Risma Bantah Tak Komunikasi dengan Warga Dolly

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menghadiri acara doa bersama penutupan peringatan hari jadi  Surabaya  ke 721 di halaman Balai Kota Surabaya, Minggu (15/6).

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menghadiri acara doa bersama penutupan peringatan hari jadi Surabaya ke 721 di halaman Balai Kota Surabaya, Minggu (15/6).

Surabaya, Bhirawa
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membantah tidak melakukan komunikasi dengan warga di sekitar lokalisasi Dolly dan Jarak sebelum penutupan pada 18 Juni mendatang. Ia menegaskan kalau komunikasi sudah terjalin sejak beberapa tahun lalu.
Bahkan, dia mengali sempat diam-diam turun ke lokalisasi khusus untuk memantau kondisi anak-anak yang sekolah di sekitarnya. Namun, khusus untuk saat ini dia mengaku tidak bisa masuk karena pertimbangan situasi yang kurang kondusif. “Kami juga pernah mengundang para PSK dan mucikari buka bersama saat bulan Ramadan,” katanya, Minggu (15/6).
Menurut dia, situasi sudah banyak berubah karena ada oknum-oknum yang mencoba menghalangi dan menghasut warga sekitar. “Kalau begini, mana HAM yang kami langgar? Apakah berupaya untuk kehidupan yang lebih baik itu dikatakan melanggar HAM? Lantas bagaimana dengan hak-hak anak akan lingkungan tumbuh kembang yang baik di sekitar lokalisasi,” katanya.
Sementara itu, warga asli di sekitar lokalisasi yang mendukung program alih fungsi kawasan Dolly dan Jarak ternyata mendapat intimidasi dari oknum tertentu. Selama ini warga yang pro-terhadap rehabilitasi kawasan Dolly lebih memilih diam.
Itu dilakukan untuk menghindari konflik horizontal serta gesekan-gesekan dengan pihak yang kontra. Namun, berdasar penuturan sejumlah warga yang juga hadir dalam pertemuan di balai kota, semakin mendekati tanggal 18 Juni mendatang, tekanan yang dirasakan semakin hebat. Mereka yang menentang program pemkot makin frontal dengan menunjukkan berbagai tindakan yang belakangan kian meresahkan.
Ketua RT5 RW12 Kelurahan Putat Jaya Yono mengungkapkan rumahnya pernah didatangi puluhan orang. Mereka menuding Yono menggalang dukungan terhadap upaya alih fungsi Dolly. Padahal, sejatinya dia hanya mengajukan permohonan pavingisasi kepada Pemkot Surabaya. “Saya ini sebenarnya netral. Saya menghormati kebijakan pemkot tapi di sisi lain juga tidak pernah menentang mereka yang kontra. Tapi kalau tindakannya sudah meresahkan seperti ini kami (para RT setempat) juga tidak bisa tinggal diam,” tegasnya.
Menurut Yono, banyak warganya yang setuju upaya rehabilitasi oleh pemkot, namun tidak berani bersuara karena ketakutan. Apalagi situasi di lokalisasi Dolly dan Jarak kini kian memanas.
Dia menambahkan, oknum yang mengintimidasi warga itu kebanyakan justru berasal dari luar wilayah tersebut. “Penduduk asli malah mendukung upaya pemkot agar lingkungan bisa lebih baik,” katanya.
Sebelumnya pada Hari Jumat (13/6), sekitar 30 siswa-siswi  TK Aisyiyah Bustanul Athfal 22, 24, dan 43, cabang Kecamatan Sawahan Kota Surabaya serta anak-anak Panti Asuhan Muhammadiyah Putat Jaya, mendatangi Balai Kota Surabaya.
Kedatangan murid-murid TK dan anak-anak panti asuhan tersebut untuk menyuarakan dukungan mereka kepada Tri Rismaharini, dalam upaya pengalihfungsian lokalisasi Dolly dan Jarak. [dre.ant]

Tags: