Puskesmas Tongas Bentuk Posyandu Kesehatan Jiwa di Semua Desa

Puskesmas Tongas bentuk posyandu kesehatan jiwa di semua desa.

Probolinggo, Bhirawa
Selama bulan September 2019, Puskesmas Tongas Kecamatan Tongas telah membentuk posyandu kesehatan jiwa di seluruh desa di wilayahnya. Terakhir, posyandu jiwa ini diresmikan di Desa Bayeman Kecamatan Tongas. Puskesmas Tongas terus berinovasi dari pojok mata kini permata bersusun yang masuk nominasi 45 besar puskesmas sejatim 2019. Inovasi Pelayanan Publik Puskesmas Tongas berupa “Ngrumpi Sehat Berkarya Bersama Saudaraku”. Terpilih Dalam Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2017, yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen-PAN dan RB) RI.
Dengan demikian, posyandu kesehatan jiwa di wilayah Puskesmas Tongas ini telah terbentuk di Desa Wringinanom, Desa Curah Dringu, Desa Dungun, Desa Tongas Wetan, Desa Sumendi, Desa Sumberrejo dan Desa Sumberkramat.
Kepala Puskesmas Tongas Kurnia Ramadhani, Rabu 9/10 mengungkapkan pembentukan posyandu kesehatan jiwa ini dimaksudkan untuk memelihara kondisi kesehatan emosional, psikologis dan sosial yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat dengan dibimbing petugas-petugas yang memiliki kemampuan ketrampilan dan memiliki kemauan untuk meningkatkan kesehatan jiwa.
“Kegiatan posyandu kesehatan jiwa ini sasarannya adalah semua masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tongas. Sedangkan sasaran khusus yaitu Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) baru dan lama, Orang Dengan Masalah Kesehatan Mental (ODMK). Misalnya, hipertensi, diabetes, kusta, TB paru, kusta, orang yang kehilangan anggota keluarga akibat bencana atau kecelakaan yang tidak bisa menerima kenyataan,” ungkapnya.
Menurut Nia, kegiatan pokok posyandu kesehatan jiwa ini meliputi pemantauan kesehatan fisik, pemantauan gejala psikis, pemberian psikofarmaka untuk kasus tertentu, penambahan nutrisi, pengendalian gejala oleh perawat, peningkatan ketrampilan perawatan diri serta peningkatan ketrampilan hidup sehari-hari dan produktifitas.
Lebih lanjut dikatakannya u tuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat Tongas dan sekitarnya Kepala Puskesmas Tongas terus berinovasi, Inovasi Permata Bersusun ini merupakan salah satu program inovasi yang dilakukan oleh Puskesmas Tongas. Sebelum dilakukan penilaian, ada semacam kompetisi dalam internal dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
“Dalam inovasi Permata Bersusun ini kami intens melakukan pemeriksaan mata bersama di semua dusun yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tongas. Disamping itu, banyak hal-hal yang dimasukkan dengan tujuan ingin menjadikan kesehatan mata sebagai gerakan yang lebih masif. Salah satunya dengan membentuk pojok-pojok mata di tempat-tempat umum,” paparnya.
Nia menerangkan, dengan adanya pojok-pojok mata di tempat umum maka masyarakat dapat melakukan pemeriksaan mata sendiri secara sederhana. Jika tidak dapat melihat dengan jelas dalam jarak 6 meter maka hendaknya segera menghubungi Puskesmas Tongas.
“Alhamdulillah, sudah banyak yang menggunakan pojok mata yang ada di fasilitas umum. Seperti warung, pusat perbelanjaan dan pertokoan, sehingga masyarakat sambil beli makanan dan belanja bisa sambil melakukan pemeriksaan mata sendiri, harapnya.
Kader terus kami tingkatkan SDM nya, tugas dari kader mata ini adalah melakukan screening mata di tengah-tengah masyarakat. Hal ini merupakan upaya penanganan sedini mungkin gangguan-gangguan mata yang dihadapi oleh masyarakat.
Di Pojok Mata ini para kader mata melakukan screening mata di rumah kader, warung atau dimanapun masyarakat membutuhkan pelayanan. Kader mata ini sudah kami latih untuk melakukan screening mata dengan dibekali alat Tumbling-E. Screening ini harus dilakukan dengan jarak 6 meter dan ruang cukup cahaya. Jika dari hasil screening mata yang dilakukan oleh kader mata perlu dirujuk maka akan dirujuk ke Puskesmas Tongas. Selanjutnya apabila perlu dirujuk ke rumah sakit, maka akan segera dibuatkan rujukan ke rumah sakit.
“Intinya dengan program Pojok Mata ini kami berupaya untuk menemukan sedini mungkin gangguan mata yang dialami oleh masyarakat. Karena selama ini ganggung mata ini dianggap tidak penting, padahal penderitanya sangat terganggu jika penglihatannya tidak normal,” jelasnya.
Nia menerangkan monev program I-SEE ini dilakukan rutin setiap 3 (tiga) bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk memantau kegiatan yang dilakukan oleh kader mata setelah mengikuti pelatihan dari LSM Paramitra. “Jika ada masalah yang dihadapi oleh kader mata, maka kita berupaya mencari solusinya bersama-sama. Terutama terkait administrasi alur rujukan,” terangnya.
Semakin banyak masyarakat yang melakukan screening untuk kesehatan, maka lebih sehat matanya. Masyarakat harus peduli terhadap kesehatan matanya. Karena mata itu merupakan fungsi utama dari kehidupan. Masyarakat harus lebih terbuka terhadap kesehatan matanya. Karena kalau ada gangguan mata, maka akan ada dua orang yang dirugikan. Yakni, dirinya sendiri dan orang lain yang membantunya, tambahnya.(Wap)

Tags: