Menu Demo yang Akhirnya Menjadi Menu Keseharian

Juru masak sekaligus pengelola Olahan Dapur Lulu, Riffka Janatin memperlihatkan menu  nasi bakar Mamong yang menjuarai Festival Makanan Khas Jatim 2014.

Juru masak sekaligus pengelola Olahan Dapur Lulu, Riffka Janatin memperlihatkan menu nasi bakar Mamong yang menjuarai Festival Makanan Khas Jatim 2014.

Kota Surabaya, Bhirawa
Dalam malam Grand Final Festival Makanan Khas Jawa Timur 2014 di Hotel Singgasana Selasa (24/6) malam, Sekretaris Daerah Provinsi Jatim, Dr H Sukardi MM  memuji sajian kuliner yang dipersembahkan Olahan Dapur Lulu Kabupaten Bondowoso dengan menu nasi bakar Mamong.
Kegembiraan terlihat pada raut wajah pengelola Olahan Dapur Lulu yang berhasil memberikan sajian menu lengkap nasi bakar Mamong dan mengantarkannya sebagai Juara I Festival Makanan Khas Jatim 2014.
Apalagi, sebelumnya nasi  bakar Mamong  mampu membawa Bondowoso sebagai Juara pertama se-Bakorwil Malang dan Madura. “Semoga Bondowoso nanti bisa mewakili Jawa Timur untuk berlomba pada tingkat nasional,” kata Pengelola Olahan Dapur Lulu sekaligus juru masak,  Riffka Janatin SE itu.
Ia mengatakan, nasi bakar Mamong sebenarnya sudah mewakili kekhasan dari Kabupaten Bondowoso yang melimpah dengan produk tanaman pangan berupa singkong. “Bondowoso kan juga terkenal dengan tapenya. Produksi singkong sangat melimpah dan bagus,’ ujarnya.
Dengan kekayaan singkong ini, dia membuat masakan dari bahan tersebut. Ya,  nasi bakar Mamong ini merupakan campuran nasi dengan singkong dan di dalamnya diisi dengan tumis teri dan daging ayam pedas ditambahkan juga dengan kemangi. “Kombinasi bahan itu menciptakan sensasi rasa yang sangat enak, dan tetap bergizi,” akunya.
Di Olahan Dapur Lulu, Riffka mengatakan sebenarnya  nasi bakar Mamong masuk dalam daftar makanan pilihan untuk prasmanan, katering, atau nasi kotak, dan bukan untuk menu keseharian. Namun, dengan adanya kabar kemenanganannya di tingkat Barkowil Malang dan Madura, ternyata banyak orang yang mencari menu tersebut.
Agar tidak mengecewakan para pelanggan dan pengunjung yang ingin menikmati nasi bakar Mamong, maka Dapur Olahan Lulu menjadikan makanan yang dibungkus dengan daun pisang itu itu masuk dalam menu keseharian. “Tidak setiap hari. Hanya setiap Selasa dan Rabu. Untuk keseharian sudah ada nasi goreng Mamong,” katanya.
Sebelumnya, Sekdaprov Jatim Dr H Sukardi MM mengatakan kata Mamong berasal dari bahasa Madura. “Mamong itu seperti orang bangun tidur lalu nampak linglung atau bingung, setengah sadar. Mungkin kata itu dipilih karena di Bondowoso banyak turunan Maduranya. Kalau penasaran ingin makan nasi bakar Mamong, silakan untuk mencobanya,” katanya.
Di sisi lain, Sekdaprov Jatim juga baru mengetahui lumut juga bisa disajikan untuk berbagai menu makanan yang diandalkan Café Wijaya Kusuma SMK PGRI SOOKO Kabupaten Mojokerto. “Ternyata lumut juga bisa dimakan, katanya kalau dicampur sambal tambah enak untuk menutupi rasa asli lumutnya,” ujarnya.
Untuk nasi bakar lumut ini, juru masaknya yaitu Lusiana yang telah menguji coba makanan lumut ini hingga ke BPOM dan hasilnya cukup bagus. “Ide nasi bakar lumut ini asalnya dari Lumut Srigengkok  dari Kabupaten Mojokerto yang tumbuh di bawah pohon cabai dan biasanya dimakan dengan urap atau pecel,” katanya.
Lalu, Lusiana mencoba masakan itu untuk bisa dijual di kantin yang ada sekolah. Ternyata banyak yang menyukai masakan tersebut. “Ke depan, masakan khas yang sudah lama ditinggalkan ini, bisa menjadi menu masakan olahan alternatif bagi warga,” katanya. [rac]

Tags: