PT Waskita Tanggung Kontrakan Warga Korban Pembangunan Tol Gempol-Porong

20-rumah-warga-yakni-Mahfud-rusak2Pasuruan, Bhirawa
Nasib  22 kepala keluarga yang mengungsi akibat rumah mereka rusak imbas pembangunan tol Gempol-Porong ada titik terang. Pelaksana proyek tol Gempol-Porong, PT Waskita berjanji menanggung biaya kontrakan 1 tahun dan biaya hidup warga selama seminggu.
“Yang penting kehidupan warga kembali normal. Sementara kita relokasi, biaya kontrakan akan kita tanggung dan juga biaya hidup selama seminggu,” kata Kepala Proyek, Anang Nurtahlis, Rabu (19/3).
Tahlis mengatakan, pihaknya akan menanggung biaya kontrakan selama setahun. Biaya kontrakan akan disesuaikan dengan kondisi rumah. “Kalau satu KK orangnya 2 orang, ya cari kontrakan jangan terlalu besar,” ungkap Tahlis memberikan gambaran.
Tim teknis Jasa Marga, Kamis (20/3) hari ini rencananya  akan ke lokasi untuk melakukan kajian apakah tanah pemukiman tersebut layak huni atau tidak. Jika dinyatakan tidak layak, maka warga akan direlokasi. Tim tersebut berasal dari ITS, ITB dan Universitas Parahyangan.
“Yang bisa mengatakan layak atau tidak itu tim teknis. Kalau dinyatakan bahaya, harus direlokasi ke tempat aman. Hasil kajian kemungkinan seminggu bisa diketahui,” jelas Tahlis.
Untuk diketahui, puluhan rumah warga di RT 01/RW 09 Dusun Pathuk Desa/Kecamatan Gempol, Pasuruan, rusak imbas pembangunan tol Gempol-Porong. Tercatat sebanyak 22 rumah warga ambles dan rusak, 3 rumah di antaranya mengalami kerusakan cukup parah. Beberapa tiang penyangga rumah bergeser menyebabkan bangunan rumah miring. Selain itu, tembok rumah-rumah warga juga retak. “Tanah uruk tol yang dipadatkan ambles karena dulunya tanah rawa sehingga menyebabkan rumah warga ambles. Informasi yang kita dapat seperti itu,” kata Kapolsek Gempol Kompol Slamet Riyadi.
Kepala Dusun Pathuk Syamsul Huda mengatakan ada 22 rumah yang mengalami kerusakan. Tiga rumah di antaranya mengalami kerusakan cukup parah. Bahkan, selain tembok rumah-rumah warga retak, tiang penyangga pun bergeser sehingga bangunan menjadi rumah miring. Rusaknya rumah warga mulanya muncul setelah dimulainya penimbunan tanah pada proyek tol yang dipadatkan.
“Setiap malam warga di sini mendengarkan gemuruh retakan sejak empat hari lalu. Kemungkinan besar pengurukan tanah tol yang dipadatkan itu ambles. Karena dulunya tanah tol ini berbentuk rawa,” kata Syamsul Huda di lokasi kejadian.
Salah satu warga yang kondisi rumahnya rusak paling parah, M Mustholiq (52) mengatakan kerusakan rumahnya terjadi sejak seminggu yang lalu. Awalnya, ditandai kerusakan tembok yang mengalami retak-retak. Sehari kemudian lantai rumah seperti terangkat ke atas.
“Kejadian ini parahnya pada Selasa sore kemarin. Secara mendadak tiba-tiba kondisi rumah saya bergeser. Keramik rumah pecah berserakan, tiang-tiang penyangga rumahnya miring dan hampir ambruk. Kondisi rumahpun sudah miring,” kata Mustholiq.
Kini rumahnya tidak bisa ditempati lagi. Anggota DPRD Kabupaten Pasuruan dari Fraksi PPP ini mengharapkan agar pelaksana proyek secepatnya melakukan pengecekan. Tujuannya untuk mengetahui penyebab sebenarnya.
Menurutnya, semalam sudah dilakukan pertemuan antara perwakilan warga, pihak Jasa Marga serta pimpinan PT Waskita Karya. Pertemuan itu lantaran warga merasa takut rumah yang ditempati kondisinya makin parah. [hil]

Tags: