Menyingkat Alam Semesta

Judul : Astrofisika untuk Orang Sibuk
Judul asli : Astrophysics for People in a Hurry
Penulis : Neil deGrasse Tyson
Penerjemah : Zia Anshor
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, Oktober 2018
ISBN : 978-602-06-1632-2
Peresensi : Ajeng D. Erfatia,
Peminat kajian sains. 

“Dalam beberapa tahun terakhir, jarang ada seminggu berlalu tanpa berita penemuan di jagat raya yang layak diberi judul besar.” Kalimat pembuka buku dapat dirasa kebenarannya dalam jagat perbukuan. Buku Cosmos terbit ulang tahun 2013, dengan tambahan prakata dari Ann Druyan dan Neil deGrasson Tyson. Pada tahun itu pula, Stephen Hawking menyempatkan diri untuk mempublikasikan buku otobiografi berjudul My Brief History.
Kehadiran buku Astrofisika untuk Orang Sibuk (2018) menambah koleksi buku-buku tentang alam semesta. Masalahnya, ketika Carl Sagan telah menulis buku-buku tebal, Hawking telah menulis buku-buku serius, pembaca mungkin ragu apa yang bakal disuguhi Neil kali ini. Sesuai judul buku, Neil menulis astrofisika, dikhususkan untuk orang-orang sibuk. Suatu ambisi yang cocok dengan zaman serba cepat.
Buku untuk orang sibuk hadir dalam bentuk fisik kurus dan ramping. Pada bab pertama, pembaca langsung ditembak dengan kisah pembentukan alam semesta, atau fenomena ‘Ledakan Besar’. Tidak ada prakata puitis seperti pendahuluan Carl Sagan dalam Cosmos-nya. Einstein dan teori relativitasnya, Planck dan konstantanya, partikel-partikel kecil bernamakan kuark, lepton, dan keluarganya muncul bertubi-tubi sepanjang 12 halaman.
Tidak ada keterangan pembaca harus mengetahui dasar-dasar astrofisika atau astronomi, atau pengetahuan kosmos secara umum. Tapi simaklah kalimat ini: “Barangkali Anda tak pernah berjalan melalui awan plasma berpendar bersuhu sejuta derajat, dan pasti Anda tak pernah bertemu lubang hitam di jalan.” (hal. 15) Pembaca awam mungkin kesulitan membayangkan perumpamaan Neil. Baik ‘awan plasma’ maupun ‘lubang hitam’ memang dijelaskan oleh Neil, di bab-bab selanjutnya.
Jika Neil bermaksud memberikan wawasan pada pembaca awam nan sibuk, usahanya bakal gagal sejak bab pertama. Neil tahu. Dirinya penggemar Carl Sagan, dan pernah jadi pembawa acara televisi Cosmos tahun 2014 silam. Maka dengan bab pembukaan semacam itu, Neil telah menyisir segelintir pembaca sesuai dengan ambisi awal: untuk pembaca sibuk, yang membaca berita-berita besar tentang jagat raya. Sesuai kalimat pembuka buku.
Pembahasan Neil soal zat gelap, galaksi, serta bintang-bintang bukan berarti lebih ‘miskin’ dibanding buku-buku tebal. Buku tidak dihiasi terlalu banyak catatan kaki serta tidak ada daftar bacaan lanjutan sehingga betul-betul kelihatan ringkas dan padat. Walau begitu, pengetahuan alam semesta suguhan Neil diperkaya penemuan-penemuan mutakhir. Seperti kemunculan LED, penemuan teleskop radio terbesar, dan sebuah asteroid bernamakan dirinya sebagai bentuk penghormatan.
Anekdot relevan bagi pembaca abad ke-21 juga hadir untuk menghibur para pembaca sibuk. Salah satunya ditulis, “Siapa pun yang terlalu banyak menonton film fiksi ilmiah tahu bahwa sinar gamma itu buruk untuk kita. Kita bisa jadi hijau dan berotot, atau mengeluarkan jarring laba-laba dari pergelangan.” (hal. 107)
Sebuah bab mengenai mengapa benda-benda di alam semesta kebanyakan berbentuk bulat hadir di tengah-tengah padatnya buku. Menurut Neil, “Di antara semua bentuk, bola paling disukai hukum fisika sederhana.” (hal. 87) Di jagat raya, benda-benda diubah oleh energi dan gravitasi. Gravitasi menjaga agar energi maksimal dapat tersimpan pada luas permukaan benda sekecil-kecilnya-yaitu bola sempurna. Neil mengakhiri dengan mengingatkan pembaca agar tidak fanatik dengan bola.
Sekiranya bab ini dihadirkan untuk menangkal isu-isu sempat tenar semacam ‘bumi datar’, pembaca juga perlu tahu bahwa sampai sekarang belum ada yang tahu batas alam semesta. Dan untuk pembaca cepat, kerap membaca judul tanpa membaca isi, Neil buru-buru meringkas perihal kebulatan benda-benda alam semesta sebelum pembaca merasa terlalu sibuk, lantas melewatinya lagi.
Neil sadar, masih banyak orang abai terhadap alam semestanya. Di bumi, terlalu banyak masalah menimpa terlalu banyak orang. Banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Selama kebutuhan hidup seseorang belum terpenuhi, tak bakal sampai kepikiran tentang bintang, langit, atau bahkan permukaan bumi yang bulat.
Ketika Neil menjawab pertanyaannya sendiri tentang siapa yang dapat merayakan pandangan kosmik atas kehidupan dengan, “Bukan pekerja tani migran. Bukan buruh pabrik. Jelas bukan tunawisma yang mengorek tempat sampah untuk mencari makan.” Kita tahu, pengetahuan tentang sesuatu yang lebih besar ini, sampai sekarang, hanya dapat dimiliki oleh orang-orang sibuk berpikiran besar, luas, dan menindas.
———- *** ———

Rate this article!
Menyingkat Alam Semesta,5 / 5 ( 1votes )
Tags: