Semangat Kearsipan di Tengah Pandemi Covid-19

Oleh:
Agus Santoso
Kepala Kearsipan dan Dokumentasi Multimedia ITS Surabaya

Berita perkembangan kasus Covid-19 selalu menyita perhatian masyarakat. Sejak Presiden Jokowi mengumumkan secara resmi adanya kasus Covid-19 di Indonesia awal Maret lalu, seolah-olah menjadi babak baru bagi industri media untuk menyampaikan informasi terkini seputar Covid-19. Ironisnya, pegiat media saat ini tak hanya berasal dari platform media resmi dan terpercaya, tetapi masyarakat awam pun bisa menjadi produsen berita di berbagai media sosial.

Saat ini, diperlukan suatu filter yang mampu menyaring informasi mana yang benar dan mana yang hoax. Sementara itu, kehadiran Achmad Yurianto selaku juru bicara penanganan Covid-19 menjadi sosok yang ditunggu-tunggu para produsen berita. Perannya sebagai gerbang utama informasi seputar perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia, dianggap sebagai sumber terpercaya diantara merebaknya hoax seputar Covid-19.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate dalam konferensi Pers-nya menyampaikan bahwa “Saat ini telah terjadi peningkatan kasus hoax seputar Covid-19, hingga 14 Mei kemarin ada 686 hoax yang tersebar berbagai platform, baik itu facebook, Instagram, twitter maupun youtube” (kominfo.go.id). Hoax di masa pandemi Covid-19 ini menjadi sumber masalah tersendiri bagi Pemerintah dan masyarakat di tenga perjuangan menjaga stabilitas Nasional.

Arsip Autentik di Masa Pandemi Covid-19

Hari Kearsipan Nasional ke-49 (18 Mei 2020) bertajuk “Arsip Autentik untuk Indonesia” menjadi momen yang pas untuk menyuarakan semangat kearsipan pada masyarakat.

Para pegiat arsip harus unjuk gigi dengan segala keahliannya untuk mennginformasikan arsip autentik di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Semangat kearsipan harus mampu memerangi hoax yang merupakan musuh besar arsip autentik. Peran Semangat kearsipan inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat dan Pemerintah untuk stabilitas informasi di tengah pandemi Covid-19, seperti halnya yang disampaikan oleh plt.

Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia, Taufik dalam sambutannya di Acara Peringatan Hari Kearsipan Nasional (18 Mei 2020). Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika tak bisa bekerja sendiri dalam memerangi hoax yang semakin subur di masa pandemi Covid-19 ini.

Informasi hoax tentu saja tidak memenuhi syarat sebagai informasi yang autentik. Pegiat arsip lah yang mampu menjadi penyelamat masyarakat dari gerusan informasi yang dibuat oleh oknum tak bertanggung jawab. Faktanya, masih banyak masyarakat kita yang belum bisa membedakan antara informasi benar dan hoax.

Arsip Nasional Republik Indonesia dalam peringatan Hari Kearsipan yang ke-49 tahun ini, ingin mengajak masyarakat peduli tentang apa itu arsip yang autentik. Baru-baru ini telah beredar “Surat Keterangan Bebas Covid-19” yang dijual secara online. Faktanya, surat ini memang sedang diburu masyarakat ditengah-tengah larangan mudik. Kasus ini merupakan cambuk bagi dunia kearsipan kita. Berita tersebut seolah-olah menunjukkan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang arsip yang autentik. sangat disayangkan apabila masyarakat menjadi oknum yang ikut andil dalam menciptakan arsip tak autentik tersebut.

Peran pegiat arsip sangat penting dalam kasus ini. Bagaimana mereka bisa memberikan penerangan kepada masyarakat tentang apa itu arsip yang autentik, dan arti pentingnya bagi masyarakat khususnya di situasi pandemi Covid-19.

Waspada Arsip Digital di Era PSBB

PSBB yang menjadi kebijakan beberapa daerah di Indonesia telah merubah gaya hidup masyarakat dalam waktu singkat. Sebagian besar masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah. Aktifitas berselancar dengan dunia internet pun semakin meningkat, mulai dari online learning, online meeting, dan online shopping. Beberapa platform aplikasi digital juga semakin laris manis di era PSBB ini. Sebut saja zoom, google meets, whatsapp dan aplikasi teleconference lainnya. Penggunaan aplikasi ini berpotensi pada meningkatnya jumlah arsip digital yang tercipta maupun yang tersebar. Aktifitas berbagi dokumen dan data pribadi menjadi suatu hal yang wajar. Berbagai aplikasi komunikasi tersebut memang unggul dalam memudahkan proses komunikasi di era PSBB. Faktanya, diperlukan kewaspadaan dalam penggunaan berbagai aplikasi digital di era PSBB ini untuk menghindari terjadinya cyber crime nantinya. Sejauh ini Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate masih menyatakan bahwa platform zoom aman digunakan diantara beredarnya isu keamanan data. Sebaliknya CEO Zoom, Eric Yuan mengakui bahwa ada celah kemanan dalam penggunaan zoom, perusahaanya telah salah mengambil langkah saat mengembangkan aplikasinya yang tidak memfokuskan pada kemanan data (Jawa Pos, ed. 9 April 2020).

Memperingati hari kearsipan di tahun ini tidak harus dengan seremonial, tetapi dengan upaya nyata mengajak masyarakat untuk sadar terhadap sifat-sifat arsip digital yang jumlahnya meningkat saat PSBB ini. Pegiat arsip bisa melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga keamanan data pribadi di tengah ancaman cyber crime yang semakin merajalela saat pandemi Covid-19 ini.

Hikmah Kearsipan di Tengah Covid-19
Ironisnya, di peringatan hari kearsipan Nasional ke-49 ini masih banyak yang menganggap sebelah mata terkait dunia arsip. Mulai dari image tumpukkan kertas, ruang berdebu, profesi tak menarik, bahkan sampai pada arsip yang dikilokan. Momen peringatan hari kearsipan di situasi pandemi Covid-19 ini harus bisa dimanfaatkan para pegiat arsip untuk mengangkat nama arsip. Berperan aktif dalam melawan hoax melaui penyediaan sumber informasi yang autentik adalah salah satu cara mengangkat nama arsip. Selain itu, pegiat arsip dapat membuat konten edukasi terkait kiat menjaga kemanan arsip digital di era PSBB. Apa yang dilakukan oleh pegiat arsip pada perayaan hari Kearsipan Nasional ke-49 di tengah pandemi Covid-19 diharapkan dapat memberikan hikmah bagi kemajuan dunia kearsipan Nasional.

————– *** ————–

Tags: