya. Bukankah engkau telah mendengar bahwa memandang Al Quran adalah ibadah.” Wallaahu a’lam….

Rate this article!
Memandang Al Quran,5 / 5 ( 1votes )
Tags: