Re Skilling Jadi Poin Penting Universitas Hadapi Revolusi Industri 5.0

Rektor Unisla, Bambang Eko Muljono SH MHum MM saat menyampaikan pesan Gubernur Jatim agar melakukan re skilling dalam menghadapi Revolusi Industri. [alimun hakim]

Lamongan, Bhirawa
Tantangan pendidikan yang melejit pesat di era Revolusi Industri dan era digital, Membuat lembaga – lembaga pendidikan harus mampu menjawab tantangan ini. Sebab, Indonesia kini lagi gencar menuju Revolusi Industri 5.0. Sehingga Rektor Unisla, H Bambang Eko Muljono SH MHum MM meminjam istilah Gubernur Jatim Khofifah yang berpesan agar ada re skilling dan dijadikan poin penting di lembaga pendidikan baik universitas maupun lembaga pendidikan lainya.
“Bahasanya ibu Gubernur kita harus mengubah atau re skilling. Ini adalah tantangan kita baik Unisla , Fakuktas Ekonomi khususnya dan lembaga pendidikan pada umumnya adalah menghadapi perubahan di segala bidang karena revolusi industry,” kata Bambang Eko Mujono kepada Bhirawa, sebelum Forum FGD Fakultas Ekonomi Unisla, Selasa (5/11) dimulai.
Menurut Rektor Unisla ini, sebagaimana kita ketahui Revolusi Industri 4.0 kecepatanya sudah tidak menggunakan direct lagi tetapi sudah pada exponensial. Kecepatanya melejit , suka atau tidak suka kita harus menyiapkan Sumber Daya Manusianya untuk menghadapi itu semua.
Maka Perguruan Tinggi Unisla mempunyai tugas di garda paling akhir menyiapkan SDM dengan cara menyesuaikan kurikulum ini dengan kebutuhan Revolusi Industri 4.0. Di Jepang misalnya, sudah ada masyarakat 5.0 maka kita harus menuju kesana.
Bambang membeberkan, mahasiswa sudah peka dengan gadget,sudah tidak bisa lagi dengan cara dosen mendekte, maka pihak dosen harus menyesuaikan itu semua. Maka hari ini ingin menyesuaikan kurikulum itu. Semua mengetahui sekarang sudah berubah tak hanya Revolusi Industri 4.0 tapi 5.0.
Dalam mempersiapkan tantangan itu, lanjut Bambang, pihaknya menggandeng beberapa praktisi dan seluruh stake holder yang terkait. ”Kami meminta masukkan ke BUMD, BUMN, swasta. Kami minta masukkan kepada seluruh stake holder yang terkait baik itu pemerintah, BUMD dan BUMN, swasta , Kantor pajak dan Akuntansi untuk memberikan masukkan kita di dalam menyesuaikan kurikulum dan menguatkan sumber daya manusianya,” terangnya.
Lebih jauh, Bambang menjelaskan, Revolusi Industri ini tentunya juga akan mempercepat disegala bidang. Perusahaan – perusahaan di Lamongan tak akan lagi menggunakan tenaga manusia. Maka, dalam waktu tak terlalu lama tenaga manusia akan digantikan oleh mesin. Sekitar 52% nanti dilakukan oleh mesin, nah bagaimana yang 48% ini.
“Ini yang harus di re skilling, skillnya harus diubah kalau tidak, menurut pandangan Gubernur akan digroundit atau akan menjadi korban dari perubahan itu. Dan jika sudah menjadi korban akan menjadi beban baik di masyarakat , bangsa dan Negara,” jelas Bambang.
Namun, Bambang mengaku, Kendalanya semua kini edang mencari bentuk. Kata Menteri Pendidikan, Nadim Makarim, akan mengadakan perubahan frontal terkait Kurikulum, tetapi bukan berarti yang dulu tidak baik, tetapi tuntutan Revolusi industri 5.0 ini yang menyebabkan perubahan besar – besaran,” pungkas Rektor Unisla ini.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi Unisla, Dr Nurul Badriyah SE MM menambahkan, soal penyesuaian kurikulum. Produk yang akan digodok hari ini adalah produk yang merupakan masukan dari berbagai pihak, diantaranya dari Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) perwakilan wilayah Jawa Timur, kemudian dari KPP Pratama, kemudian dari BPKAD Lamongan, Inspektorat, kemudian dari perusahaan, yaiu PT Sina Bumi Perkasa, RSUD Ngimbang, mereka selaku pengguna dari lulusan studi akuntansi,” kata Bu Nurul.
Nurul berharap, dengan adanya program ini, kurikulum yang telah dibuat dan sudah di-review oleh para stake holder nantinya bisa menjawab tantangan di era sekarang. Itulah program yang ingin ditindaklanjuti secara berkala,” harapnya. [aha]

Tags: