Pengamat: Lawan Takut, Paslon MA-Mujiaman Diserang Isu Corona

Pengamat Sosial Politik Unesa, Agus Mahfud Fauzi

Surabaya, Bhirawa
Pilwali Surabaya memasuki tahapan baru, dua kontestan Machfud Arifin (MA)-Mujiaman dan Eri Cahyadi-Armuji sudah ditetapkan sebagai pasangan calon (paslon) Pilwali Surabaya 2020 oleh KPU Kota Surabaya.

Menariknya, setelah penetapan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota ini diprediksi black campaign akan meningkat. Pasalnya, sebelum penetapan calon, kubu Eri-Armuji memanfaatkan isu corona untuk menyerang MA dan Mujiaman.

Hal itu dilatar belakangi karena Machfud Arifin tidak datang pada tahap cek kesehatan di RSUD dr. Soetomo pada gelombang pertama. Bahkan sebelum penetapan calon, isu MA terdeteksi corona masih terus digulirkan, padahal MA sudha negatif, bahkan sudah menyelesaikan tes kesehatan pada gelombang kedua, tidak hanya itu KPU juga sudah menegaskan semua Paslon Pilwali surabaya negatif covid 19.

Pengamat Sosial Politik Unesa Agus Mahfud Fauzi menilai, politik menyerang atau black campaign tidak banyak berpengaruh untuk menarik simpati dari pemilih. Black campaign hanya menjadi isu yang sensasional tapi tidak berefek terhadap pemilih.

“Pemilih itu tidak melihat masa lalu, tapi melihat masa depan. Serangan politik atau black campaign tidak terlalu ngefek,” ujarnya. Mantan komisoner KPU Jawa Timur ini menegaskan, banyak motif yang dilakukan dari politik menyerang lawan. Salah satunnya adalah untuk menjatuhkan lawan, mendapatkan apresiasi dari simpatisan, bahkan karena ada ketakutan terhadap lawan.

“Bisa jadi karena ketakutan kepada sang lawan. Tapi kalau dengan black campaign itu tidak terlalu berpengaruh,” ujarnya. Agus memberikan nasihat, jika memang ada rasa ketakutan terhadap lawan, mending melakukan kampanye yang positif. Sebab, paslon yang menampilkan black campaign pendukungnya sedikit.

“Kalau soal kesehatan itu ada ahlinya, bukan kapasitas paslon atau tim kampanye menilai kesehatan,” ucapnya. Menurutnya, di dalam politik pendidikan politik lebih penting ketimbang black campaign. Paslon yang menampilkan pendidikan politik akan mendapatkan apresiasi oleh warga atau simpatisan, selain tidak menghabiskan energi sang calon.

“Menurut saya lebih baik mas Eri atau pak Armuji dan timnya meninggalkan pola itu, kalau memang pak MA tidak sehat biarkan itu menjadi wewenang tim medis yang mengatakan, tapi KPU sudah menetapkan kedua paslon lolos syarat administrasi. Tim pak MA juga demikian,” katanya.

Agus mengatakan, yang lebih penting ke depan ditonjolkan adalah program dan memainkan isu bagaimana Surabaya ke depan. Terutama program penyelesaian covid, dimana di Surabaya masih tinggi.

“Yang pertama penentu tentang penyelesaian covid, salah satu calon mampu menyelesaikan covid, tidak cukup solusi nanti, tapi sekarang sangat mungkin diterima masyarakat,” ucapnya. [dre]

Tags: