Memerdekakan Tauhid

Buku Ayat ayat TauhidJudul    : Ayat-Ayat Tauhid
Pencerahan Aqidah Tauhid Berlandaskan Al-Quran Berpadu    
Logika Sains Iptek, Ditunjang Al-Kitab)
Penulis   :  dr. KH. Muhammad Thohir, Sp KJ
Ketua Yayasan Pesantren Nurul Quran Al-Basyuni, Surabaya
Penerbit  : PT Bina Ilmu
Edisi ketiga
Tebal    : 336 halaman (+ xxx)
Peresensi  : Yunus Supanto   
Wartawan senior, penggiat dakwah sosial politik

Pernahkah memikirkan fenomena rutin harian, tentang rotasi bumi? Dengan massa seberat 6 milyar trilyun ton (6×10 pangkat 20) bumi istiqomah selama bertahun-tahun berputar pada sumbunya. Kecepatan putarnya konsisten 1666 km per-jam, dua kali lebih hebat dibanding kecepatan jumbo jet Boeing 747). Juga tidak pernah berkurang atau bertambah sedikitpun. Rahasianya, darimana asal energi perputaran bumi? Sedangkan untuk memutar roda kendaraan bermotor juga dibutuhkan energi!
Lebih lagi, bumi juga punya tugas rutin mengitari matahari, sekali dalam setahun. Dalam keadaan miring pula (23,5 derajat). Dengan kerja istiqomah itu, kita menikmati hidup di bumi secara proporsional. Ada pergantian musim. Karena, ketika matahari sudah sampai pada 23,5 derajat lintang utara, pasti akan segera balik ke posisi 23,5 derajat lintang selatan. Andai bumi tidak miring, tentu khatulistiwa akan terbakar matahari, sedang kutub utara dan selatan terus membeku. Pasti tiada kehidupan.
Itulah ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah. Ayat-ayat yang nampak pada alam semesta itu didokumentasikan pula dalam AlQuran dalam kelompok ayat-ayat kauniyah. Pada akhir ayat kauniyah juga disertai perintah agar manusia berpikir. Jumlah ayat jenis kauniyah, jauh lebih banyak dibanding ayat jenis ahkam (hukum, syariat). Dengan memikirkan fenomena alam, manusia akan mengakui kehebatan penciptaan alam semesta. Semuanya, pastilah bukan karena kebetulan, melainkan ada yang menciptakan dan memeliharanya. Siapa Dia?
Menurut dr. Muhammad Thohir, SPKJ, penulis buku ini, memikirkan kehebatan penciptaan alam semesta bisa menimbulkan takjub dan berujung pada ketenteraman. Dalam bukunya, “Ayat-Ayat Tauhid” (edisi ketiga) kyai sekaligus dokter spesialis jiwa ini, bahwa memikirkan alam semesta akan bermuara pada uacapan tasbih (subhanallah) dan takbir (Allahu Akbar). Membawa hati bahagia.
Planet-planet Bersujud
Mengutip berbagai jurnal tentang tata-surya alam semesta, buku ini coba menggali kecerdasan emosional (emotional quotient) dan spiritual quotient. Misalnya, dengan fakta jagad semesta berisi lebih dari 100 milyar setara galaksi Bima Sakti. Padahal di dalam galaksi Bima Sakti saja sudah terdapat ratusan planet setara bumi. Sehingga sebenarnya, bumi di-ibaratkan bagai debu yang berterbangan di jagad raya (halaman 60 sampai 83).
Seluruh jagad raya bersujud dan bertasbih kepada Allah. Dalam Al Quran, ayat-ayat tentang bertasbihnya alam semesta diulang beberapa kali. Antaralain dalam surat Al-Isra’ (17:44) dinyatakan: ” Langit yang tujuh dan bumi serta semua yang ada di dalamnya, bertasbih kepada Allah. Dan tidak satupun (yang di jagad raya semesta) melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. Tetapi kamu semua tidak memahami cara tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”
Planet-planet pun bersujud dan bertasbih, masing-masing dengan bahasanya sendiri-sendiri (halaman 159 sampai 167). Dalam AlQuran surat An-Nur, (24:41) dinyatakan:  “Tidakkah kamu tahu bahwasanya kepada Allah bertasbih apa yang ada di langit dan di bumi. Demikian pula burung dengan mengepakkan sayapnya. Masing-masing makhluk telah tahu cara shalat dan tasbihnya sendiri-sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
Seluruh planet jagad raya sudah berusia milyaran tahun. Begitu pula binatang-binatang telah berusia jutaan tahun. Semuanya, yang hadir lebih dulu dibanding manusia, bersujud kepa Allah Sang Maha Pencipta. Maka “pendatang baru” sepatutnya juga bersujud dan bertasbih kepada Allah. Bahkan perlu belajar tatacara bersujud dan bertasbihnya jagad raya. Diantara tatacara itu adalah ke-taat-an terhadap fungsinya, serta istiqomah menjalankan misi tugasnya.
Juga perlu evaluasi, apakah shalat-nya manusia lebih baik (kualitatif) dibanding shalatnya planet-planet, serta shalatnya para malaikat? Ataukah shalatnya seseorang lebih amburadul dibanding shalatnya semut serta lebih buruk dibanding shalatnya kepompong? Dengan shalat itu pula, tauhid seseorang akan diketahui kualitasnya.
Meng-introdusir makna tauhid, dr. Muhammad Thohir, SPKJ, membedah cukup panjang, menjadi bab terpanjang dalam buku ini (halaman 19 sampai 49). Terdapat enam makna tauhid. Yakni pertama, ke-maha esa-an dalam zat. Ke-esa-an ini menjelaskan azali Tuhan, yang zat-nya (sebagai pencipta) tidak sama dengan zat yang diciptakan-Nya. Misalnya, zat Allah, bukanlah zat oksigen atau zat apapun yang dikenal manusia. Kedua, ke-maha esa-an dalam sifat. Bahwa sifat-sifat Allah sangat tidak terbatas. Penciptaan-Nya, kasing sayang-Nya, serta pengampunan-Nya tidak terbatas pula.
Keniscayaan Ber-tauhid
Ketiga, pengertian tauhid Maha Esa dalam perbuatan (tauhidul af’al). Dalam hal ini Allah tidak memerlukan bantuan maupun pertolongan untuk berbuat apa saja, serta tiada yang dapat mencegah. Keempat, Maha Esa sebagai sesembahan (tauhidul ilahiyah). Artinya, tiada yang patut disembah kecuali Allah. Kelima, Maha Esa sebagai tujuan doa (tauhidul Qoshdi). Yakni, seluruh permintaan doa, puja dan puji selalu dimintakan kepada Allah yang akan memberi dan menolong.
Keenam, pengertian Maha Esa dalam kewenangan hukum (tauhidut tasyri’). Seluruh alam semesta beserta isinya, di dalam genggaman kuasa Allah sebagai sutradara agung yang tunggal. Dalam hal ini, hukum-hukum fisika, kimia, hukum biologi, aerodinamika, gravitasi, elektromagnetik dan sebagainya, ditetapkan oleh Allah dengan sangat akurasi. Bahkan di dalam tubuh manusia, binatang, tumbuhan serta jenis makhluk lain juga berlaku hukum Allah.
Bertauhid, meng-esa-kan Tuhan merupakan keniscayaan seluruh isi jagad raya. Menjadi kebutuhan seluruh makhluk, termasuk kebutuhan utama manusia. Keterbatasan dan kelemahan, menyebabkan manusia membutuhkan “pihak lain” yang tidak terbatas dan Maha kuat. Tetapi dalam pencarian “pihak lain” itu seringkali muncul beberapa pihak lain palsu. Walau telah terang benderang, bahwa yang palsu nyata-nyata tidak bisa menolong, bahkan tidak pernah memberi apapun.
Pada halaman 209-226, dinukil sejarah pencerahan ke-tauhid-an manusia. Dulu nabi Ibrahim, nyaris bertauhid kepada rembulan, karena sinarnya yang luas menyinari sebagian bumi sejauh mata memandang. Tetapi esok hari, terdapat “pihak lain” yang sinarnya lebih kuat dan luas, yakni matahari. Beruntung kecerdasan spiritual nabi Ibrahim alaihis salam (a.s.) segera mengoreksi sendiri tauhid. Yakni, pastilah terdapat “pihak lain” yang tidak nampak (ghaib) sebagai pencipta matahari.
Proses pencerahan tauhid nabi Ibrahim, tidaklah mudah. Bahkan untuk menjaga kemurnian tauhid, nabi Ibrahim a.s. pernah menolak bantuan malaikat Jibril.  Ketika itu nabi Ibrahim berada di tumpukan kayu bakar yang akan meng-kremasi hidup-hidup. Keyakinan Ibrahim a.s., andai pembakaran dirinya merupakan kehendak Allah, siapa bisa mencegahnya? Ia ikhlas menerima kehendak Allah. Nampaknya, keikhlasan itu yang “mendinginkan” bara api. Allah berkehendak nabi Ibrahim a.s. tidak cidera (jubahnyapun masih utuh) walau seluruh kayu bakar telah habis menjadi abu. Itulah puncak keimanan tauhid manusia. Ke-tauhid-an itu diwariskan secara turun temurun melalui trah (anak, cucu, buyut dan belasan generasi keturunan)  nabi Ibrahim a.s. Termasuk sampai kanjeng nabi Muhammad SAW, keturunan ke-11 dari nabi Ismail a.s. (anak pertama nabi Ibrahim a.s.).
Pada akhir buku (halaman 303-308), dr. Muhammad Thohir memapar keistimewaan manusia dibanding planet maupun makhluk lain. Termasuk iman tauhid manusia yang bisa fluktuatif. Sehingga ber-tauhid mestilah dipelihara dan disegarkan sebagai simbol aplikasi keimanan. Bahkan AlQuran menyebut kaitan antara iman dengan amal shaleh, sebanyak 50 kali. Jadi, mustahil dikatakan telah beriman tauhid tetapi tidak mengerjakan amal shaleh, atau jahat terhadap tetangga.

————— *** —————

Rate this article!
Memerdekakan Tauhid,5 / 5 ( 1votes )
Tags: