Peran Guru Sebagai Mercusuar Harapan

Oleh :
Al Iklas Kurnia Salam
Penulis adalah Guru di PPTQ Darul Fikri Sidoarjo
Wabah virus corona yang tengah melanda penduduk dunia sepertinya akan membawa kita pada satu era baru. Satu era yang disebut era kecemasan. Akibat merebaknya virus corona, seluruh dunia jadi mengerti bahwa sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem pendidikan kita tidak sekuat yang kita bayangkan. Aneka sistem tersebut rapuh dan rentan. Terutama dalam menghadapi suatu fenomena maha hebat bernama pandemi Corona.
Dalam waktu beberapa bulan saja, wabah yang sebut Covid-19 ini telah menelan banyak korban. Virus tersebut telah menyebabkan 18.589 orang meninggal dunia di 196 negara/kawasan (berdasarkan pusat informasi Covid-19, Kemkominfo). Selain korban jiwa, keganasan virus asal Wuhan, Tiongkok ini juga telah menelan banyak korban lain. Akibat merebaknya virus corona, ekspor dan impor jadi terganggu, industri sepak bola di berbagai negara dihentikan sementara, dan barang-barang perlindungan kesehatan seperti masker jadi hilang di pasaran.
Dalam konteks pendidikan, Covid-19 telah memaksa Kementerian Pendidikan untuk menutup sekolah-sekolah. Para siswa tidak boleh lagi datang ke sekolah untuk belajar dan bermain dengan teman sebayanya. Para siswa diwajibkan untuk tetap tinggal di rumah dan melakukan pembelajaran secara mandiri di tengah keluarga masing-masing.
Canda tawa anak-anak yang biasanya bergema di kelas atau kantin sekolah seketika lenyap disapu kengerian wabah virus berbahaya. Para orangtua yang biasanya menyerahkan pendidikan anak-anak mereka pada para guru di sekolah, mendadak harus menjadi teman belajar bagi buah hati mereka. Bahkan para pelajar kelas 6, 9, dan 12 tidak bisa menghadapi ujian nasional. Ujian nasional tahun ini batal karena adanya virus corona.
Sangat wajar bila semua kengerian itu membuat kita panik dan cemas. Kita khawatir, bisakah wabah ini dihilangkan dalam waktu singkat. Kita juga berharap-harap cemas, mungkinkah fondasi perekonomian kita cukup kuat dan mampu bertahan dalam waktu yang tidak pasti untuk menghadapi serangan Covid-19 ini.
Di tengah segala kebimbangan dan kegelisahan ini, peran guru menjadi sangat penting. Guru di dalam masa krisis tidak boleh didefinisikan hanya sebatas pengajar yang mengampu suatu mata pelajaran. Definisi dan tugas guru dalam era kecemasan ini sebaiknya diperluas. Definisi dan tugas guru yang diperluas itu bisa berkembang menjadi sosok-sosok yang bisa memberikan kesadaran baru tentang arti hidup dan menjadi mercusuar dari setiap harapan.
Pendefinisian ulang makna dan tugas guru ini penting mengingat peran guru yang sangat sentral dalam menjaga impian anak-anak kita di masa depan. Guru-guru yang menyadari akan makna dan tugas baru profesinya ini juga akan semakin sadar bahwa segala sistem tata ekonomi, sosial, dan budaya hanya akan eksis di masa depan jika diajarkan oleh para guru. Tanpa peran guru, suatu budaya bisa hilang, satu bahasa bisa musnah, satu sistem ekonomi akan berakhir. Dengan peran guru, identitas budaya, bahasa, dan sistem ekonomi akan terwariskan ke masa depan.
Guru Pembawa Obor Harapan
Untuk menjadi guru yang mampu menjadi mercusuar harapan para siswanya, para guru harus mau belajar ulang tentang segala hal. Pikiran sempit yang hanya membatasi pembelajaran dalam kotak kecil bernama program studi atau mata pelajaran sebaiknya segera dihentikan.
Guru memang harus menguasai basic ilmu yang akan mereka ajarkan. Namun, jika basic ilmu itu membatasi dan mempersempit etos guru dalam belajar, maka semua itu hanya menjadi racun bagi perkembangan ilmu para guru. Sebab, seperti kata pepatah kuno, inspirasi dan harapan hidup muncul bukan dari rutinitas dan pengulangan, melainkan dari petualangan dan pengembaraan intelektual.
Kisah-kisah sukses dari tokoh-tokoh dunia sebaiknya jadi bacaan wajib harian buat para guru. Perjuangan hidup, pergolakan pemikiran, serta prinsip-prinsip keyakinan tokoh-tokoh dunia yang positif hendaknya dikuasai dan disebarluaskan oleh guru-guru pengobar mimpi. Tanpa penguasaan ilmu tersebut, harapan akan sangat sulit untuk hidup dan berkembang.
Dalam konteks pelajaran biologi misalnya. Sebelum materi pelajaran tentang eksistensi dan bahaya virus corona dijelaskan, sang guru terlebih dahulu membacakan kata-kata mutiara dari tokoh Hak Asasi Manusia pemberani bernama Munir. Pada suatu kesempatan di tengah-tengah advokasi HAM ia bernah berkata, “Saya harus tenang walaupun takut, untuk membuat semua orang tidak takut.”
Kata-kata ispiratif itu sangat cocok jika disambung dengan pengalaman hidup sang guru dan berbagai tokoh dunia yang pernah berperang melawan wabah penyakit. Semua itu tentu akan sangat menyenangkan dan menumbuhkan semangat dalam diri siswa. Bayangkan situasi tersebut terjadi saat pembelajaran. Siswa-siswa bukan hanya akan tertarik dan aktif dalam pembelajaran tapi juga akan terinspirasi untuk meraih sebuah cita-cita mulia.
Dengan kata lain, keterbukaan pikiran dan keluasan wawasan para guru adalah kunci dari hidupnya harapan di dada siswa. Pikiran guru yang terbuka ditambah luasnya wawasan adalah teladan yang sangat efektif guna menginspirasi para siswa. Para siswa akan melihat dengan mata mereka sendiri bagaimana kekuatan sebuah ilmu akan menentukan jalan kehidupan seseorang.
Virus corona yang menjadi masalah utama pendidikan hari ini bukanlah persoalan besar jika kita memiliki jumlah guru pengobar harapan yang signifikan. Sebab, keterbatasan ruang, waktu, bahkan fasilitas bisa diatasi oleh guru-guru inspiratif.
Contoh paling sederhana adalah kisah Bu Muslimah (Bu Mus) dalam novel Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata. Keterbatasan dana, fasilitas, serta waktu belajar tidak menghalangi murid-murid SD Muhamadiyah Gantong, Belitung Tumur meraih prestasi. Bu Mus tetap mampu menjaga mimpi para siswanya hingga mereka mampu berprestasi.
Dalam novel itu, SD Muhammadiyah tempat bu Mus mengajar mampu mengalahkan sekolah favorit di pulau Belitung dalam beberapa perlombaan sekaligus. Inilah bukti keterbatasan dan pembatasan tak bisa menghalangi guru inspiratif dalam mengobarkan harapan.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah para orangtua dan guru siap berubah untuk menghadapi situasi yang sulit seperti saat wabah corona menyerang? Apakah pemerintah mau memberi akses lebih bagi para guru untuk mengembangkan diri? Jawaban dari dua pertanyaan tersebut akan sangat menentukan arah masa depan pendidikan negeri ini. Begitulah.

Rate this article!
Tags: