Ratusan Santri Ponpes Riyadlus Sholihin Kota Probolinggo Keracunan

Santri Ponpes Riyadlus Sholihin yang keracunan sedang dirawat.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Ratusan santri Pesantren Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, keracunan. Kamis (20/8) malam, sejumlah wali santri masih ramai di depan pesantren. Selain itu, sejumlah ambulans silih berganti datang dan pergi membawa santri ke pusat kesehatan.

Sholihin, 26, warga Desa Sepohgembol, Kecamatan Sumberasih, mengaku Kamis sekitar pukul 18.00, mendapatkan kabar ponakannya yang duduk di bangku SMP keracunan. Serta, sedang menjalani perawatan kesehatan di pesantren.

Karenanya, ia bersama dengan pihak keluarga datang untuk menjenguknya. “Ini masih belum boleh masuk. Kami dapat kabar jika keponakan saya keracunan. Makanya kami ke sini untuk melihat keadaannya,” ujar Sholihin saat ditemui di halaman pesantren.

Namun, tadi malam pengurus pesantren belum ada yang bersedia memberikan keterangan. Sementara, banyak santri yang dikirim ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan medis. Seperti ke RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Proolinggo dan sejumlah puskesmas.

Plt Direktur RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo Abraar HS Kuddah, Jum’at 21/8/2020 mengatakan, saat ini sejumlah pasien sudah tertangani semua. Setidaknya hingga Kamis malam ada sekitar 180 pasien yang rata-rata santriwati.

“Jadi, Rabu malam ada acara malam 1 Muharam dan makan-makan. Selanjutkan, terjadi keracunan. Setiap santri kondisinya berbeda dan waktu atau efeknya juga berbeda. Ada yang langsung, ada yang dua jam setelahnya, ada juga yang besoknya,” ujarnya ketika ditemui di Pesantren Riyadlus Sholihin, tadi malam.

Kata Abraar, sampai Kamis malam ada 5 pasien yang dirawat di RSUD dr. Mohamad Saleh. Serta, 30 santri di puskesmas. Mereka tersebar di Puskesmas Ketapang, Sukabumi, dan Puskesmas Wonoasih. Sementara, sekitar 120 santri di rawat di pesantren. “Kondisinya sudah stabil dan ditangani oleh perawat,” katanya.

Terpisah, salah satu penyedia katering makanan santri, DH mengatakan tidak benar jika ratusan santri itu keracunan karena makanan yang disediakannya. Sebab, sekitar 500 nasi bungkus yang disediakannya sudah dikirim Rabu (19/8) malam. Serta, tidak ada efek apa-apa. Selain itu, kelebihan nasinya juga dibagikan dan dikonsumsi warga sekitar.

“Banyak lebihnya dan saya bagikan kemarin. Sampai saat ini tidak apa-apa,” ujarnya.

Ratusan santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Riyadlus Solihin, Kelurahan Ketapang, Kota Probolinggo, keracunan. Diduga, setelah mengkonsumsi makanan yang dihidangkan di acara peringatan Tahun Baru Islam.

Tidak ada korban jiwa dalam tragedi 1 Suro atau Muharram tersebut. Bahkan, kondisi santri sebagian besar membaik dan sudah ada yang kembali ke pondok, ungkapnya.

Makanan berupa nasi kotak tersebut, berasal dari sejumlah katering, pesanan penyelenggara acara. Pihaknya sudah mengambil sampel makanan yang diduga penyebab keracunan.

Sampel makanan tersebut, kata Abrar akan seceoatnya dikirim ke Surabaya untuk mengetahui penyebab pasti dari keracunan tersebut. Disebutkan, santri yang keracunan berjumlah antara 160 hingga 180 orang. Sebagian besar perempuan dan 5 santri dirawat di RSUD dr Mohamad Saleh dan 30-an dirawat di Puskesmas Ketapang, Kanigaran dan Wonoasih.

“Kondisi sekarang sudah membaik semuanya,” ujar Abraar.

Selain dirawat di RSUD, sekitar 130-an santri ditangani di pondok. Mereka dirawat dan dipantau tim kesehatan secara bergantian. Jika kondisinya membaik mereka akan dikembalikan ke ruang masing-masing.

“Semuanya baik baik saja. Mudah mudahan yang keracunan tidak bertambah. Bagi santri yang dirawat di RSUD, sudah kami sediakan ruangan,” ujarnya di sela-sela kesibukannya memantau keracunan tersebut.

Saat ditanya, mengapa santri keracunan Kamis pagi, padahal acara makan, Rabu malam. Abraar menjawab, alergi tergantung daya tahan tubuh. Makanya ada santri yang mual dan muntah pagi hari, siang dan sore. Bahkan mereka yang daya tahan tubuhnya kuat, keracunan Kamis siang.

“Alergi itu tergantung daya tahan tubuh. Ada santri yang baru saja merasa perutnya tidak enak. Padahal makannya kemarin malam,” jelasnya.

Kebanyakan orang tua atau wali santri mengaku, tidak tahu kejadian sebenarnya. Karena itu tidak bersedia diwawancarai. Mereka ke pondok setelah mendengar informasi keracunan untuk memastikan putra-putrinya. “Kami tidak tahu. Kami ke sini setelah dapat kabar di pondok ada santri keracunan,” ujar sejumlah wali santri.

Sementara itu, salah seorang warga saat ditanya membenarkan kalau dirinya salah satu katering yang memasok nasi kotak ke pondok. Hanya saja ia mengaku, belum tahu apakah makanan yang dikirim ke Ponpes itu beracun.

“Yang jelas, keluarga dan tetangga tidak ada yang keracunan makan sisa nasi yang kami kirim ke pondok. Biasa, kami selalu masak lebih. Lebihnya itu dimakan keluarga dan tetangga,” tambahnya.(Wap)

Tags: