Mengikuti Kunjungan Unicef ke Dinas Kesehatan Kota Mojokerto (bagian – pertama)

Perwakilan Unicef Provinsi Jawa Timur saat bertatap muka dengan Kristiyana Indah WW, APt MSi dalam studi banding di Kantor Dinas Kesehatan, Kota Situbondo, Jumat (14/12). [sawawi]

Ajak Wartawan Membantu Capaian Penanganan Difteri Situbondo yang Rendah
Kab Situbondo, Bhirawa
Memasuki akhir 2018 sebagai batas akhir evaluasi pencapaian penanganan difteri (penyakit infeksi yang dipicu kuman corynebacterium diphteriae) di 38 kabupaten/kota se-Jatim, membuat Unicef harus banting tulang membantu pemerintah agar sasaran dan target bisa berhasil dengan baik. Salah satu caranya merangkul para jurnalis untuk melakukan studi banding ke daerah yang memiliki capaian cakupan penanganan difteri terbaik di Jatim. Dua daerah peraih prestasi terbaik tersebut adalah Kota Blitar dan Kota Mojokerto.
Kabupaten Situbondo sebagai daerah penanganan difteri terendah kedua setelah Kota Probolinggo di wilayah Provinsi Jatim menjadi sasaran Unicef untuk diajak meraih prestasi lebih baik dalam sektor tersebut. Untuk merealisasikan target tersebut, Unicef merangkul wartawan untuk belajar kepada daerah yang memiliki prestasi pada penanganan difteri.
Pertama, rombongan wartawan diajak bertatap muka dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, Kristiyana Indah WW, APt Msi. Dalam pertemuan tersebut, Indah-panggilan karibnya-menuturkan beberapa strategi dan cara penanganan difteri di wilayahnya hingga mencapai cakupan proyeksi 125 persen.
Kata Indah, Kota Mojokerto sebagai salah satu kota terkecil di Provinsi Jatim sangat bangga dipercaya Unicef sebagai objek studi banding. Indah mengaku terbuka untuk saling bertukar pengalaman dan berbagi ilmu (sharing) soal cakupan pencapaian difteri hingga penghujung tahun 2018.
“Kami (Dinkes Kota Mojokerto, red) juga harus tahu perkembangan difteri di daerah daerah lain. Ini untuk mengantisipasi menurunnya cakupan difteri pada tahun 2019 mendatang. Termasuk penanganan penyakit TBC dan stunting juga menjadi prioritas kami,” aku Indah dihadapan rombongan Unicef Jatim dan wartawan Situbondo.
Indah mengakui sewaktu masih menjabat Kabid sangat alergi kepada media karena berbagai alasan. Setelah menjabat Kadinkes Kota Mojokerto, terang Indah, ia baru sadar teryata keberadaan media sangat membantu dalam menyebarkan informasi.
Indah juga menjalin kerjasama dengan media tentang kritik yang membangun, termasuk diantaranya dalam program cakupan difteri, peran media sangat membantu suksesnya penyebaran informasi imunisasi pemerintah dalam mencegah penyakit menular. “Keberadaan media sangat membantu kami. Itu terbukti dengan suksesnya penanganan cakupan difteri yang sangat tinggi di Kota Mojokerto,” ucap Indah.
Kata Indah, banyak elemen yang turut serta membantu keberhasilan Dinas Kesehatan Mojokerto dalam cakupan penanganan difteri. Diantaranya, sebut Indah, adanya keterlibatan Forkopimda, Kantor Kemenag, MUI, babinkamtibmas, Persit Darmakarini serta beberapa ormas kewanitaan seperti Aisyiyah dalam memberi pemahaman soal difteri kepada anak anak di Kota Mojokerto.
“Termasuk dari karang taruna dan komponen masyarakat diajak bersama sama untuk suksesnya penanganan difteri. Meski demikian kami juga mengakui ada sedikit kendala, tetapi tetap optimis akhir tahun ini akan selesai secara keseluruhan sesuai target yang ada,” kupas Indah.
Masih menurut Indah, sebagian kecil anak anak yang mau ikut difteri masih ada yang ketakutan namun dengan berbagai strategi tim gabungan mampu meyakinkan orang tua agar anak anaknya mau di imunisasi. Misalnya, sebut Indah, anak yang mengalami tubuh panas diberi parasetamol dan paralise lumpuh layu juga di obati dan di rujuk ke Rumah sakit.
“Kami juga mengajak wartawan untuk menulis solusi yang dijalankan Dinkes Kota Mojokerto dalam menangani persoalan lumpuh layu. Alhamdulillah, dalam penanganan difteri, kami mampu mewujudkan realisasi 85 persen dari proyeksi 55 persen. Kami berkomitmen bulan Desember tahun 2018 ini akan mencapai 100 persen,” papar Indah.
Disisi lain, Arie Rukmantara, Kepala Perwakilan Unicef Wilayah Jawa, sangat mendukung penuh pembangunan kesehatan anak sehingga dapat membantu program kesehatan anak Indonesia. Arie juga mengupas soal capaian pelaksanaan difteri hingga 6 Desember 2018 dimana Kota Probolinggo dan Kabupaten Situbondo paling kecil dibanding 36 Kabupaten/Kota lain di Jatim.
“Unicef harus berbicara kapasitas secara global dan dunia, terkait imunisasi harus berhasil dan cakupan difteri minimal 95 persen. Termasuk juga penyakit rubella dan lainnya kami berharap daerah harus mengikuti standart global tersebut,” beber Arie.
Arie yang mantan wartawan nasional itu menambahkan, dengan imunisasi difteri ada jaminan kekebalan pada setiap anak baik didaerah maupun di provinsi dan nasional. Apalagi, kata dia, saat ini bertepatan dengan masa kampanye masif di Provinisi Jatim, ia meminta daerah daerah yang ada di Provinsi Jatim untuk memanfaatkan momentum baik tersebut secara maksimal.
Sebab urai Arie, program imunisasi difteri ini di dukung penuh Pemprov dan pemerintah pusat. “Ada banyak koordinator dalam kampanye publik yang intens ini agar dimanfaatkan dengan baik oleh daerah,” ajak Arie.
Namun Arie tidak setuju jika momentum yang ada terus menerus sama, melainkan daerah harus membuktikan bisa bekerjasama dengan pemerintah demi tercapainya target program tersebut. Tentunya, urai Arie lagi, Unicef akan selalu mendukung upaya yang dijalankan oleh Kabupten/Kota di Jatim.
“Dengan contoh kondisi ada kekebalan tubuh pada 9 anak dari 10 anak, maka disitu akan terjadi kebal difteri. Termasuk adanya 30 Kab/Kota yang bebas difteri, maka Kab/Kota lain yang belum meraih status tersebut untuk segera mengejarnya sehingga resiko adanya difteri tidak terjadi,” pungkas Arie. [sawawi]

Tags: