Mengenal Pemikiran Pakde Karwo Tentang Pengembangan Pendidikan Diniyah

Dr H Soekarwo menerima gelar Doktor Honoris Causa (HC) dari Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Prof Masdar Hilmy PhD.

Luncurkan Diskresi Kebijakan hingga Membentuk LPPD
Kota Surabaya, Bhirawa
Mantan Gubernur Jawa Timur, Dr H Soekarwo kembali menerima penghargaan gelar doktor kehormatan (Dr) Honoris Causa (HC) untuk ketiga kalinya. Sebelumnya, Gelar Dr HC juga diberikan oleh Universitas Airlangga (Unair) bidang ekonomi dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di bidang Pendidikan Vokasi Kerakyatan. Kini, gelar doktor kembali diperoleh pria yang akrab di sapa Pakde Karwo dari Universitas Islam Negeri Surabaya (Uinsa) di bidang Ilmu Pendidikan Islam.
Momen haru sekaligus bahagia menyelimuti ruang sidang penganugerahan doktor HC Dr H Soekarwo. Tepatnya saat Pakde Karwo, sapaan akrab promovendus, hendak menutup orasi ilmianya. Gubernur Jatim dua periode tersebut menyampaikan rasa terimakasihnya kepada orang-orang yang sangat berharga bagi hidupnya. Orangtua, istri, anak-anak, serta kerabatnya yang telah mendidik sehingga dapat memberikan jalan manfaat bagi orang lain.
“Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan tempat yang mulia kepada almarhum kedua orang tua saya, Almarhum Bapak Kartodiharjo dan Almarhumah Ibu Dasiyem yg telah membimbing dan mendidik saya, sehingga dapat memberikan jalan manfaat bagi orang lain,”tuturnya di gedung Sport Center and Multipurpose Uinsa, Rabu (27/3).
Pakde Karwo juga mengucapakan terima kasih kepada keluarga tercinta yang memberikan keleluasaan ruang untuk saling berdiskusi. “Pada istriku tercinta Dra. Hj. Nina Kirana MSi, anak anakku tersayang Ferdian Timur Satyagraha dengan istri, Karina Ayu Paramita dan suami dan Kartika Ayu Prawitasari BComm dan suami, beserta cucu cucuku,” tambah Pakde Karwo.
Dalam orasi ilmiahnya, promovendus Pakde Karwo mengupas tentang ‘Rekonstruksi Pendidikan Diniyah Pesantren : Model Pendidikan Berbasis Pesantren’. Pakde Karwo menjelaskan, ide besar rekonstruksi pendidikan diniyah di Jatim tidaklah mudah. Dalam merumuskan pengembangan pendidikan diniyah yang lebih komprehesif, dibentuklah Lembaga Pengembangan Pendidikan Diniyah (LPPD) yang berisi para praktisi dan akademisi pendidikan Islam di Jatim.
“Secara legal formal LPPD didirikan di Surabaya pada 19 Maret 2010 melalui SK gubernur Jatim. Ini dilakukan untuk mengembangakan madrasah diniyah salafiyah yang mendapat pengakuan dari Negara dan dapat disejajarkan dengan lembaga pendidikan lain yang sederajat,”ungkap dia.
Dalam perjalanannya, LPPD Jatim sangat proaktif dalam terlibat untuk pemabahsan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan Rancangan Peraturan Menteri Agama. Untuk merekonstruksi pendidikan diniyah dalam mengahdapi tantangan perubahan, Pemprov Jatim melakukan diskresi kebijakan dengan melaksanakan program Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Diniyah Dan Guru Swasta Yang Berupa Bantuan Operasional (BPPDGS). Program tersebut merupakan bantuan operasional madrasah yang pada awalnya diistilahkan sebagai Bosda Madin (Madrasah Diniyah).
“Rekonstruksi pendidikan diniyah ‘ala’ Jatim juga disiapkan untuk menghadapi tantangan bonus demografi dan mempersiapkan para santri untuk memasuki era Jatim sebagai provinsi industri,”terang dia.
Setidaknya, lanjut dia, ada lima sasaran utama yang akan dicapai dalam Rekonstruksi Pendidikan Diniyah Pesantren. Yakni, menurunkan angka buta huruf yang tergolong tinggi di Jatim. Kedua, Pemprov Jatim ingin meningkatkan angka Human Development Index yang tergolong masih rendah di Jatim. Khususnya di wilayah Madura dan Tapak Kuda.
“Pemprov juga meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) di kalangan masyarakat dalam dunia pendidikan. Sekaligus juga menyiapkan tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi S1 untuk mengisi kebutuhan tenaga didik di madrasah diniyah formal,”jelas dia.
Soekarwo juga menegaskan, terminologi spiritual capital yang dimaksud dalam orasi ilmiahnya adalah pilot project pendidikan diniyah formal (PDF) yang merupakan alternatif. Opsi atau solusi untuk menyempurnakan keberadaan pendidikan diniyah yang ada di pesantren. “Jika pembinaan itu dilakukan akan terjadi sinergi seperti yang berlangsung di PDF pesantren, sehingga pendidikan akan berhasil dengan baik dan akan melahirkan tokoh-tokoh berkarakter spiritual,” ujar dia.
Sementara itu, Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang adatang saat penghargaan tersebut mengungkapkan apresiasinya terhadap Soekarwo. Menurut dia, apa yang dilakukan Pakde Karwo merupakan salah satu bentuk kontribusi baik dalam hal peningkatan kualitas pendidikan diniyah di Jawa Timur. Di mana, Pakde Karwo dinilainya telah melahirkan banyak kebijakan policy dan regulasi yang berpihak untuk memberdayakan Pendidikan Islam di Jatim. Termasuk komunitas pesantren.
“Kami tentunya berharap, bahwa apa yang dilakukan Pakde Karwo bisa diteruskan. Sehingga pendidikan di pesantren khususnya Madin bisa semakin baik kualitasnya,”ujar dia.
Karena nantinya, lanjut dia, dari pendidikan tersebut diharapkan mampu melahirkan generasi bangsa yang berkualitas dan tentunya dengan nilai-nilai islami yang kuat. “Juga punya nilai patriotism, nasionalisme dan nilai-nilai kebangsaan sejati. Yang terpenting, sesuai apa yang dikatakan Pakde (Soekarwo), bahwa generasi kedepan harus dibangun dengan pondasi spiritual capital yang kuat,” tandas dia. [Diana Rahmatus Sholichah]

Tags: