Oleh :
Rina Yuliana – Lombok
Sampai Nanti
Meratap jalan nestapa
Aku seorang diri
Melewati jalan kerikil yang bertebaran
Menghadapi semak belukar
Aku ingin menyapu kerikil dan menatanya untuk menjadi sebuah taman sajak
Membuat semak belukar sebagai bunga kerdil yang di kelilingi diksi
Seperti Sapardi Djoko Damono dengan
Larik-larik sajak ini kau tetap akan kusiasati
Dan Chairil Anwar yang ingin hidup seribu tahun lagi
Membuat catatan kaki
Hingga tergores sampai nanti
Sampai nanti dipeluk bumi
Lombok, 2020
Jejak Seorang Kakek
Meruncing cahaya pagi, di kala langit bermuram diri
Pekat menikam tubuh-tubuh bening, saat kaki baru meranggas napas
Memandang sepetak sawah untuk dicangkul
Memberikan suasana damai
Dengan sepercik embun bertaburan
Ia melangkahkan kakinya sembari membawa sekantong plastik yang berisi pupuk untuk padi setengah lutut
Kuning-menguning nan elok dengan butirnya melenggak-melenggok dihempas angin
Padi siap untuk dipanen
Untuk ditukarkan di pasar beras
Uang saku untuk nenek
Lombok, 2020
Jenuh
Diam-diam datang tanpa basa-basi
Jiwa yang selalu merasa di hantui
Kini pernah berdamai
Lalu kembali menghampiri
Seperti Menelan buah zakum
Duduk memangku sambil vakum
Kata demi kata tersimpan ranum
Hingga jenuh merasa kagum
Lombok, 2020
Akan Kembali
Bait-bait tersusun rapi
Yang mengungkapkan gejolak hati
Yang mewakilkan suara hati dalam diri
Jauh dari keramaian duniawi
Kembali merangkul dunia abadi
Tak mungkin melompat sejauh itu
Dengan mendahului kehendak-Nya
Langkahku terbata-bata
Mencari sebuah cahaya
Untukku jadikan sebuah alasan
Untuk menghadap sang pemberi nikmat
Jika memang mereka menolakku
Biar saja, tiada mungkin tidak membenci
Karena kutahu, di bumi memang bertemu dengan bermacam rupa,
Namun semua dalam genggaman sang ilahi, jika mati akan terbungkus dengan kain kapan putih dan terbaring kaku di atas hamparan tanah.
Lombok, 2020
Luka Menjadi Penyakit
Maafkan aku
Bersusah payah kau membesarkanku
Merangkul di setiap pertumbuhanku
Menuntun di setiap langkahku
Kini aku tumbuh
Menjadi orang dewasa
Ternyata tak seindah yang aku bayangkan
Perbedaan pendapat selalu menghiasi suasana
Yang membuat berkecamuk dalam benakmu
Menangis deras terasa dalam batinmu
Ibu
Aku tahu kau terluka
Aku tahu kau menangis
Aku tahu kau merengek dalam doamu untuk selalu meminta kapada-Nya
Karena sikapku yang angkuh akan dirimu
Terkadang tersadar
Terkadang tertekan akan ego yang tak tahu datang dari mana
Akan aku usahakan memperbaiki semua
Sehingga tidak ada lagi perbedaan itu
Sehingga kau tak terluka lagi karena ulah anakmu ini, yang menguras batin sampai luka itu muncul menjadi penyakit.
Lombok, 2020
malam jumatan
khusuk mengarah kiblat
surat Al-Kahfi
kabut pertama
rindu merajalela
o, sayonara
Lombok, 2020
Biodata:
Rina Yuliana, lahir di Lombok 22 Juli 1992. Lulusan Pendidikan Matematika UIN Mataram, menggemari menulis puisi sejak tahun 2020.
———– *** ————–