Sekolah Ekstra Hati-hati

foto ilustrasi

Sekolah pembelajaran tatap muka (PTM) sedang dijalani peserta didik.dengan harap-harap cemas. Juga berdebar-debar. Beberapa prosedur masuk kelas dijalani seksama. Memasuki pintu gerbang sekolah sudah diperiksa suhu badan, berlanjut cucui tangan dengan sabun di bawah pancuran air. Berbaris antre dengan jarak 2 meter menuju bangku di dalam ruang kelas. Terasa ada suasana tradisi kependidikan yang “hilang,” tergerus pandemi berkepanjangan.

Selama 16 bulan menjalani pembelajaran secara daring, niscaya rindu masuk sekolah. Suasana pembelajaran di sekolah lazimnya selalu diiringi canda, dan bermain dengan rekan. Terasa ada teman baru yang sebenarnya “stok lama,” karena mendaftar saat PPDB (Pendaftaran Peserta Didik Baru) tahun ajaran 2020 lalu. Terutama siswa kelas VIII, dan kelas XI. Selama setahun lebih hanya bertemu secara daring dalam video zoom. Usai sekolah PTM perlu dlanjutkan dengan kontak lebih dekat.

Saat ini jumlah satuan pendidikan yang melaksanakan sekolah PTM diperkirakan mencapai 16% hingga 20%, sekitar 35 ribu sekolah tingkat SD, SLTP, dan SLTA. PTM didominasi siswa SMA, Madrasah Aliyah, dan SMK (kelas X, XI, dan XII). Terutama yang sudah mengikuti vaksinasi. Sedangkan jenjang SMP dan Madrasah Tsanawiyah, hanya terbatas pada kelas VII, dan kelas IX. Juga dengan mengutamakan yang sudah divaksin.

Sekolah tingkat SD masih jarang dilaksanakan sekolah PTM, kecuali diujicoba pada kelas VI. Walau sebagian murid belum divaksin. Tetapi seluruh guru dan tenaga administrasi sekolah wajib sudah menjalani vaksinasi dosis kedua. Kementerian Pendidikan (bersama Kementerian Kesehatan) tidak mensyaratkan vaksinasi murid SD. Karena vaksinasi CoViD-19 usia di bawah 12 tahun masih dalam penelitian (di seluruh dunia). Protokol kesehatan (Prokes) 3M ketat menjadi andalan, serta vaksinasi seluruh guru.

Prinsipnya, sekolah masih dilaksanakan secara hybrid. Paduan antara cara daring dengan tatap muka. Namun sekolah normal tatap muka patut diupayakan sebesar-besarnya, mengurangi loss learning. Walau saat ini masih terbatas pada zona hijau, dan zona kuning pandemi. Khususnya pada area blank spot, yang belum tersambung internet. Guru juga harus menyelenggarakan pembelajaran kunjungan pada setiap kelompok murid (terdiri 6 anak).

Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek, men-canang-kan sekolah tatap muka dimulai (bertahap) pada awal tahun ajaran baru, bulan Juli 2021. Prinsip ke-hati hati-an (visi Ketahanan Kesehatan) akan mengiringi hak setiap anak memperoleh pendidikan. Jumlah peserta didik pada seluruh jenjang pendidikan, sebanyak 45.534.371 anak. Secara perbandingan jumlah guru hanya 5,9% jumlah siswa. Seluruh “warga sekolah” (guru dan murid) wajib dilindungi dalam melaksanakan hak dan kewajiban.

Tidak sulit melaksanakan Prokes 3M. Seluruh anak-anak sudah biasa mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun sebelum masuk ruang kelas, dan menjaga jarak. Tidak beda dengan berada di tempat umum (mal, dan tempat ibadah). Penyelenggara sekolah hanya wajib menata tempat duduk yang di-jarang-kan. Kapasitas ruang kelas digunakan kurang dari seperempat. Sehingga perlu dilakukan pola silih hari peserta kelas tatap muka.

Sekolah PTM hanya berlaku pada kawasan yang melaksanakan PPKM level 3, 2, dan 1. Serta seluruh guru (dan tenaga administrasi) harus sudah divaksinasi. Juga dibawah supervisi Satgas CoViD-19 daerah. Namun partisipasi kehadiran di sekolah tetap bergantung pada “keberanian” orangtua murid. Termasuk menunda berangkat ke sekolah manakala nampak gejala sakit. Kesehatan dan keselamatan menjadi prioritas seluruh sifitas sekolah.

PTM juga wajib dihentikan manakala terjadi penambahan kasus CoViD-19. Namun pada akhir pandemi setiap murid wajib kembali masuk ruang kelas.

——— 000 ———

Rate this article!
Sekolah Ekstra Hati-hati,5 / 5 ( 1votes )
Tags: