Risma Ingin Penerusnya Orang yang ‘Gila’ dan Nekat

Tri Rismaharini

Surabaya, Bhirawa
Meski pelaksanaan Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya baru akan dilaksanakan pada September 2020, tapi susu perpolitikan di Kota Pahlawan terus menghangat. Sudah banyak figure yang dimunculkan dan ada pula yang telah berani mendeklarasikan diri.
Lalu, seperti apa harapan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengenai sosok penerusnya?. Wali kota perempuan pertama Kota Surabaya ini berharap sosok yang memimpin Surabaya setelah dirinya adalah orang yang ‘gila’ dan nekat.
“Mungkin suatu saat nanti ada wali kota yang rodok gendeng seperti saya. Jika memiliki program bagus harus direalisasikan dengan sungguh-sungguh. Saat saya punya mimpi untuk Surabaya, saya wujudkan,” kata Risma, Senin (29/7).
Risma mencontohkan, salah satu ide gila adalah yang mungkin bisa diwujudkan wali kota yang ‘gila’ dan nekat adalah mengadakan kompetisi balapan internasional sekelas Formula 1 di Surabaya. Ide itu bisa saja terwujud sebab Surabaya sudah memiliki sirkuit di Gelora Bung Tomo (GBT). Sarana penunjang seperti sirkuit balapan itu sudah ada dan perlu ditingkatkan lagi fasilitasnya. Ke depan bisa disambungkan pula dengan jalur lingkar luar barat (JLLB).
Risma meyakini, sebenarnya dirinya mampu untuk mengadakan ajang balap internasional seperti F1. Hanya, masa jabatannya akan segera berakhir. “Aku tak ada waktu saja. Cuman, aku yakin bisa. Tapi, enggak ada waktu,” ungkapnya.
Meskipun tidak menjadi pengurus PDI Perjuangan di tingkat DPC maupun DPD, Risma adalah sosok yang punya pengaruh di partai berlambang banteng moncong putih tersebut. Seorang politikus senior di partai itu menyebut Risma kenal baik dengan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Misalnya, hal itu dibuktikan dengan Risma dan Mega yang jalan-jalan ke taman.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Surabaya Consulting Group (SCG) Didik Prasetyono mengatakan, kemenangan periode kedua duet Risma-Whisnu Sakti Buana pada 2015 lalu mencapai 86 persen. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Surabaya sangat mendukung kelanjutan pembangunan di Surabaya.
Maka, elektabilitas calon yang akan didukung Risma juga bisa terdongkrak setidaknya 15-20 persen. Dukungan itu tentu harus diungkapkan secara terbuka nanti. “Saat ini memang belum saatnya menyebut nama. Tapi, kriteria yang diungkapkan Bu Risma itu akan jadi rujukan. Kalau Bu Risma menyebutkan sosok yang gendeng, orang akan menebak-nebak siapa itu orangnya,” kata Didik.
Lalu, siapa penerus Risma?. Didik menganalisis sejauh ini ada enam nama kandidat yang berpeluang diusung DPP PDIP. Pertama, Whisnu Sakti Buana. “Whisnu adalah kandidat internal yang saat ini berada paling atas, baik secara popularitas maupun elektabilitas,” ujarnya.
Kedua, Puti Guntur Sukarno. Cucu Bung Karno ini terpilih dengan 139.794 suara di Dapil DPR RI Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) yang merupakan modal cukup kuat sebagai kandidat. “Bila meneruskan tradisi wali kota perempuan, Mbak Puti merupakan kandidat yang bisa menjadi kejutan,” katanya.
Ketiga, Armudji. Ketua DPRD Kota Surabaya ini terpilih dengan 136.308 suara di DPRD Jatim Dapil Jatim I (Surabaya). Perolehan itu tertinggi di Dapil Jatim I. “Pengalaman dan kemampuan elektoral menjadi daya tawar Armudji,” ungkap Didik.
Keempat, Mochamad Nur Arifin. Kandidat ini akan muncul jika DPP PDIP mempertimbangkan usia sebagai faktor dalam merebut elektoral. “Bupati Trenggalek ini dikenal dekat dengan elit DPP, berpeluang menjadi kandidat alternatif bila terjadi kebuntuan pada nama-nama yang beredar,” jelasnya.
Kelima dan keenam adalah Hendro Gunawan serta Eri Cahyadi. Keduanya birokrat yang cukup menonjol di Pemkot Surabaya. “Bila DPP PDIP mempertimbangkan rekam jejak Risma yang sebelumnya juga birokrat, Hendro dan Eri akan menjadi alternatif,” pungkasnya. [iib]

Tags: