Peternak Kediri Kesulitan Pakan Segar

statik.tempo.co.jpg (1)Kediri, Bhirawa
Para peternak di Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengaku masih kesulitan mendapatkan pakan segar untuk ternak sapi mereka pascaerupsi Gunung Kelud (1.731 mdpl).
“Kami masih mengandalkan pakan kering yang ditumpuk sebelum erupsi lalu, seperti jerami dan bonggol jagung,” kata Waridi, salah seorang peternak di Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Minggu (2/3).
Ia mempunyai 65 ekor yang dikelola dalam kelompok tani yang ada di desa itu. Selain miliknya, terdapat milik sejumlah anggota kelompok lainnya.
Sebelum terjadi erupsi, para peternak masih dengan mudah mendapatkan pakan hijau seperti rumput gajah ataupun daun jagung, serta batang padi. Namun, saat ini daun hijau masih sulit didapat setelah erupsi Gunung Kelud.
Banyak daun yang kering diterjang pasir dan kerikil saat erupsi yang terjadi pada Kamis (13/2) lalu. Dengan itu, ternak pun tidak mendapatkan suplai pakan yang memadai.
Ia menyebut, sebenarnya tidak berapa lama setelah erupsi, terdapat bantuan berupa pakan yang diberikan para donatur ataupun relawan kepada para peternak. Namun, karena jumlah ternak banyak, sementara pemberian terbatas juga tidak bisa maksimal memenuhi kebutuhan ternak.
Salah satunya, kata dia, diberikan sebuah perguruan tinggi negeri di Bogor, yang memberikan bantuan berupa silase, yaitu pakan berkadar air tinggi hasil fermentasi yang diberikan kepada hewan ternak ruminansia atau dijadikan biofuel melalui digesti anaerobik (sejenis pakan hijau yang diawetkan) serta sentrat.
Perguruan tinggi itu memberikan sekitar 4 ton, tapi dibagi untuk tiga kelompok tani. Di kelompoknya sendiri, mendapatkan 2 ton, karena memang jumlah ternak yang banyak.
Ia juga menyebut, sesaat setelah erupsi Gunung Kelud, ternak yang tidak sempat dievakuasi sempat stres dan tidak mau makan. Terlebih lagi, sejumlah bagian atap rusak, membuat ternak menjadi kehilangan gairah dan berat badannya turun.
Saat ini, ternak yang ada di kelompok taninya sudah mulai bernafsu untuk makan, walaupun pakan masih berupa bungkil jagung ataupun jerami yang dikeringkan. “Terlebih lagi, saat ini tanaman sudah bersemi, jadi pakan ternak tidak perlu dikhawatirkan,” ucapnya.
Kepala Desa Asmorobangun Jasatin mengatakan untuk peternakan di desanya didominasi ternak sapi dan kambing. Ada sekitar 500 ekor baik sapi ataupun kambing.
Ia juga mengatakan, saat erupsi sebenarnya sudah menyiapkan tempat, tapi karena terlalu mepetnya antara status awas dengan erupsi, membuat hewan tidak dievakuasi terlebih dahulu.
Walaupun ditinggal saat Gunung Kelud erupsi, tidak sampai menyebabkan ternak itu mati. Bahkan, para peternak pun juga tidak berminat untuk menjual ternak mereka.
Harga sapi misalnya saat ini cukup bagus. Sapi sampai seharga Rp13 juta umur dua tahun, padahal sebelumnya sempat anjlok sampai Rp7 juta dengan umur yang sama. “Peternak tidak berminat menjual ternaknya,” katanya singkat. [ant.rur]

Rate this article!
Tags: