Mewaspadai Depresi Sosial Akibat Pandemi Covid-19

Oleh :
Untung Dwiharjo
Peneliti Pada LAZNAS YDSF di Surabaya

Pandemi Covid-19 yang entah kapan akan berakhir ini berpotensi menciptakan depresi sosial. Buktinya akhir-akhir ini berita bunuh diri kerap kita jumpai baik itu lewat media cetak atau media online. Mulai dari bunuh diri yang dilakukan dengan cara meloncat dari apartemen, ,lompat dari jembatan ke sungai ataupun lompat dari gedung Rumah sakit ketika dalam masa perawatan Covid-19. Peristiwa yang bikin kita kaget adalah adanya dugaan kuat bunuh diri yang dilakukan seoang wartawan televisi swasta nasional dengan disertai mengkomsumsi obat-obatan tertentu sebagaimana keterangan Polda Metro Jakarta beberapa waktu yang lalu. Berbagai peristiwabunuh diri tadi memunculkan fenomena demikian miris dimana pelaku dengan mudahnya mengambil langkah untuk mengakhiri hidupnya. Seolah tidak jalan lain selain bunuh diri untuk menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Seakan mereka mengalami tekanan hidup yang demikian hebat sehingga mengalami depresi yang dalam sehingga harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang sebenarnya dilarang oleh agama tersebut.

Depresi Sosial Yang Dalam

Harus diakui semenjak adanya Pandemi Covid-19 ini beban hidup masyarakat terutama masyarakat kelas bawah semakin berat. Karyawan banyak yang kena PHK, usaha lesu dimana omset terjun bebas, mencari pekerjaan susah. Serangkaian persoalan tadi terjadi di tengah bencana pandemi Covid-19 yang efeknya demikian hebat hampir seluruh sendi kehidupan manusia ikut terimbas. Sehingga seolah langit akan runtuh menerpa yang mengalami persoalan tersebut. Tengoklah misalnya pasien Covid-19 yang dirawat di sebuah rumah sakit di sebuah kota di Jawa Timur yang diberitakan bunuh diri loncat dari Rumah sakit. Mungkin saja dia mengalami tekanan hidup yang dalam atau mengalami depresi sosial yang akut dimana dia merasa terstigma atau mengalami dalam kesendirian karena adanya isolasi selama perawatan Covid-19 tersebut. Sehingga hampir semua beban psikologis dirinya yang harus menanggung.

Sehingga tanpa orang lain di sampingnya yang mau mendengarkan atau peduli orang yang mengalami tekanan hidup (depresi) yang dalam bisa mengambil langkah yang salah yaitu dengan bunuh diri. Seolah dengan melakukan bunuh semua persoalan di dunia selesai. Untuk menjelaskan ini kita bisa meminjam penjelasan Emile Dhurheim (Siahaan, 1986) apabila seseorang indivividu tidak dapat memenuhi peranan yang diharapkan (role expectation) di dalam menjalankan peranan yang dijalankan kehidupannya (role performance) maka individu tersebut akan mengalami frustasi. Misalnya pasien Covid-19 yang di rawat tadi mempersepsi dengan dia menjadi pasien Covid maka peran dia sebagai suami akan terganggu, sebagai angota masyarakat terganggu misalnya karena adanya pengucilan dari masyarakat atau perlakuan perlakuan lain yang buruk dari masayarakat. Maka sang pasien tadi megalami depresi yang hebat seolah dunia ini sudah berakhir dengan menderita Covid -19. Sehingga si pasien tadi nekad melakukan perbuatan bunuh diri agar terbebas dari tekanan hidup (Frsutasi/ depresi).

Perlu Solidaritas Masyarakat

Depresi Sosial yang dialami masyarakat sekarang ini terutama dengan adanya pandemi Covid-19 ini maka dibutuhkan peran masyarakat secara aktif. Karena tanpa solidaritas masyarakat , orang-orang yang mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dalam akan mudah mengambil jalan pintas yang mereka pikir bisa menyeleaiakan semua persoalan yang mereka hadapi. Solidaritas masyarakat ini bisa diwujudkan misalnya dengan memberikan dukungan moril dengan memberikan semangat dan motivasi untuk tetap semangat terutama dengan orang-orang yang mengalami depresi yang sangat dasyat seperti misalnya terpapar Covid-19 atau kehilangan pekerjaan / kena PHK. Kedua berupa bantuan material seperti memberikan bantuan berupa makanan atau sembako bagi orang yang menjalankan isolasi diri, atau memberikan bantuan quota internet bagi anak -anak dari keluarga yang kurang mampu.

Bentu-bentuk solidaritas seperti itulah yang diperlukan oleh orang yang terkena depresi sosial akibat Pandemi Covid-19 ini. Apabila masyarakat memperlakukan mereka sebaliknya misalnya dengan mengucilkan, memberi stigma bahkan acuh tak acuh atau menjauhi mereka maka mereka yang terkena danpak dari pandemi Covid-19 ini akan semakin mersa terasing dan tertekan kehidupannya.

Sebagai penutup marilah kita memberikan dukungan kepada masyarakat yang terkena dampak adanya Covid–19 ini sperti dari individu yang terpapar Covid-19, terkena PHK, murid yang tidak bisa belajar karena tidak gawai atau tidak ada quota internet. Sehingga mereka dapat melalui ujian ini dengan lancar sampai ditemukannya virus untuk mencegah pandemi Covid 19 ini. Akhirnya diharapkan dimasyarakat tidak ada lagi yang melakukan bunuh diri akibat depresi yang demikian dalam dan hebat akibat Pandemi Covid 19 ini. Semoga!

———– *** ———–

Tags: