Menumbuhkan Minat Baca pada Anak

Oleh :
Wildan Pradistya Putra
Guru Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) Malang
“Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” Ungkapan Mohammad Hatta tersebut menggambarkan betapa pentingnya sebuah buku.
Najwa Shihab (Duta Baca Indonesia) juga memberikan kalimat motivasi tentang membaca. “Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu, mari jatuh cinta.” Namun, faktanya adalah minat baca di Indonesia masih tergolong rendah. Berdasarkan penelitian terkait minat baca dengan tema Most Littered Nation In the World yang dilakukan Central Connecticut State Univesity pada 2016 menempatkan Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara. Padahal, di Indonesia ada puluhan ribu buku diterbitkan setiap tahunnya.
Kemajuan teknologi seringkali dijadikan kambing hitam akan merosotnya minat baca di Indonesia. Meskipun belum ada fakta ilmiah tekait hal tersebut, tetapi fakta yang muncul adalah kebanyakan orang Indonesia lebih memilih melihat gawai (smartphone) saat melakukan aktivitas ‘menunggu’, seperti mengantri di Imigrasi untuk membuat pasport, menunggu sebelum naik pesawat, atau kegiatan menunggu lainnya. Hal ini berbeda sekali dengan negari Sakura. Menurut beberapa referensi, di Jepang membaca seakan-akan sudah menjadi kebutuhan hidup. Mereka selalu membaca buku di sela-sela aktivitasnya yang menjadikan budaya tak tertulis bahwa ‘waktu luang adalah membaca’.
Gawai memang memiliki paket lengkap untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia, terutama pada anak atau pelajar. Dengan kecanggihannya, gawai yang dimiliki anak memiliki berbagai macam aplikasi. Aplikasi yang sangat populer dan terinstal di gawai anak salah satunya adalah game, sebut saja mobile legend. Dengan gawai yang dilenggapi game anak dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memainkannya. Alhasil waktu senggang yang dimiliki anak akan tersita begitu saja. Waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk membaca buku pun lenyap.
Aplikasi chatting juga salah satu yang membuat anak betah berlama-lama dengan gawainya, sebut saja yang paling populer Whatsapp (WA). Di Aplikasi WA ada banyak grup-grup chatting yang ketika koneksi data menyala tidak henti-hentinya pesan masuk begitu saja. Untuk membaca pesan di grup WA saja membutuhkan waktu berjam-jam. Belum lagi pesan pribadi atau yang dikenal kalangan muda, japri. Keasyikan yang dimunculkan oleh aplikasi chatting di gawai anak memang tidak semuanya berdampak negatif. Namun, jika berlebihan dan tidak digunakan sewajarnya dapat membuat anak lupa akan aktivitas lain dan aktivitas membaca buku.
Melihat pemaparan di atas menimbulkan tanda tanya besar. Apakah minat baca anak Indonesia benar-benar rendah atau ada faktor lain yang menghambat minimnya minat baca anak. Untuk menjawab itu semua memerlukan evaluasi yang menyeluruh. Pada dasarnya setiap anak menyukai hal-hal yang bersifat baru. Informasi yang tidak diketahui sebelumnya akan menarik minat baca anak. Dalam acara The Readers Fest 2018 yang merupakan acara festival buku terbesar Indonesia, Najwa Shihab membagikan lima tips agar gemar membaca, yaitu menonaktifkan media sosial, biasakan membaca rutin 30 menit sehari, terus berlatih membaca dan mulai baca buku yang disuka, cari teman untuk membaca, dan membaca buku sebelum menonton film. Penulis akan mencoba memaparkan hal tersebut menurut pendapat pribadi.
Pertama, menonaktifkan media sosial (medsos). Waktu anak banyak termakan untuk berbagai macam media sosial yang dimiliki, seperti Facebook, Instagram, Twitter, dll. Di media sosial tersebut, anak dapat dengan mudah mendapatkan informasi singkat dan instan terkait banyak hal dari berbagai sumber. Tak jarang, sumber informasi yang dimaksud berkategori anonim. Banyak informasi beredar sekarang yang memuat berita tidak sebenarnya (hoax). Berita hoax ini terus beredar di media sosial. Anak yang tidak suka membaca berita dari sumber resmi atau media cetak cenderung menelan mentah-mentah berita hoax itu. Hal ini akan berpengaruh terdapat paradigma anak terhadap sesuatu. Dengan penonaktifan medsos akan memberikan waktu lebih banyak anak untuk membaca.
Kedua, biasakan membaca rutin 30 menit sehari. Kebiasaan-kebiasaan literasi juga dapat dihadirkan di dalam rumah. Semisal orang tua yang mewajibkan satu kelurga untuk membaca di jam-jam tertentu, seperti pukul 19.00-20.00. Tidak perlu lama-lama untuk membiasakan hal ini, cukup 1 jam saja. Namun, keberhasilan kebiasaan literasi di rumah ini memerlukan peran dari seluruh anggota keluarga. Bila salah satu orang enggan melakukan kegiatan ini, maka dapat memengaruhi anggota keluarga lain.
Ketiga, terus berlatih membaca dan mulai baca buku yang disuka. Kebiasaan membaca memang harus dibiasakan. Sebagai orang tua, kita bisa memberikan buku yang memang disukai anak sesuai dengan usainya. Sebelum kita memberikan buku itu, kita bisa melihat ulasan buku tersebut. Hal lain yang bisa dilakukan adalah bersama sang anak ke toko buku dan membiarkannya memilih buku sesuai minatnya.
Keempat, cari teman membaca. Lingkungan pertemanan juga memiliki andil terhadap minat baca anak. Memiliki teman yang suka membaca dapat memberikan dampak positif. Salah satunya dapat dengan bertukar buku yang dimiliki. Hal positif lain yang di dapat adalah adanya teman diskusi setelah membaca sebuah buku dan adanya orang yang mau mendengar terhadap sudah pandang yang dimiliki si anak.
Kelima, membaca buku sebelum menonton film. Banyak sekali film-film yang diadaptasi dari novel. Sebelum sebuah film akan tayang, orang tua dapat memberikan novelnya terlebih dahulu. Dengan membaca novel terlebih dahulu, dapat mengasah imajinasi anak. Imajinasi yang baik dapat menumbuhkan kreativitas anak.
Menumbuhkan minat baca pada anak di era globalisasi ini bukanlah perkara mudah. Ada banyak tantangan yang membendung keinginan anak untuk membaca. Namun, dengan resep yang tepat minat baca pada anak pasti akan tumbuh juga. Pertanyaannya sekarang, maukah kita sebagai orang tua memberikan dan menelateni resep itu? Sebab, membaca merupakan hal yang penting, seperti pepatah populer mengatakan “membaca adalah jendela dunia”. Ayo membaca!

Rate this article!
Tags: