RSUD dr Soetomo Pastikan Kebutuhan APD Cukup

Direktur RSUD dr Soetomo dr Joni Wahyu Hadi bersama Direktur RS Jiwa Menur dr Ilham saat memberi keterangan pers di Gedung Negara Grahadi, Senin (29/6). [adit hananta utama]

Gugus Tugas Provinsi Siapkan Sistem Hospital Disaster Plan
Pemprov, Bhirawa
Direktur RSUD dr Soetomo dr Joni Wahyu Hadi memastikan stok kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) di rumah sakitnya mencukupi. Jumlahnya bahkan mencapai puluhan ribu dan itu dikatakannya sudah cukup untuk merawat pasien Covid-19.
dr Joni menjelaskan, saat ini RSUD dr Soetomo telah merawat sekitar 1.900 pasien dan 865 di antaranya merupakan warga asal Surabaya. Saat ini, terdapat 232 bed di RSUD dr Soetomo dan semuanya penuh. Sementara di RS Lapangan juga diisi mayoritas orang Surabaya.
“Logikanya karena memang kita di Surabaya. Meskipun di Soetomo juga menerima pasien dari luar Surabaya bahkan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Maluku bahkan dari Kalimantan Timur. Tetapi yang paling banyak dari Jatim dan dari Jatim yang paling besar jumlahnya adalah Surabaya,” tutur dr Joni saat konfrensi pers di Gedung Negara Grahadi, Senin (29/6).
Terkait asal pasien, dr Joni memastikan tidak membedakan pasien berasal dari mana. Begitu pasien datang dan ada tempat maka akan dirawat. “Karena memang sumpah dokter dan UU RS demikian,” tutur dr Joni.
Untuk melayani pasien tersebut, dr Joni menegaskan kemampuan APD untuk tenaga medis telah mencukupi. Terkait bantuan dari Pemkot Surabaya, ditegaskannya bukan ditolak. Tetapi RSUD dr Soetomo sudah mendapat bantuan banyak sekali dari Pemprov, donatur, anggaran rumah sakit dan dari Kementerian Kesehatan. Pihaknya justru memikirkan kawan-kawan di RS Darurat yang merupakan RS non rujukan.
“Kasian RS Darurat itu, dia yang harus diperhatikan APD-nya. Kami nanti serakah kalau semua diterima. Selama kami masih cukup, ya cukup. Kalau kami nggak cukup, siapapun yang membantu dan memang orang lain tidak membutuhkan kita siap memakainya,” tutur dr Joni.
Jumlah APD di dr Soetomo masih ada puluhan ribu. Pertimbangannya, jika terlalu banyak menimbun APD risikonya akan besar, rusak, kebakaran atau hilang. “Kalau stok kita mulai menipis biasanya kita langsung membeli atau meminta ke Gugus Tugas Nasional seperti itu,” tutur dr Joni.
Joni mengungkapkan,dari komunikasinya dengan para direktur rumah sakit, sebagian besar RS yang bukan rujukan justru masih kekurangan APD. Memang kebutuhannya sedikit, tapi sedikit itu tetap kebutuhan yang harus dipenuhi. “Artinya jangan ditujukan ke RSUD dr Soetomo saja,” tutur dia.
Dalam kesempatan itu, dr Joni juga menjelaskan, terkait skenario yang praktis untuk membangun sistem rujukan antar rumah sakit dan peningkatan kapasitasnya. Sistem rujukan tersebut akan terhubung dalam hospital disaster plan. Sehingga kecepatan dalam penanganannya akan lebih cepat dan komperehensif.
“RS Darurat disetting menjadi RS yang bisa memuat lebih banyak dan daerah akan ditingkatkan kemampuanya. Baik untuk layanan ibu melahirkan, pasien sedang dan berat,” tutur dia.
Khusus di Surabaya, dr Joni berharap ada RS rujukan lagi di wilayah Surabaya barat, yaitu RS Bhkati Dharma Husada (BDH) milik Pemkot Surabaya. Sementara di tengah ada RSUD dr Soetomo dan RS Universitas Airlangga yang sudah melayani pasien sedang dan berat. “Nanti, BDH juga akan melayani pasien ringan, sedang dan berat. Utara, ringan sedang berat,” kata dia.
dr Joni berharap, dengan menyatukan perencanaan dan sistem rujukannya maka sistem rujukan diatur di RS Darurat. Seluruh pasien harus memasukan data, berapa yang dirawat, kriteria pasiennya, berapa bednya, dan alatnya. Tinggal dilihat dari aplikasi dan ditatap melalui itu.
Saat ini, di Jatim juga sudah memiliki RS Khusus Infeksi (RSKI) yang akan menjadi pusat rujukan layanan maternal dengan Covid-19. “Selama ini kan ke Soetomo, orang melahirkan Covid di soetomo semua sampai kehabisan tempat. Maka untuk kandungan kita sekarang akan menyelesaikan yang ada dulu,” pungkas dia. [tam]

Tags: