Revitalisasi Perpustakaan, Berdayakan Masyarakat

Oleh :
Sudjono
Pustakawan Ahli Utama di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur. 

Hadirnya perpustakaan umum adalah manifestasi sebagai perpustakaan masyarakat, yaitu perpustakaan yang dimiliki masyarakat (Sutarno NS, 2006). Keberadaan perpustakaan di tengah-tengah masyarakat adalah atas kehendak, keinginan, dan sepenuhnya dipergunakan untuk membantu kebutuhan dan kehidupan mereka sehari-hari dalam bidang informasi. Untuk itu maka sudah sepantasnya apabila ekspekstasi atau keinginan masyarakat juga dilibatkan dalam pertimbangan pengembangan layanan perpustakaan.
Paradigma yang selama ini diterapkan hanya terkesan bahwa menghadirkan layanan perpustakaan hanya sebatas urgensitas ruangan, koleksi buku, dan petugas penjaga saja, serta hanya menanti kunjungan dari masyarakat yang kebetulan berkeperluan sehingga berinisiatif datang karena terdesak alasan sebagai alternatif terakhir. Masyarakat dianggap hanya sebatas pengunjung tanpa menilai prioritas kebutuhan informasi apa saja yang mereka perlukan sebenarnya.
Antara perpustakaan dan masyarakat terdapat hubungan kausal, yakni hubungan sebab dan akibat. Artinya, adanya perpustakaan karena ada masyarakat yang membutuhkan pelayanan, dan keberadaan perpustakaan adalah untuk melayani masyarakat sebagai calon pelanggan atau konsumen layanan. Sebenarnya pihak pengguna dari suatu jenis layanan pada bidang apapun tak terkecuali masyarakat umum sebagai pengunjung pada layanan perpustakaan, pada dasarnya berada sebagai pihak pelanggan. Sehingga tak dapat dipungkiri bahwa layanan perpustakaan harus disesuaikan dengan selera atau pilihan kebutuhan calon pelanggan layanannya (customer choice).
Menurut Hawkins (1996) perilaku konsumen dipengaruhi oleh Services Characteristic, yaitu ciri-ciri spesifik yang mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan layanan sejenis lainnya, yang sesuai kebutuhan dan pilihan mereka. Kebiasaan dan perilaku konsumen tersebut akan membentuk gaya hidup konsumen (consumer life style) yang dapat dipengaruhi salah satunya oleh persepsi terhadap layanan.
Selanjutnya consumer life style yang terbentuk dari berbagai faktor tersebut pada gilirannya nanti akan ikut menentukan consumer decision (keputusan konsumen) untuk memilih atau tidak suatu layanan/ jasa yang ditawarkan. Setiap perpustakaan melayani kelompok-kelompok pemakai atau pelanggan dengan ciri-ciri khas tertentu dan perlu merencanakan jasa-jasa yang tepat dengan kebutuhan pemakai tersebut. Pelayanan yang diberikan akan membawa hasil yang baik apabila direncanakan atas dasar pengetahuan yang cukup mendalam mengenai masyarakat yang harus dilayani. Hal-hal seperti pengembangan koleksi, penataan ruangan, revisi suasana perpustakaan, layanan tambahan ataupun pemilihan staf perpustakaan harus menggambarkan kebutuhan pengguna yang paling riil.
Langkah-langkah kecil namun berarti seperti mengobservasi pemakai, memperhatikan berita surat kabar tentang kegiatan dan kejadian setempat, mengetahui organisasi-organisasi apa saja yang terdapat di wilayahnya dan apa kegiatan organisasi tersebut, dapat memberikan gambaran topik apa saja kira-kira yang menjadi kebutuhan pemakai sebagai calon pelanggan layanan. Observasi pada pemakai dapat berupa kuesioner atau angket rutin tiap bulanan yang evaluasinya juga dapat dilakukan secara rutin yang mungkin setidaknya dalam 3-6 bulan. Walaupun realisasinya secara bertahap namun setidaknya dapat menjadi langkah awal revitalisasi yang up to date dengan kebutuhan para pelanggan layanan.
Beberapa pertimbangan-pertimbangan sederhana yang dapat menjadi langkah awal revitalisasi layanan perpustakaan berdasarkan pada beberapa hal seperti : (1). Koleksi pustaka. Koleksi perpustakaan umum jelas berbeda dari perpustakaan sekolah, walaupun tetap perpustakaan umum harus mengakomodasi kebutuhan para pelanggannya yang berasal dari kalangan pelajar. Koleksi perpustakaan umum harus diarahkan lebih kepada yang berisi informasi penting yang bersifat rekreatif. Harus dilihat dulu kebutuhan masyarakat di daerah itu seperti apa, misalnya perpustakaan di daerah maritim tentu berbeda dengan daerah agraris. (2). Perpustakaan umum harus memiliki daya tarik tersendiri, misalnya dengan penyediaan informasi bersifat personal. Penyediaan gedung dan ruang baca juga harus ditata sedemikian rupa agar nyaman dan membuat pengunjung betah, yang tak selalu harus bernuansa terlalu akademis. Konteks nyaman yang dimaksud misalnya penataan yang memperhatikan kebutuhan individu. (3). Hal yang perlu dijadikan alternatif lainnya adalah menjadikan perpustakaan sebagai layanan yang multifungsi. Selain menjadi tempat peminjaman buku pada masyarakat, perpustakaan juga dapat membuka usaha lain yang faktanya juga dapat memenuhi kebutuhan lain mereka seperti fotokopi, menjual peralatan sekolah, kantin ataupun cafe, penjualan pernak-pernik atau merchandise, ataupun layanan penjualan pulsa yang akhir-akhir ini seperti menjadi kebutuhan utama banyak orang. (4). Pengelola perpustakaan dapat mengupayakan pengadaan layanan internet yang dapat berfungsi sebagai penunjang atau pendamping dari koleksi buku yang ada untuk pencarian informasi yang dibutuhkan oleh para pengunjung. Mereka dapat terbantu memilih atau mencari referensi pustaka yang tepat sebelum memutuskan untuk meminjam atau membacanya. Layanan internet pada saat ini menjadi alternatif utama hampir sebagian besar orang dalam memburu sebuah informasi.
Berdayakan Masyarakat
Fakta bahwa masyarakat umum jarang datang ke perpustakaan umum adalah salah satunya karena kurangnya sosialisasi tentang apa saja yang ada di perpustakaan umum dan bagaimana cara memanfaatkannya. Untuk itu, program sosialisasi perlu lebih ditingkatkan. Pihak pengelola ataupun pemerintah harus menerangkan lebih gamblang pada masyarakat bahwa mereka menyediakan perpustakaan dengan program apa saja, koleksinya apa saja, ataupun layanan apa saja yang dapat disediakan.
Secara konseptual apa yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan adalah sudah cukup ideal sebagai basis dalam membentuk layanan perpustakaan yang paripurna. Hanya dalam implementasinya dibutuhkan ide atau inisiatif yang berdasar pada kebutuhan riil para pemakai sehingga terjadi harmonisasi antara konsep yang selama ini sudah ada dengan fakta yang ada di lapangan. Bila dijalankan optimal, bukan tidak mungkin, perpustakaan bisa menjadi agen perubahan sosial (agent of change).
Layanan perpustakaan yang paripurna atau ideal harus berlandaskan pada survei untuk mengetahui kebutuhan riil (the real needs) pengguna dan harapan mereka terhadap perpustakaan. Dengan kata lain perpustakaan sebagai pihak penyedia jasa berkewajiban memberikan layanan kepada para masyarakat sebagai calon pelanggan atau konsumennya berdasar pada pilihan mereka (costumer choice).
Perpustakaan potensial menjadi wahana pembelajaran bersama mengembangkan keterampilan masyarakat. Sebagai pusat literasi, perpustakaan tidak hanya menjadi tempat pinjam dan baca buku, tapi juga memberdayakan potensi masyarakat. Pengembangan perpustakaan masa kini telah bergeser dari sekadar menyimpan koleksi buku menjadi tempat pemberdayaan masyarakat.
Perpustakaan didorong menjadi pusat pembelajaran bersama. Literasi menjadi kunci pemberdayaan dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karenanya perpustakaan ditingkatkan menjadi wahana pembelajaran melalui kegiatan pelatihan dan keterampilan. Minat baca di masyarakat saat ini perlahan terus tumbuh. Dari perpustakaan, masyarakat bisa meningkatkan literasi pengetahuan praktis yang bisa diterapkan sehari-hari seperti pengetahuan bertani. Banyak contoh seorang petani yang menjadi sukses karena hasil dari membaca buku-buku perpustakaan. Dengan demikian, koleksi buku-buku perpustakaan tentu harus bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat penggunanya.
Dalam lingkup yang lebih spesifik, misalnya perpustakaan desa, maka pengelolanya harus bisa memetakan kebutuhan koleksi baca masyarakat setempat utamanya koleksi baca yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat setempat. Kalau misalnya, masyarakatnya adalah berlatar belakang nelayan maka tentu saja kebutuhan koleksi bukunya juga tidak jauh-jauh dari persoalan ikan dan pengolahannya. Demikian juga, ketika masyarakat setempat memiliki potensi pengembangan ekonomi untuk sektor-sektor khusus, maka perpustakaan juga harus bisa menjawabnya dengan melengkapi koleksi bukunya sesuai kebutuhan masyarakat setempat. Bila ini terjadi, maka keberadaan perpustakaan benar-benar akan menjadi pusat pemberdayaan masyarakatnya melakui koleksi buku buku yang disediakan. Semoga
——— *** ———–

Tags: