Sepanjang 2018, Inflasi Provinsi Jawa Timur Capai 2,86 Persen

Foto: ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Sampai dengan Bulan Desember 2018 secara tahun kalenderinflasi Jawa Timur mencapai 2,86 persen. Hal ini berarti lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 4,04 persen. Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Teguh Pramono mengatakan, inflasi tahun kalender ini lebih rendah dibandingkan dengan target pemerintah yang mematok inflasi sebesar 3 plus minus 1 persen.
Selama tahun 2018, dari tujuh kelompok pengeluaran, tampaknya seluruhnya mengalami inflasi. “Namun inflasi sepanjang Tahun 2018 di Jatim masih kategori baik, dibandingkan nasional,” kata Teguh, Kamis (3/1) kemarin.
Dipaparkan Teguh, kelompok pengeluaran yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi adalah kelompok Bahan Makanan sebesar 0,70 persen, diikuti kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 0,61 persen, kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,52 persen.
Selanjutnya, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,41 persen, kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga sebesar 0,30 persen, kelompok Sandang sebesar 0,16 persen, dan kelompok Kesehatan sebesar 0,14 persen.
Komoditas utama yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi sepanjang tahun 2018 di Jawa Timur adalah bensin, daging ayam ras, kontrak rumah, rokok kretek filter, akademi/perguruan tinggi, emas perhiasan, tarif sekolah dasar, rokok kretek, beras, dan tarif sekolah menengah atas.
Sedangkan komoditas utama yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya deflasi adalah tomat sayur, gula pasir, kentang, gipsum, angkutan udara, wortel, minyak goreng, tongkol/ambu-ambu, bawang putih, dan biskuit.
Bensin memberikan sumbangan utama terjadinya inflasi sepanjang tahun 2018 disebabkan adanya kenaikan BBM non subsidi beberapa kali sepanjang tahun 2018. Kenaikan BBM non subsidi pertama kali pada tanggal 13 Januari 2018. “Selanjutnya pada tanggal 20 Januari 2018, tanggal 24 Februari 2018, 24 Maret 2018, 1 Juli 2018, dan 10 Oktober 2018. Sehingga total sudah enam kali BBM non subsidi sepanjang tahun 2018,” kata Teguh Pramono.
Dijelaskan pula, komoditas daging ayam rasturut memberikan andil inflasi sepanjang tahun 2018. Kenaikan daging ayam ras pada tahun 2018 terjadi di beberapa perayaan hari besar maupun disebabkan oleh kenaikan harga pakan akibat naiknya harga tukar rupiah terhadap dollar.
Selain beberapa komoditas yang mendorong inflasi, beberapa komoditas lain justru mampu menahan laju inflasi selama tahun 2018. Harga beberapa sayuran pada tahun 2018 mengalami penurunan yang menjadi komoditas utama penghambat inflasi antara lain tomat sayur, kentang, dan wortel.
Harga sayuran biasanya berkaitan dengan faktor cuaca dimana sepanjang tahun 2018, cuaca cenderung baik dan jarang terjadi hujan kecuali pada penghujung tahun. Hal ini berimbas dengan banyaknya pasokan sayuran yang ada di pasar.
Teguh menjelaskan juga untuk pengelompokan disagregas inflasi/kelompok inflasi selama tahun 2018 menunjukkan seluruh komponen mengalami inflasi. Komponen yang bergejolak mengalami inflasi tertinggi yaitu mencapai 3,73 persen, kemudian diikuti komponen yang diatur pemerintah sebesar 3,29 persen, dan komponen inti sebesar 2,50 persen.
Andil terbesar terjadinya inflasi ialah berasal dari komponen inti yaitu sebesar 1,59 persen, kemudian komponen yang bergejolak menyumbang sebesar 0,65 persen, dan kelompok yang diatur pemerintah menyumbang sebesar 0,62 persen.
Komoditas kelompok barang dari komponen inti yang mempunyai andil besar terjadinya inflasi 2018 ialah kontrak rumah, biaya akademi/perguruan tinggi, emas perhiasan, biaya sekolah dasar, dan biaya sekolah menengah atas. Untuk komponen yang diatur pemerintah, andil inflasi terbesar berasal dari bensin, rokok kretek filter, dan rokok kretek. Sedangkan untuk komponen yang bergejolak, andil inflasi terbesar berasal dari daging ayam ras dan beras. [rac]

Tags: