Pandemi Berakhir April

Permodelan matematika dan simulasi ITB memperkirakan pandemi virus corona di Indonesia akan berakhir pertengahan April (2020) ini. Parameter model dipilih negara dengan kasus infeksi paling banyak, termasuk Amerika Serikat. Saat ini di Wuhan, China, tidak ditemukan lagi kasus baru. Begitu pula di Korea Selatan telah menunjukkan tren penurunan drastis. Sistem dan teknologi penanganan wabah CoViD-19 yang akan ditransfer ke Indonesia, diyakini akan efektif.
Prediksi berakhirnya pandemi CoViD-19 di Indonesia, juga mempertimbangkan paradigma khas ke-virus-an. Bahwa infeksi virus bisa sembuh sendiri, seiring ketahanan tubuh yang membaik. Kecuali pasien dengan pemberatan penyakit kronis lain. Prediksi akhir pandemi virus corona dilakukan oleh dua tim ITB (Institut Teknologi Bandung). Yakni, tim peneliti dari Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi (P2MS), dan tim KK Matematika Industri dan Keuangan.
Hasil penelitian diberi judul “Data dan Simulasi COVID-19 dipandang dari Pendekatan Model Matematika.” Model yang digunakan merupakan pengembangan dari rumus logistik Richard’s Curve. Model yang sama juga pernah digunakan pada tahun 2003 silam, dengan menghitung awal, puncak, dan akhir endemi SARS di Hongkong. Hasilnya cukup baik (sesuai). Permodelan matematika, juga lazim digunakan memprediksi berbagai hal bidang politik, dan sosial.
Dalam simulasi pemodelan ini, tim peneliti memilih negara-negara dengan kasus infeksi yang terbanyak. Antaralain Cina, Italia, Iran, Korea Selatan, dan Amerika Serikat sebagai acuan untuk menentukan parameter model. Peneliti mulai menghitung laju awal pertumbuhan, asumsi batas atas penderita (carrying capacity), dan efek asimtotik. Pada tengah analisis diperoleh Richard’s Curve yang me-representasikan “dinamika” penderita.
Model parameter yang diuji bukan hanya dari lima negara, melainkan juga data akumulatif seluruh dunia. Hasilnya, ternyata Indonesia sesuai disandingkan dengan pola Korea Selatan. Simulasi epidemi virus corona di Indonesia, dimulai dengan angka 2 (dua penderita) sampai 7 Maret. Dari hasil pemodelan yang dibangun, menunjukkan kasus CoViD-19 diprediksi akan mencapai “puncak” epidemi pada akhir Maret 2020 (berkisar tanggal 27 Maret).
Jumlah kasus baru harian diprediksi mencapai 600 kasus. Sedangkan pandemi diprediksi akan berakhir pertengahan April 2020 (berkisar tanggal 12 April). Jumlah kasus maksimum mencapai 8.000 suspect positif. Maka upaya pemerintah menggencarkan (dan memperluas) cakupan rapid test, memerlukan konsekuensi. Yakni, penyediaan ruang perawatan lebih banyak. Juga penyediaan obat Avigan, dan Chloroquine lebih banyak.
“Booming” pandemi virus corona menyebabkan negara-negara seantero bumi telah melakukan “lockdown” terbatas. Pada tataran nasional, beberapa pemerintah propinsi menyatakan “social distancing.” Terutama Pemprop DKI Jakarta, yang memiliki kasus positif CoViD-19 paling banyak. Kegaiatan sosial yang melibatkan orang banyak dibatasi. Antara lain seluruh pelajar belajar di rumah, dan pegawai bekerja di rumah.
Pada tataran internasional. Berbagai konferensi, lomba, dan pertandingan ke-olahraga-an tingkat nasional dan internasional ditunda. Pada periode pandemi global saat ini, negara-negara juga menggalang kerjasama penanganan CoViD-19. Termasuk China mulai bangkit membantu penanganan virus corona negara sahabat yang terdampak berat virus corona. Antara lain membantu Italia, Arab Saudi, dan negara-negara di Afrika.
Di Korea Selatan (negara tetangga China, sekaligus terdampak CoViD-19 kedua terbesar) juga tidak melakukan lockdown. Pada awal Maret, penambahan pasien corona sebanyak 500 kasus. Tetapi seluruh masyarakat bebas beraktifitas. Namun pemerintah Korsel melakukan respons masif, memadukan partisipasi masyarakat dengan aplikasi teknologi canggih. Misalnya, ada pemeriksaan kesehatan gratis, drive-thru!
Berangsur-angsur negara yang terpapar CoViD-19 parah, bisa bangkit. Prevalensi kesembuhan lebih banyak dibanding angka kematian.
——— 000 ———

Rate this article!
Pandemi Berakhir April,5 / 5 ( 1votes )
Tags: