Perempuan Disarankan Belajar Ilmu Bela Diri

Dinas PMDPPA dan KB Kab Sidoarjo, melakukan sosialisasi pada semua lapisan masyarakat, untuk mencegah kekerasan fisik dan non fisik pada perempuan di Kab Sidoarjo. [alikus/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Kekerasan seksual pada perempuan di zaman modern ini banyak terjadi. Korbannya beragam. Mulai anak, remaja sampai dewasa. Kasus ini terjadi karena korban sendiri lebih suka memperlihatkan aurat yang seharusnya dijaga, juga di zaman modern ini mereka tidak bisa menggunakan media sosial (Medsos) dengan benar.
Menurut Anggi Puspita Dewi, mahasiswa program studi ilmu komunikasi Universitas Muhamadiyah Sidoarjo, di zaman modern seperti sekarang ini banyak perempuan malah menyalahgunakan Medsos yang dipakai, seperti lewat facebook, WhatsApp, BBM dan lainnya.
”Lewat Medsos, korban awalnya mencari kenalan, lalu diajak bertemu, lalu menggunakannya untuk melihat hal negatif seperti pornografi, dari situlah bisa terjadi tindak kekerasan muncul,” kata Anggi, dalam sorotan publiknya, belum lama ini.
Akibat banyak terjadinya kekerasan seksual pada perempuan, menurut data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kekerasan seksual pada anak dan perempuan sudah mencapai 100 an lebih.
Ia memberikan tips agar bisa terhindar dari kasus pelecehan seksual. Diantaranya, harus pakai Medsos dengan positif, berpakaian sesuai aturan agama, hindari pergaulan bebas, hindari jalan sepi.
Bahkan bila perlu para perempuan juga bisa belajar ilmu bela diri untuk jaga diri. Jika diperlukan, bila bepergian bawalah benda-benda yang berguna, seperti bubuk cabai, garam dan sebagainya.
”Orang tua juga harus selalu mewaspadai anak-anaknya, supaya tidak sampai jadi korban kekerasan seksual yang saat ini semakin marak terjadi,” katanya.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Perempuan Perlindungan Anak dan KB Kab Sidoarjo, Dra Lela Koestjandawati, mengatakan masukan tersebut sangat bagus. Pihaknya sangat berharap masyarakat pro aktif membantu memberikan masukan.
Ia mengatakan selama ini sudah bergerak memberikan sosialisasi pencegahan kekerasan seksual. Tapi diakui, tidak semua desa mampu disasar. Karena berbagai keterbatasan. Misal alokasi anggaran untuk sosialisasi. ”Sehingga harus dilakukan secara gantian dan bertahab,” kata Lela,
Rabu (21/11) kemarin.
Karena keterbasan anggaran untuk sosialisasi pencegahan kekerasan pada anak dan perempuan di Kab Sidoarjo itu, maka Lela, menyadarkan dari pihak desa juga ikut peduli. Dengan menyisihkan anggaran desanya yang kini jumlahnya besar itu.
Pada Rabu (21/11) kemarin, telah melakukan rapat koordinasi yang dibantu para pendamping di desa, untuk mewujudkan desa ramah anak dan perempuan. Sehingga nantinya diharapkan tak ada lagi kekerasan dan pelecehan terhadap anak dan perempuan di Kab Sidoarjo. [kus]

Tags: