Pasca Penutupan Dolly, Surveilans Wajib Ditingkatkan

IMG00482-20131107-1434(1)Surabaya, Bhirawa
Pasca dideklerasikannya penutupan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara (Dolly), membuat rumah sakit yang berada di daerah Jatim harus memperkuat Surveilans atau tim survei kesehatan untuk penderita HIV/AIDS. Pasca deklarasi penutupan Dolly membuat Pekerja Seks Komersial (PSK) menyebar di beberapa daerah di Jatim.
”Kita (Survelent, red) harus bekerja keras untuk mendata dan menemukan para PSK yang menyebar di pelosok-pelosok daerah di Jatim,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, dr Harsono.
Harsono mengatakan, surveilans nanti akan ditempatkan dibeberapa rumah sakit yang ada di setiap daerah. Semakin banyak surveilans  yang bekerja di rumah sakit akan memperbesar peluang dalam menemukan para PSK yang mengidap HIV/AIDS.
”Kerja keras menemukan PSK yang positif HIV/AIDS ini sangat sulit sehingga diperlukan sebuah kejelian dan kesabaran dari para surveilans ,” ucapnya.
Dijelaskannya, surveilans ini akan efektif bekerja jika ada dorongan dari pemerintah daerah dalam mengawalnya. Pemerintah daerah dapat mengambil surveilans  dari tenaga kesehatan atau mengambil dari luar rumah sakit.
Yang terpenting surveilans  ini ada yang menaungi agar bekerjanya dapat maksimal. Pemerintah daerah dapat menggerakkan dinas kesehatan yang ada didaerahnya untuk mengawal surveilans di rumah sakit.
Lebih lanjut pria berkacamata ini mengungkapkan, selain adanya peran serta dari survelent, keberadaan masyarakat dalam memantau para PSK juga sangat menentukan. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam melaporkan keberadaan PSK di daerah dan mengawal agar PSK tidak beroperasi di daerahnya. ”Memang berat dalam mengawal keberadaan PSK karena kasus ini dapat selesai dengan bekerjasama banyak pihak,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu warga Surabaya, Aris mengaku, sebagai warga masyarakat dirinya siap jika diminta untuk mengawal agar di daerahnya bebas dari PSK. Banyak cara yang dapat dilakukan agar PSK tidak dapat beroperasi di daerahnya.
”Kita akan bekerjasama dengan RT/RW untuk memperketat tamu dari luar atau rumah kos-kosan karena tempat tersebut rawan dalam praktek pelacuran,” ucapnya. [dna]

Keterangan Foto: dr Harsono

Tags: