Membaca Pesan Perubahan Iklim

wahyuksnOleh :
Wahyu Kuncoro SN
Wartawan Harian Bhirawa
Alumnus Teknik Kimia – ITS, Surabaya

Perubahan iklim sekarang ini seolah tengah menjadi tersangka utama atas segala bencana yang terjadi dimuka bumi. Rasanya tiada bencana dan kerusakan yang terjadi saat ini tidak bisa dikaitkan dengan persoalan perubahan iklim. Mulai dari bencana banjir, longsor, kekeringan hingga masalah kebakaran hutan. Anomali cuaca juga membawa rentetan dampak di bidang kesehatan, penyakit seperti malaria dan demam berdarah meningkat.
Singkatnya, perubahan cuaca dan iklim sangat mempengaruhi aktifitas manusia. Bencana yang berkaitan langsung dengan fenomena cuaca dan iklim  kian membawa dampak yang semakin serius. Bencana yang berkaitan langsung dengan fenomena cuaca semakin kerap terjadi dengan intensitas yang semakin menguat. Selain berdampak terhadap keselamatan jiwa dan harta benda, bencana meteorologi juga dapat menyebabkan suatu negara dapat dilanda keadaan darurat nasional. Bencana terbaru adalah badai Haiyan di Philipina November 2013 lalu yang korban jiwanya diperkirakan mencapai puluhan ribu orang.
Perubahan iklim akibat pemanasan global makin terlihat dan makin terasa. Gejala itu tampak dari terjadinya perubahan musim dan berbagai dampaknya. Beberapa tahun lalu, bisa jadi topik pemanasan global dan perubahan iklim seolah-olah baru sebatas sebagai topik konferensi dan menjadi pengetahuan yang terkesan esoteris, terbatas pada kelompok keahlian terbatas. Kini, masyarakat pada umumnya bisa semakin merasakan. Hujan yang masih mencurah pada musim kemarau misalnya, menjadi realitas yang gampang tercerap pancaindera. Fenomena hujan dan cuaca buruk pada musim kemarau bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di berbagai kawasan di seluruh dunia.
Perubahan iklim dipengaruhi perusakan alam seiring dengan makin berperannya teknologi modern. Padahal, teknologi yang kian canggih hasil peradaban modern itu  justru seharusnya bisa berperan dalam mencegah kerusakan alam semesta. Tetapi kenyataannya, di darat, laut, dan udara kita semakin menemukan kerusakan dan pencemaran. Semuanya itu berakibat pada terganggunya kenyamanan hidup penghuni alam semesta. Karenanya, kita menghadapi dilema serius dalam menjaga kelangsungan kehidupan alam semesta ini.
Di satu sisi peradaban harus digerakkan maju dan makin canggih, namun justru di sisi lain menghadirkan dampak kerusakan alam semesta yang berdampak pada kehidupan. Ketersesakan tata ruang, ancaman berbagai bencana, berbagai penyakit dan seterusnya. Situasi semacam ini sesungguhnya pernah melanda Korea Selatan. Di era tahun 1960-an yang kemudian berlanjut hingga tahun 1970-an, di Korea Selatan industri tumbuh pesat. Saat itu perkembangan industri berat dan kimia tidak terkendali sehingga pencemaran lingkungan tidak terhindar. Sekarang, dampak buruk dari sampah dan limbah industri dapat diatasi.
Rekayasa teknologi industri pengolah sampah, limbah, dan air lindinya telah diterapkan untuk teknologi tepat guna dan telah dipasarkan ke mancanegara. Alat-alat teknologi lingkungan buatan Korea telah mampu menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan urusan daur ulang sampah dan pemurnian air sungai dan rawa-rawa serta udara. Dengan demikian, lingkungan benar-benar kembali sehat. Pesannya adalah, kalau Korea Selatan bisa melakukan, tentu Indonesia juga bisa. Semoga.

Partisipasi Pemuda
Alam sedang mengirim pesan kuat tentang akibat-akibat yang menyertai fenomena pemanasan global. Bumi dan penghuninya menghadapi ancaman bencana akibat efek peningkatan emisi gas rumah kaca. Pengurangan emisi gas rumah kaca, sebagai salah satu cara mencegah pemanasan global memang tidak semudah membalikkan tangan.
Perubahan iklim telah terjadi, butuh waktu yang lama untuk mengembalikannya seperti semula. Hal yang dapat dilakukan sekarang adalah mengurangi dampak perubahan iklim tersebut dengan menerapkan green living dalam kehidupan sehari-hari. Banyak cara yang dapat dilakukan seperti menggunakan  sapu tangan dibandingkan tissue, menggunakan transportasi umum, meminimalisir penggunaan kertas, tak menggunakan tas plastik saat belanja dan sebagainya.
Sebagai generasi penerus bangsa, pemuda  harus memiliki tekad kuat untuk mengkritisi dampak perubahan iklim yang terjadi serta menjadi pioneer aksi nyata dan berkomitmen menyelamatkan bumi. Generasi muda menjadi kelompok yang menentukan keadaan alam di masa yang akan datang. Untuk itulah, sangat penting adanya peran para pemuda dalam menghadapi perubahan iklim. Pemuda kita dituntut untuk peduli dalam pelestarian lingkungan. Berbagai aksi nyata dan green education dengan memposisikan pemuda sebagai tokoh sentral adalah salah satu upaya untuk membuat pemuda bisa secara aktif berpartisipasi dan bertanggungjawab terhadap perubahan iklim tersebut.
Berbagai ide serta solusi kreatif dari pemuda sangatlah dibutuhkan untuk menghadapi perubahan iklim yang semakin hari semakin luas. Mitigasi merupakan sebuah langkah yang dilakukan oleh seluruh pemuda di nusantara untuk mengurangi penyebab terjadinya perubahan iklim yaitu gas-gas rumah kaca terutama dari kerusakan hutan dan penggunaan bahan bakar fosil.
Semua bisa ikut berpartisipasi dalam mengurangi pemanasan global. Dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Caranya, antara lain dengan melakukan penghematan energi, padamkan listrik, matikan TV, AC dan peralatan elektronik jika tidak digunakan. Secara tidak langsung kita telah menghemat biaya operasi rumah tangga dan secara tidak langsung kita berkontribusi terhadap pengurangan penggunaan energi fosil.
Menanam tumbuhan juga salah satu hal penting yang bisa kita lakukan. Melakukan penghijauan berarti secara langsung kita menciptakan lingkungan yang lebih hijau sehingga menyumbangkan oksigen ke atmosfer serta mengurangi jumlah karbon dioksida yang ada di angkasa. Lingkungan menjadi asri dan kita mendapat udara yang segar nyaman. Kelihatannya sangat sederhana, tapi dibutuhkan komitmen yang tinggi untuk dapat terus melakukan hal-hal tersebut sampai menjadi sebuah kebiasaan.
Di atas itu semua, maka kebijakan pembangunan dalam segala aspeknya sudah seharusnya mempertimbangkan perkembangan dan kondisi iklim yang berlangsung. Dalam konteks inilah keberadaan lembaga Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menemukan relevansinya. Artinya, BMKG diharapkan akan lebih tanggap dan memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan reliable untuk mendukung keberhasilan pembangunan nasional.
BMKG juga perlu didorong untuk menyebarluaskan informasi baik untuk kebutuhan pemerintah, swasta dan masyarakat pada umumnya. Dalam bidang pertanian misalnya, kita patut berikan apresiasi terhadap BMKG yang telah membuat Sekolah Lapangan Iklim (SLI) di beberapa daerah. Keberadaan SLI ini berfungsi untuk memberikan penyuluahan dan informasi mengenai perubahan cuaca/iklim dan pengaruhnya terhadap pertanian. Sehingga harapannya, perubahan iklim bisa disikapi dengan pola tanam yang tepat dan bisa disikapi secara dini sehingga tidak menyebabkan vencana yang lebih besar lagi.
Sebagai ilustrasi, saat ini banyak kegiatan usaha khususnya pertanian yang sangat dipengaruhi oleh iklim. Dengan pertimbangan musim, seringkali seorang petani tidak mampu menanam dan membudididayakan tanaman tertentu karena tidak cocok dengan musimnya. Nah, berkaca dari itu perlu didorong peneman-penemuan teknologi yang bisa memudahkan manusia berusaha tanpa tergantung pada alam. Sehingga harapannya, suatu saat iklim dan cuaca tidak lagi menjadi hambatan untuk melakukan sesuatu.
Wallahu’alam Bhis-shawwab

***

Rate this article!
Tags: