Pakan ikan Situbondo Terbesar di Indonesia

Kepala BPBAP Situbondo Nono Hartanto. [sawawi/bhirawa].

BPBAP Kembangkan Pakan Alami Phronima
Situbondo, Bhirawa
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Kabupaten Situbondo punya gagasan dan inovasi yang sangat membanggakan. Kantor yang berada dibawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI ini berhasil melauncing program pengembangan budidaya produk pakan alami Phronima. Program ini muaranya untuk menekan tingginya biaya produksi para petambak tradisional, intensif dan pengusaha hatchery yang ada di Situbondo.

Penegasan ini disampaikan Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Kabupaten Situbondo Nono Hartanto Rabu kemarin (26/8). Program unggulan ini sejenis dengan udang kecil atau renik yang notabene merupakan

pakan alami komoditas ikan. Kepala BPBAP Situbondo, Nono Hartanto mengatakan saat ini pihaknya telah merintis budidaya phronima yang bibitnya diambil dari daerah Sulawesi. “Selama ini pemilik hatchery dan para pembudidaya memberi pakan udang rebon. Sedangkan, ketersediaan udang rebon tergantung pada musim. Untuk itu, salah satu solusi terbaik BPBAP Situbondo melakukan rekayasa teknologi budidaya Phronima,” ujar Nono Hartanto.

Keberadaan pakan alami Phronima ini, sambung Nono Hartanto, selain dapat menekan biaya produksi para petambak juga dapat membantu pemilik hatchery. Sebab, pakan alami phronima ini bisa berkembang dengan baik dan bisa mengurai kerusakan dasar di dalam tambak. “Selama ini para pembudidaya di Situbondo. mengambil udang rebon untuk pakan benih ikan dari Banyuwangi. Padahal saat ini di BPBAP Situbondo sudah tersedia pakan alami phronima,” ujar Nono Hartanto.

Nono Hartanto menuturkan, dari hasil keuntungan budidaya phronima ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal. Sebab, tegasnya, budidaya phronima bisa untuk dipasarkan atau dikomersilkan. “Namun untuk saat ini hasil budidaya dari phronima baru bisa memenuhi kebutuhan internal,” tuturnya.

Khusus di Kabupaten Situbondo keberadaan industri benih ikan, kata Nono Hartanto, memiliki prospek cerah dan menggiurkan. Bahkan, ulas Nono, tercatat paling besar di Indonesia serta mampu menopang kebutuhan nasional. Yang unik, selama ini belum ada yang tertarik untuk menekuni budidaya pakan untuk benih. “Kami terus berkomitmen mengembangkan budidaya pakan alami phronima ini agar para petambak dan pemilik hatchery kedepan dapat merasakan murahnya biaya produksi dengan menggunakan pakan alami bernama phronima,” pungkas Nono Hartanto. (awi)

Tags: