Sebaran Program Keahlian SMK Jatim Timpang

SMK Mini JatimDindik Jatim, Bhirawa
Tidak semua program keahlian pendidikan kejuruan dapat dengan mudah ditemui di setiap lembaga SMK. Bahkan di Jatim, ada sejumlah program keahlian yang hanya terpusat di satu-dua daerah saja. Akibatnya, selain minim peminat, siswa dari luar kota juga kesulitan mengakses kompetensi yang diinginkan karena terkendala pagu pendaftaran siswa baru masing-masing daerah.
Sementara itu, ada pula program keahlian yang terus bercokol di lembaga SMK dengan peminat yang juga terus meningkat. Padahal, sejumlah program keahlian yang terpusat di daerah tertentu dan sepi peminat itu pada kenyataannya sangat dibutuhkan industri, khususnya Jatim. Misalnya saja program keahlian pertanian dan seni pertunjukkan.
Dari catatan Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, terdapat 10 program keahlian paling sedikit yang terdapat di lembaga SMK. Diantaranya ialah penyuluh pertanian dan mekanisasi pertanian sebanyak 1 sekolah, kehutanan, teknologi tekstil, dan seni pertunjukan sebanyak 2 sekolah, teknik telekomunikasi sebanyak 3 sekolah, dan teknologi pesawat udara sebanyak 4 sekolah. Selain itu, teknik perkapalan , geologi pertambangan terdapat 5 sekolah serta teknik grafika dan teknik survey dan pemetaan sebanyak 7 sekolah.
Jumlah ini jauh berbeda dengan 10 program keahlian seperti teknik komputer dan jaringan tersebar di 627 lembaga, teknik otomotif dan kendaraan ringan sebanyak 468 lembaga, akuntansi 381 lembaga dan multimedia sebanyak 318 lembaga. Selain itu, program keahlian pemasaran terdapat 227 lembaga, teknik permesinan 209 lembaga, administrasi perkantoran sebanyak 198, teknik otomotif sepeda motor sebanyak 196 lembaga dan busana butik sebanyak 154 lembaga.
Menurut Kepala Dindik Jatim Dr Harun MSi, sebaran program keahlian SMK itu pada dasarnya mengikuti kebutuhan di daerah masing-masing. Jika di daerah tersebut bergerak di bidang jasa, maka program keahliannya dominan ke jasa dan begitu seterusnya. “Jadi membuka program keahlian SMK itu harus sesuai dengan kearifan lokal yang ada. Sehingga lulusannya juga dapat disalurkan tepat sasaran,” tutur dia.
Bagaimana dengan keterbatasan pagu siswa luar kota yang ingin mengakses program keahlian tak populis itu? Harun menuturkan, aka nada solusi yang disiapkan oleh Dindik Jatim maupun daerah menyikapi hal itu. Misalnya saja program keahlian seni yang ada di Surabaya, sementara pagunya hanya satu persen untuk luar kota, maka itu akan ada kebijakan khusus dari dindik setempat.
Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) dan Perti Hudiyono menambahkan, saat ini Pemprov Jatim tengah merencanakan adanya subsidi bagi siswa yang ingin masuk ke program keahlian terkecil itu namun terkendala pagu luar kota. Subsidi tersebut khususnya bagi siswa berprestasi dan berbakat sesuai bidang yang dituju.
“Jadi kalau ada siswa dari Madiun pintar di bidang pedalangan, ya kita beri subsidi untuk sekolah di SMKN12 Surabaya,” tutur dia.
Hudiyono sangat memahami jika daerah membatasi pagu luar kota. Ini erat kaitannya dengan APBD setempat yang dialokasikan untuk mengembangkan pendidikan di daerahnya. “Kalau ternyata siswa dari luar kota yang mendaftar kan jelas membebani anggaran daerah tersebut,” tutur dia.
Meski demikian, lanjut Hudiyono, bakat dan prestasi siswa tidak boleh dibatasi atau bahkan dihalang-halangi. Karena itulah dibuat strategi subsidi untuk sekolah atau daerah yang menerima siswa dari luar kota. Sebab, jika harus mendirikan SMK baru, tentu ini anggarannya jauh lebih besar dari pada subsidi. “Berapa besar anggarannya nanti kita matangkan lagi. Ini masih kita rencanakan,” pungkasnya. [tam]

Tags: