Perlu Inovasi dan Strategi yang Tepat untuk Pulihkan UMKM di Masa Pandemi

Kegiatan melalui aplikasi zoom, series Wahana Visi Indonesia bersama para pelaku UMKM di Surabaya dan akademisi dari Universitas Atma Jaya Jakarta dan Universitas Ciputra Surabaya.

Surabaya, Bhirawa.
Selama pandemi Covid-19, para pelaku UMKM mengalami dampak besar. Salah satunya dengan penurunan pendapatan. Bagaimana UMKM jeli dalam memanfaatkan peluang, berinovasi, memperluas pasar, hingga mengemas produk dengan baik menjadi tantangan untuk dapat bertahan dan kembali pulih. Oleh karena itu Wahana Visi Indonesia (WVI) bersama para akademisi menyediakan wadah bagi para pelaku UMKM untuk dapat berkonsultasi dan mencari solusi untuk permasalahan yang dihadapi UMKM.

Hasil Studi Penilaian Cepat Livelihood Dampak Covid-19 di Indonesia oleh WVI memperlihatkan bahwa pandemi mempengaruhi perekonomian keluarga, terutama yang menggantungkan hidup di sektor pertanian, juga sektor informal atau UMKM. Studi dilakukan pada 900 rumah tangga di 251 desa/kelurahan di 35 kabupaten/kota di 9 provinsi dengan metode kuantitatif dan kualitatif.

Sebanyak 88,1% responden berdomisili di pedesaan. Selain itu, 68% responden bergerak di sektor pertanian dan 32% di sektor informal/umkm. Hasil survei menyebutkan, 9 dari 10 responden menyatakan sumber pendapatan mereka terdampak Covid-19.

Sebanyak 35% responden menyatakan pendapatannya turun 51-75 persen, 24% menyatakan turun lebih dari 75% dan 19 persen menyatakan penghasilannya turun 25-50 persen. Hanya 11 persen responden yang menyatakan perekonomiannya tidak terdampak.

Ruang konsultasi bagi para pelaku UMKM dibuka dalam Zoom Meeting yang terdiri dari 9 seri mulai 25 Agustus-17 September 2020 sesuai dengan bidang-bidang UMKM, mulai dari bidang usaha batik, kerajinan tangan, hingga makanan. Hadir pada setiap seri, para pelaku UMKM di wilayah dampingan WVI di Surabaya, akademisi dari Unika Atma Jaya Jakarta, Universitas Ciputra Surabaya dan pelaku industri terkait.

Johny Noya, General Manager WVI Zonal Jawa-Sumatera, menyebutkan, dampak Covid-19 pada sektor ekonomi secara langsung maupun tidak langsung memberi pengaruh terhadap tumbuh kembang anak, juga kesejahteraan anak.

“Dengan zoom series ini kami harap dapat memberi solusi. Kami percaya kita semua memiliki kekuatan untuk keluar dari krisis. UMKM merupakan pilar bagi bangsa, juga bagi keluarga, sehingga dengan semangat yang terus ada, UMKM akan kembali pulih,” ujar Johny.

Hampir seluruh pelaku UMKM menyatakan hal senada, yaitu mengalami penurunan permintaan yang berdampak pada penurunan pendapatan. Para pelaku usaha batik misalnya, menceritakan menumpuknya kain batik yang sudah diproduksi dan tidak bisa dijual karena tidak ada pameran dan banyaknya konsumen yang menahan pengeluaran.

Marini Yunita Tanzil, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ciputra Surabaya, mengatakan, pandemi Covid-19 membawa dampak pada semua bisnis. “Namun, bisnis fashion saat ini beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan saat pandmi. Misalnya masker. Bagi yang bisa memafaatkan peluang ini, justru bisa mendapat pemasukan lebih tinggi sebelum pandemi. Inovasi memang sangat penting dan dibutuhkan saat ini,” kata Marini.

Karena itu, para produsen batik yang saat ini memiliki stok kain yang tidak terjual, dapat menggunakan stok kain tersebut untuk membuat masker kain. Masker kain yang dijual dengan harga yang masih masuk akal, akan banyak dicari oleh konsumen. Apalagi jika kain batik atau lurik tersebut memiliki desain yang menarik.

Pelaku UMKM di bidang makanan dan minuman juga mengalami kesulitan. Namun, Sugiarti, guru yang sekaligus pelaku usaha katering di Kelurahan Bulak Banteng, Surabaya, mengatakan, masih bisa bertahan. Ia bahkan dapat membantu para tetangganya yang berkurang pendapatannya saat pandemi, dengan meminta mereka mengantar pesanan catering menggunakan becak, becak motor, atau angkot.

“Para pelaku usaha makanan dan minuman sebenarnya masih dapat mencari pasar yang potensial. Di saat pandemi, konsumen akan mencari makanan/minuman yang terjamin kebersihannya, higienitasnya, dan tentu saja mereka mencari yang bisa diantar ke rumah sehingga mereka tidak perlu keluar rumah. Karena itu, kemasan dan layanan antar sangat penting,” ujar Bambang Sungkono, Pengajar FEB Unika Atma Jaya.

Usaha lain yang dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha adalah menjadi reseller atau dropshipper. Peluang usaha ini hanya membutuhkan sedikit atau bahkan tanpa modal. Yessi, pelaku UMKM dari Kelurahan Tambakrejo, Surabaya, misalnya menjual makanan ringan yang diambil dari temannya lalu mengemasnya kembali dengan ukuran yang lebih kecil. Di masa pandemi, Yessi pun berjualan masker lukis produksi temannya melalui aplikasi Meesho.

“Dengan menjadi reseller, modal saya tidak banyak. Kalaupun ada stok barang, itu kan bisa disimpan, sehingga tinggal menunggu barang terjual saja. Untuk menjadi reseller, yang paling penting adalah menjaga kepercayaan supplier,” kata Yessi.[ca]

Tags: