Peternak Pilih Ubah Kandang Jadi Homestay

Para peternak sapi perah di Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu, mengaku kesulitan untuk meningkatkan produksi susu sapi.

Para peternak sapi perah di Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu, mengaku kesulitan untuk meningkatkan produksi susu sapi.

Kota Batu, Bhirawa
Pesatnya perkembangan pariwisata di Kota Batu ternyata berdampak para produksi susu sapi di kota ini. Pembangunan obyek pariwisata dan hotel mengakibatkan produksi susu sapi sulit berkembang atau mengalami stagnan. Banyak para peternak kesulitan membangun kandang sapi.
Bahkan di antara mereka  banyak yang merubah kandang sapi mereka menjadi rumah peristirahatan atau home stay. Padahal permintaan susu sapi di kota Batu terus mengalami peningkatan.
“Dari tahun ke tahun jumlah produksi susu sapi perharinya tidak mengalami perubahan atau stagnan pada angka 16.500 liter. Kandang sapi dan populasi sapi sebanyak 4300 sapi perah terus terdesak dengan pembangunan hotel dan tempat-tempat wisata.   Kondisi ini berbanding terbalik dengan peningkatan permintaan susu sapi di Kota Batu,”ujar peternak sapi perah di Desa Oro-Oro Ombo, Ismail Hasan, Selasa (24/6).
Ismail menjelaskan bahwa Desa Oro-Oro Ombo dulu merupakan sentra penghasil susu sapi.
Namun dengan perkembangan wisata di Kota Batu yang pesat, kondisi saat ini sudah berubah. Banyak peternak yang sudah beralih profesi ke penyedia jasa pariwisata. Padahal susu sapi juga menjadi ikon dari Kota Batu selain apel.
Selain berkurangnya jumlah kandang, kenaikan harga sapi perah impor juga menjadi salah satu penyebab stagnannya produksi susu. “Harga sapi impor sekarang sangat mahal, sekitar Rp 35 juta hingga Rp 40 juta perekornya, ini juga mengakibatkan banyak peternak yang enggan untuk menambah jumlah sapi mereka,”jelas Ismail.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh tengkulak-tengkulak susu dengan memasukkan susu dari luar kota untuk memenuhi kebutuhan susu di Kota Batu. Apalagi permintaan susu di Kota Batu saat ini masih sangat tinggi. “KUD Batu membuat olahan pasteurisasi 2 ton per harinya. Begitu juga dengan yogurt jumlah permintaannya juga lumayan tinggi,” ujarnya.
Karena itu, Ismail Hasan meminta kepada pemerintah untuk mengatur sistem penerimaan susu di Kota Batu yang harga per liternya mencapai Rp 4300. Kondisi saat ini distribusi susu bisa dengan bebas dilakukan. Padahal banyak juga susu yang beredar merupakan susu yang kualitasnya di bawah standart. Dengan pengaturan tersebut, diharapkan susu yang beredar bisa terawasi. [nas]

Tags: