Pantau Kemajuan Belajar Siswa untuk Persiapan PTM

Siswa dari jenjang SDLB, SMPLB hinga SMALB saat mengikuti pembelajaran tatap muka di SLB Widya Tama, Surabaya, Senin(10/8). [oky abdul sholeh]

Minim Media Pembelajaran, Banyak Keluhan Diterima Sekolah
Surabaya, Bhirawa
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai disiapkan sejumlah sekolah di Surabaya. Di SLB Widya Tama Kedurus Surabaya. Misalnya, proses PTM hanya diikuti paling banyak dua siswa dalam sekali pertemuan dengan protokol kesehatan yang ketat. Sisanya pembelajaran akan dilakukan secara daring.
Kepala SLB Widya Tama, Min Ayuni menuturkan, setiap seminggu sekali siswa mengikuti PTM beserta pengumpulan tugas yang diberikan para guru. Hal ini dilakukan untuk memantau kemajuan siswa selama seminggu belajar dirumah. Selain itu juga mengatasi psikis anak berkebutuhan khusus di masa pandemi Covid 19.
“Kalau kita yang normal bisa cari sampingan untuk mengelola pola pikir sendiri. Tapi kalau anak berkebutuhan khusus ini kan ketergantungan dengan orang lain. Mangkanya kami ingin melihat kemajuan belajar mereka dalam kesehariannya,” jelas saat dijumpai Bhirawa di sekolah, Senin (10/8).
Pertimbangan lainnya, banyaknya keluhan yang diterima sekolah dari orang tua. Selama belajar dari rumah anak – anak cenderung tidak patuh dan tidak disiplin. Disamping itu, tingkat kejenuhan anak semakin tinggi.
“Makanya kami buat seminggu sekali agar mereka juga senang dan moodnya juga baik,” tambah dia.
Terkait jam PTM masing – masing siswa hanya mengikuti satu jam pembelajaran secara bergiliran. Dalam satu hari maksimal dua anak yang bisa mengikuti pembelajaran ini. Selain itu, sekolah juga melakukan home visit bagi siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah. Tujuannya, untuk mengontrol pembelajaran siswa jika ada kesulitan.
“Guru – guru juga saya tugasi untuk menyapa anak – anak di kelas masing – masing melalui video call,” katanya.
Setidaknya ada 28 siswa dari jenjang SDLB, SMPLB hinga SMALB yang mengikuti pembelajaran tatap muka di SLB Wisdya Tama.
“Sebelum kami melakukan PTM, kami buat surat persetujuan dari orang tua untuk meyelenggarakan guru kunjung atau tatap muka. Mereka bisa memilih mau pakai metode yang mana sesuai dengan kemampuan anaknya,” tutur dia.
Sementara itu, siswa kelas 12, Wahyu Phandani, mengaku senang dengan PTM. Sebab, selain belajar ia juga bisa bermain dengan media pembelajaran yang diberikan oleh sekolah. ”Enak belajar di sekolah. Kalau di rumah jenuh. Di rumah gak bisa belajar sambil bermain,” kata siswa dengan keterbatasan tuna grahita ini. [ina]

Tags: