Pesimis, Dindik Siapkan Skenario Tahun Ajaran Baru Mulai Januari 2021

Kadindik Jatim Wahid Wahyudi

Dua Skenario Pembukaan Sekolah Disiapkan
Dindik Jatim, Bhirawa
Perkembangan Covid 19 di berbagai daerah belum menunjukkan penurunan signifikan, terutama di Jawa Timur. Hal ini tentu berdampak pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah. Jika pandemi berakhir Bulan Desember, maka skenario pesimis pun telah disiapkan Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur. Artinya, tahun ajaran baru akan dimulai pada Januari 2021.
Menurut Kepala Dindik Jatim, Wahid Wahyudi, terkait skenario pembukaan sekolah pihaknya mengacu pada kebijakam Kemdikbud. Dengan menggunakan dua skenario, yaitu skenario optimis yang diharapkan pandemi Covid 19 selesai pada Bulan Juni. Sehingga KBM di sekolah bisa dimulai pada Bulan Juli.
“Artinya bagi sekolah yang target kurikulumnya belum selesai, bisa diselesaikan pada bulan Juli. Tapi jika sekolah yang target kurikulumnya sudah tercapai pada Juni, sisanya di Bulan Juli pembelajaran bisa dilakukan dengan pembinaan karakter dalam menyikapi bencana Covid 19,” ungkap dia.
Apabila skenario optimis terjadi, maka tahun ajaran baru akan dimulai pada Bulan Agustus tahun 2020. Namun dengan catatan, tidak ada libur kenaikan kelas, dan libur sekolah dipusatkan pada akhir Desember bersamaan dengan libur nasional pengganti Lebaran.
Skenario lain yang telah disiapkan yakni skenario pesimis. Skenario ini akan terjadi jika kondisi Covid 19 diprediksi akan berakhir pada bulan Desember 2019. Maka proses pembelajaran tahun 2019/2020 akan diperpanjang hingga Desember 2020. Di mana dalam waktu itu sekolah harus mengisi pembelajaran yang berkaitan dengan peningkatan karakter dan penanggulangan bencana Covid-19.
“Jika ini (skenario pesimis) yang terjadi maka tahun ajaran baru akan dimulai pada Januari 2021. Dan tentu kami akan terus melihat kondisi (perkembangan) di Jatim. Kami sudah melakukan sosialisasi ini kepada kepala sekolah,” papar dia.
Sementara itu, Kepala bidang Pembinaan Pendidikan SMK Dindik Jatim, Kurniawan Harry menjelaskan, jika skenario pesimis terjadi maka untuk jenjang SMK yang 70% adalah praktikum, sekolah diminta untuk menuntuskan kurikulum yang belum terselesaikan.
“Ketika sekolah dikatakan masuk, atau skenario pembukaan sekolah dibuka pada Januari sekolah akan fokus dalam mengejar kurikulum. Termasuk dalam menyelesaikan praktikum lebih dulu. Waktu siswa kelas I atau kelas II dia belum praktikum apa atau ujian apa ini harus dituntaskan,” katanya.
Jadi bukan melakukan peningkatan, melainkan harus melengkapi kurikulum dulu. Dengan kondisi seperti ini dengan kata lain praktikum masih belum bisa dilakukan secara riil dan online.
Sedangkan untuk program SMA Double Track yang 70% nya juga praktikum dan diikuti sebanyak 14 ribu siswa dari 157 lembaga di tahun kedua ini, Kepala Bidang Pembinaan SMA, Ety Prawesti menegaskan, ada dua skema yang dilakukan selama masa pandemi. Yang pertama yakni peningkatan skill trainer untuk operator sekolah melalui webinar. Dari hasil itu, trainer akan membuat modul dan tutorial videl bagi para siswa. Sehingga selain ilmu nya juga terasah trainer akan terlatih sekalipun di masa pandemi.
“Sebelum pandemi praktikum untuk SMA Double Track ini sudah terselenggara di awal Januari sampai Maret. Karena praktikum kita membutuhkan waktu selama setahun dan berkaitan dengan semester sebelumnya. Jadi Juni berakhir. Mereka sudah mendapatkan teori dan praktek lebih dulu,” papar dia.
Akan tetapi, setelah terjadi pandemi, kata Ety, para siswa tetap melaksanakan praktikum. Dengan ketentuan siswa bisa membentuk kelompok dua hingga tiga orang dalam melakukan pelatihan.
“Setelah pelatihan sudah dilakukan maka skema kedua adalah Study From Home dengan membuat katalog perencenaan. Setiap pelatihan d irumah ekuivalen (selaras) dengan pembelajaran disekolah. Tutor dan trainer akan mengevaluasi hasil pelatihan siswa lewat Study From Home,” jelasnya. [ina]

Tags: