Memulai Bisnis Startup Itu Harus dengan Ilmu, Salah Boleh Tapi Jangan Asal Coba

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini foto bersama dengan pemenang Awarding Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda Surabaya.

Geliat Startup Surabaya Menembus Pasar Global (bagian-habis)
Kota Surabaya, Bhirawa
Di Kota Pahlawan, geliat startup beberapa tahun terakhir sangat terasa. Apalagi setelah muncul program pahlawan ekonomi yang digagas Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sejak 2010 silam. Dari awal mula hanya 89 kelompok, kini telah tumbuh menjadi 9.500 kelompok. Mereka yang ikut program ini diajari bagaimana menjalankan usaha yang benar tidak asal-asalan.
Memulai usaha memang tidaklah mudah. Apalagi persaingan yang sangat ketat memerlukan ketekunan dan inovasi yang terus menerus. Agar usaha bisa berjalan dengan baik, melakukan persiapan yang matang sangat diperlukan. Seperti menyiapkan ilmu untuk membuat produknya, ilmu untuk menata keuangan hingga ilmu memasarkan perlu dikuasasi para pengusaha pemula.
Menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, peluang untuk menjadi pengusaha sangat terbuka lebar. Sebab kebutuhan orang mulai dari lahir hingga mati bisa menjadi peluang usaha yang menguntungkan. Apalagi dengan kemajuan teknologi informasi memudahkan orang untuk memulai usaha. Sebab anak usia dua tahun sudah terbiasa menggunakan gadget. Jika hal itu dicermati, bisa menjadi peluang usaha.
Namun sebelum terjun menjadi pengusaha, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah menyiapkan ilmu-ilmunya. Menurut Risma, Pemkot Surabaya telah membuat program khusus untuk mengajari warga Surabaya yang ingin menjadi pengusaha. Program itu bernama pahlawan ekonomi.
“Dalam pahlawan ekonomi, kita ajarkan bagaimana mengelola uang yang baik, memasarkan yang benar hingga melakukan training. Membuat usaha tidak bisa langsung buka lapak, langsung jualan tanpa menyiapkan teori-teorinya. Menjadi startup sekarang tidak seperti itu. Harus ada teori-teori yang dikuasai. Jangan asal coba. Salah boleh, tapi jangan asal coba,” kata Risma, disela pameran Startup Nations Summit (SNS), di Grand City, Surabaya, Jumat (16/11/2018).
Saat program pahlawan ekonomi baru didirikan, kata Risma, yang berminat untuk belajar menjadi pengusaha adalah orang-orang yang putus sekolah atau tidak lulus SMA. Tapi sekarang, yang datang untuk mendaftar menjadi bagian dari pahlawan ekonomi adalah anak-anak muda yang lulusan sarjana. Itu artinya, anak-anak muda ini sudah mulai sadar jika ingin membangun usaha harus ada ilmu yang dipersiapkan.
“Banyak fasilitas yang diberikan dalam program pahlawan ekonomi. Mulai dari pelatihan membuat desain, konsultasi hingga membantu mengurus perizinan. Banyak orang yang kompeten di pahlawan ekonomi. Banyak pula yang sukses menjalankan bisnisnya. Makanya banyak yang tertarik bergabung dalam pahlawan ekonomi, agar mereka bisa saling bertukar ilmu,” ungkapnya.
Bagi Wali Kota perempuan pertama Kota Surabaya ini, 250 juta lebih penduduk Indonesia adalah pangsa pasar yang sangat besar. Untuk itu, pasar yang besar ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Jangan sampai pasar Indonesia dimanfaatkan oleh negara lain. Sebab negara-negara lain penduduknya ada yang hanya lima juta orang.
Untuk itu, Risma berpesan agar masyarakat tidak hanya menjadi konsumen. Warga Surabaya harus bergerak aktif menjadi seorang wirausaha. “Anak-anak Surabaya jangan hanya jadi penonton saja,” tegasnya.
Risma mengungkapkan, dahulu kawasan Jalan Tunjungan merupakan tempat yang ditinggalkan warga Surabaya. Karena, jika hujan turun dulu kampung di sekitaran Jalan Tunjungan tergenang banjir. Kemudian, dengan seluruh upaya yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya, saat ini kawasan Jalan Tunjungan menjadi salah satu kebanggan warga Surabaya.
“Tidak ada gunanya kalau saya membangun kota ini menjadi lebih baik, kalau warganya hanya menjadi penonton (konsumen, red). Ayo kita gerak terus, warga Surabaya tidak boleh ketinggalan, ayo berjuang sampai kita berhasil dan sukses,” pesannya.

MoU dengan Bekraf
Selain menyiapkan program pahlawan ekonomi, dalam rangka menumbuhkan startup-startup baru di Kota Pahlawan, Risma juga membuat even skala nasional dan internasional. Terbaru adalah Startup Nations Summit (SNS) yang baru pertama kali digelar di Indonesia ini.
Risma mengaku sengaja ngotot untuk menjadi tuan rumah SNS ini karena dia ingin membangunkan anak-anak Surabaya bahwa dunia sudah berubah. “Alasan lainnya, anak-anak Surabaya ini tidak perlu mencari dan menunggu lowongan pekerjaan, tapi sudah saatnya untuk bisa menciptakan pekerjaan sendiri,” katanya.
Selain itu, penduduk Kota Surabaya itu terdiri dari 40 persen usia muda. Sehingga dia ingin anak-anak Surabaya dan anak-anak lainnya di Indonesia bergerak mengikuti perubahan itu. “Makanya, saya buat acara selama sekitar satu minggu dengan menggandeng SNS, Bekraf dan juga menggelar acara Innocreativation untuk membuat shock. Sehingga anak muda yang berjiwa pengusaha dan sedang merintis usaha, bisa bergerak dan berani mengambil keputusan,” tegasnya.
Ia juga mengaku sangat bersyukur karena warga Surabaya mau diajak untuk berwirausaha dan saat ini pergerakannya sangat pesat. Hal itu terlihat dari banyaknya peserta Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda yang rutin digelar setiap minggunya. “Saya mulai dengan 89 kelompok dan saat ini sudah mencapai 9.500 lebih kelompok yang tumbuh di Surabaya. Tentunya saya masih ingin banyak lagi startup yang tumbuh,” kata dia.
Tak hanya itu, Risma juga melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia, Triawan Munaf. MoU dilakukan sebagai landasan pelaksaan berbagai program Bekraf dalam pengembangan ekonomi kreatif di Surabaya.
Risma mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan ruang yang diberikan Bekraf untuk anak muda di Kota Pahlawan. “Anak muda di Surabaya ingin belajar sekaligus meningkatkan industri kreatif untuk memperbaiki kualitas produksi lokal yang bisa dibawa ke tingkat dunia,” ujarnya.
Kepala Bekraf Indonesia, Triawan Munaf menuturkan, kehadiran ekonomi kreatif dinilai memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional, yang mampu menyumbang Pendapatan Dometik Bruto (PDB) hingga Rp922 triliun pada 2016.
Angka ini diprediksi terus naik setiap tahunnya sekitar 10 persen sehingga pada 2017 diprediksi mencapai lebih dari Rp1.000 triliun. “Salah satunya melalui ruang kreasi semacam film, musik, fashion dan kuliner,” ujar Triawan, ditemui ditempat yang sama.
Triawan berharap, masyarakat dapat lebih paham dan peduli terhadap perkembangan ekonomi kreatif di daerahnya, dan terus konsisten dalam berkontribusi memajukan ekonomi kreatif. “Surabaya termasuk daerah yang paling tumbuh pesat startup-startup ekonomi kreatifnya,” katanya.
Sementara itu, Presiden Global Enterpreneurship Network (GEN) Global, Jonathan Ortman mengatakan, SNS adalah pertemuan di tingkat global yang menghadirkan menteri dan pejabat pemerintahan. Mereka membahas bagaimana menciptakan peluang kerja dan entrepreneur bagi kota dan negaranya masing-masing. “Mereka juga akan membicarakan target ekonomi dan mencari cara baru untuk menciptakan kesempatan entrepreneur yang lebih besar,” katanya.
Jonathan mengaku, sangat senang bisa berkolaborasi dengan Kota Surabaya yang memiliki wali kota yang sangat luar biasa dan menjadi contoh dalam dunia global dan kewirausahaan. Bahkan, ia menilai Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia memiliki banyak keunggulannya.
Salah satunya pemerintahannya sangat getol memberikan peluang dan dukungan kepada para pelaku startup. “Inovasi menjadi hal yang harus dikembangkan oleh anak muda untuk membangun usaha entrepreneur berbasis startup,” ungkapnya. [Zainal Ibad]

Tags: