Mengatasi Kesenjangan Pendidikan dengan Dunia Kerja

Oleh :
Asri Kusuma Dewanti
Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Pendidikan yang berkualitas dan merata masih menjadi tantangan terbesar untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di Indonesia, khususnya selama masa pandemi Covid-19. Jika diabaikan, hal tersebut dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap kualitas generasi muda secara turun temurun. Guna mencegahnya, seluruh masyarakat idealnya harus melek pendidikan untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Berangkat dari kenyataan itulah, tidak bisa dipungkiri bahwa peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia urgen untuk dilakukan. Pasalnya, pendidikan merupakan tiket utama menuju kesuksesan dan kehidupan yang lebih baik.

Peningkatan kualitas SDM

Upaya perbaikan kualitas pendidikan juga terus menerus dilakukan baik secara umum maupun dengan cara-cara yang baru. Hal tersebut lebih berfokus kembali setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan mutu pendidikan nasional pada setiap jenjang pendidikan. Terlebih, dalam menghadapi era globalisasi industri, perdagangan bebas dan teknologi saat ini, berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia terus berbenah diri mempersiapkan sumber daya manusianya. Inovasi pada dunia pendidikan sangat diperlukan utamanya menyangkut masalah peningkatan mutu termasuk sumber daya manusia (SDM).

Salah satu bidang penting dalam administrasi atau manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan personil atau sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, baik itu Pendidik seperti guru maupun tenaga kependidikan seperti tenaga administratif. Intensitas dunia pendidikan berhubungan dengan manusia dapat dipandang sebagai suatu perbedaan penting antara lembaga pendidikan atau organisasi sekolah dengan organisasi lainnya.

Sejalan dengan pernyataan Sergiovanni, dalam Suharsaputra, (2010:2) yang menyatakan bahwa: Perhaps the most critical difference between the school and most other organization is the human intensity that characterize its work. School are human organization in the sense that their products are human and their processes require the sosializing of humans. Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah sumber daya manusia menjadi hal yang sangat dominan dalam proses pendidikan atau pembelajaran, hal ini juga berarti bahwa mengelola sumber daya manusia merupakan bidang yang sangat penting dalam melaksanakan proses pendidikan atau pembelajaran.

Memandang mutu pendidikan tidak bisa serta merta hanya dilihat dari sisi mutu lulusannya saja, karena yang paling penting justru harus mempertanyakan bagaimana caranya meningkatkan mutu lulusan tersebut ? Jelasnya, hal-hal yang dapat dan berpengaruh terhadap mutu lulusan adalah suatu proses dan Fasilitasfasilitas pendukungnya dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan. Proses yang dimaksud tiada lain berupa layanan yang diberikan kepada pelanggan pendidikan, baik kepada siswa sebagai pelanggan utama yang menerima layanan pendidikan dan pembelajaran, maupun orang tua dan masyarakat sebagai pengguna hasil pendidikan.

Dalam upaya mencapai lulusan yang bermutu tentu harus melalui tahap proses yang bermutu, yakni memberikan layanan pendidikan dengan mengerahkan segala sumberdaya sebagai pendukungnya, baik sumberdaya material maupun non material. Pasalnya, problem pendidikan di Indonesia tidak sekadar menyangkut kualitas. Kesenjangan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya, juga menjadi masalah serius yang harus dihadapi. Salah satu upaya untuk memecahkan persoalan tersebut adalah program pendidikan yang terdesentralisasi. Tapi yang lebih penting adalah bagaimana menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan masyarakat modern sekarang ini.

Pendidikan dalam dunia usaha dan industri

Pendidikan dan dunia usaha merupakan dua elemen yang tidak bisa dipisahkan, sebab dari dunia pendidikan akan menghasilkan bibit-bibit unggul yang dapat meningkatkan kualitas perusahaan di dunia kerja. Terlebih, sekarang ini, dunia kerja tidak hanya masalah keterbatasan lapangan pekerjaan, tapi juga mensyaratkan adanya keterampilan dan keahlian tertentu, pengalaman kerja, dan lain sebagainya. Sementara ijazah hanyalah sekadar pelengkap persyaratan administratif. Artinya, dunia kerja cenderung mengutamakan keterampilan, keahlian dan pengalaman kerja ketimbang ijazah. Harus diakui bahwa dunia pendidikan kita belum mampu menjembatani kebutuhan dunia kerja terkini secara komprehensif.

Namun, setidaknya pendidikan diharapkan mampu merubah pola pikir. Pasalnya, pola pikir manusialah yang akan mempersiapkan dirinya untuk siap bekerja di bidang manapun dan akan mempengaruhi bagaimana cara mereka bekerja dan melalui dunia pendidikan adalah jalan untuk memuluskan rencana manusia menuju pencapaian cita-cita. Sekarang ini semua cita-cita mensyaratkan pendidikan sebagai batu loncatannya. Tidak terkecuali untuk menjadi karyawan, wirausaha, petani ataupun pekerja bengkel. Hampir sebagaian besar dari mereka pernah mengenyam pendidikan, minimal pernah bersekolah setingkat sekolah dasar.

Memang, jika tercermati pendidikan itu tidak berorientasi langsung pada pekerjaan, karena manusia tidak dapat memprediksi secara tepat mengenai pekerjaan apa yang akan dia kerjakan di masa depan. Untuk itu pendidikan berorientasi pada mengubah pola pikir manusia. Itu artinya, meskipun pendidikan tidak berorientasi langsung pada pekerjaan, tetapi kebutuhan akan penyelarasan antara dunia pendidikan dan dunia kerja dewasa ini menjadi sangat penting.

Penyelarasan dunia pendidikan dan dunia kerja diharapkan dapat menghasilkan kualitas lulusan atau pencari kerja yang dapat memenuhi kualifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan dunia kerja atau dapat melakukan wirausaha secara mandiri. Tujuan akhir dari penyelarasan pendidikan dengan dunia usaha dan industri adalah tercipta paradigma “The right man on the right place”, memperkaya lapangan pekerjaan melalui wirausaha dan sekaligus memperkecil angka penggangguran.

Oleh sebab itu, dalam rangka turut berpartisipasi dalam pembangunan negara, sebagai warganegara harusnya ikut andil, apapun profesinya. Hal ini bisa dilakukan dengan turut mendukung program pemerintah. Salah satu program pemerintah yakni meningkatkan jumlah wirausahawan untuk mendukung visi Indonesia menjadi Negara maju di tahun 2045. Salah satu indikator negara maju adalah terciptanya lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Hal ini tidak mungkin terjadi jika para lulusan dari bergantung pada lapangan pekerjaan yang dibuka oleh pemerintah. Untuk mewujudkan visi tersebut, Indonesia harus menambah jumlah pengusaha (wirausahawan) yang tidak hanya bergantung pada aspek sumberdaya alam tapi juga mampu bergerak di bidang industri. Melalui upaya penyelarasan pendidikan dengan dunia usaha dan industrilah akan menghasilkan bibit-bibit unggul yang dapat meningkatkan kualitas perusahaan di dunia kerja.

———- *** ———-

Tags: