RT di Bawah 1, Kapasitas RS di Jatim Mulai Stabil

Ahli epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dr Windhu Purnomo

Surabaya, Bhirawa
Situasi penyebaran Covid-19 di Jatim mulai berangsur membaik. Hal tersebut dapat dilihat dari rate of transmision (RT) telah sampai angka 0,89 atau berada di urutan kelima secara nasional, Kamis (13/8). Sementara untuk Attack Rate (AR) atau infeksi per 100.000 populasi Jawa Timur sebesar 61,4 atau berada pada urutan ke 12. Sedangkan Jakarta memiliki attack rate tertinggi Nasional yakin 235,5.
“Saat ini, masalah Rumah Sakit di Jatim yang sempat overload sudah teratasi dengan cukup baik, CFR/Kematian yang masih cukup di Jatim kemungkinan disebabkan karena masih banyak pasien COVID-19 yang takut untuk periksa lebih dini, sehingga datang di Rumah Sakit sudah dalam kondisi terlambat,” tutur pakar Epidemologi Universitas Airlangga dr Windhu Purnomo.
Diejlaskannya, Surabaya raya saat ini juga telah bergantian menjadi zona orange. Namun, Sidoarjo yang semula pada di tanggal 13-19 Juli telah berhasil menjadi zona orange kink kembali merah. “Per hari ini Surabaya dan Gresik telah menjadi zona oranye. Artinya ada kemajuan dalam penanganan COVID-19 di Jatim khususnya Surabaya Raya,” tutur dr Windhu.
Kendati demikian, pihaknya meminta agar Surabaya dan Gresik tetap waspada. Sebab, jangan sampai keduanya kelunturan Sidoarjo sehingga kembali menjadi merah. Kesembuhan Jatim pun cukup tinggi, per 13 Agustus kemarin mencapai 73,6 persen. Angka ini telah melebihi prosentase kesembuhan Nasional sebesar 65,9 persen.
Sementara itu, hasil survey yang dilakukan Prof Hermawan dari LIPI menjelaskan efektifitas kampung tangguh dalam menekan angka Covid-19 di Jatim. Sebanyak 59,2% masyarakat percaya bahwa Kampung Tangguh efektif untuk menekan Covid-19
“Saat ini, 88,1% masyarakat di Surabaya Raya sudah memahami protokol kesehatan Covid-19. Namun pemahaman lebih rinci mengenai penyakit Covid -19 masih kurang, sehingga muncul anggapan Covid-19 adalah konspirasi,” tutur pria yang akrab disapa Prof Kiki tersebut.
Berdasarkan hasil risetnya, Prof Kiki merekomendasikan agar tidak hanya melakukan sosialisasi protokol kesehatan. Tapi juga dampak Covid-19 melalui semua channel khsususnya medsos dan tokoh agama. “Optimalkan kampung tangguh, munculkan reward dan punishment untuk protokol kesehatan, tingkatkan kecepatan tes dan penanganan,” pungkas dia. [tam]

Tags: