Sinergi Kepedulian SMKN 3 dan UPT-PK Bondowoso

Edy Hartono ST, pendamping SMKN 3 Bondowoso dan BLK Bondowoso bersama warga binaan saat mengadakan kerjasama pembinaan keterampilan pertukangan dan pembuatan gazebo. [sawawi]

Bagi Ilmu Pembinaan Keterampilan Pertukangan dan Pembuatan Gazebo
Kab Bondowoso, Bhirawa
Tak banyak lembaga yang memiliki kepulian tinggi bagi nasib warga binaan dan para narapidana yang mendekam di sel tahanan Rumah Tahanan (Rutan|) Bondowoso. Namun berbeda dengan Balai Latihan Kerja (BLK) Bondowoso yang kini berubah nama menjadi UPT-PK (Unit Pelayanan Terpadu-Penempatan Kerja) beserta SMKN 3 Bondowoso yang memiliki kepedulian tinggi bagi nasib dan masa depan mereka. Instansi pemerintah dan lembaga pendidikan kejuruan ini mengadakan pembinaan keterampilan pertukangan dan pembuatan gazebo bagi warga binaan dan narapidana yang menghuni Rutan Bondowoso.
Pagi itu, puluhan warga binaan dan narapidana serta mantan narapidana yang rata-rata berusia matang masih memakai seragam berwarna orange, seragam khas penghuni tahanan Rutan Bondowoso. Mereka tak lain adalah warga Indonesia yang umumnya sedang terkena jeratan aneka macam kasus kejahatan dan sebagian masih menunggu vonis pengadilan negeri (PN) Bondowoso.
Mereka dengan tekun dan telaten mendatangi sekolah SMKN 3 Bondowoso, salah satu sekolah kejuruan di Kota Tape sekaligus pemilik ikon techno entrepeneur sedang mengadakan pelatihan. “Saya tertarik ikut ini (pelatihan keterampilan pertukangan dan pembuatan gazebo, red), karena memiliki prospek yang cerah,l” tegas Nono-warga binaan dengan nama samaran.
Menurut Nono, tawaran atau ajakan SMKN 3 Bondowoso bersama UPT PK Bondowoso untuk menggelar pelatihan keterampilan pertukangan dan pembuatan gazebo sangat menarik. Ini karena, ujar Nono, selepas keluar dari tahanan Rutan Bondowoso, akan memiliki bekal ilmu wiraswasta yang layak untuk dikembangkan ditengah masyarakat.
Apalagi, aku Nono, pertukangan tidak akan kehilangan lahan pekerjaan, karena animo masyarakat untuk merehab rumah atau membangun gedung kini semakin meninggi. “Ilmu ini sangat bermanfaat sekali bagi saya dan teman teman saat keluar dari Rutan nanti,” urai Nono.
Masih kata Nono, dirinya sangat tertarik dan kerasan mengikut pelatihan keterampilan pertukangan dan pembuatan gazebo, karena para pelatih atau pembina serta pendamping yang disiapkan memiliki sikap yang baik selama kegiatan pelatihan diadakan. Apalagi, aku Nono, dalam waktu yang tidak lama lagi dirinya akan segera menghirup udara bebas setelah cukup lama menjalani masa tahanan di Rutan Bondowoso. “Semoga nanti kalau saya sudah mengembangkan usaha ini di tengah masyarakat memiliki peluang yang baik,” kupas Nono.
Sementara itu Kepala Sekolah SMKN 3 Bondowoso Dr Umar Said MPd menandaskan SMKN Bondowoso mengaku bersyukur karena dapat berbagi ilmu dengan puluhan warga binaan dan narapidana serta mantan narapidana di kompleks SMK Negeri 3 Bondowoso, Kamis (6/12). Selain itu, aku Umar Said, lembaganya juga ikut bangga karena mendapatkan kepercayaan sebagai fasilitator dalam pembinaan keterampilan pertukangan dan pembuatan gasebo bagi warga binaan dan narapidana. “Kegiatan ini bertempat di SMK Negeri 3 Bondowoso, mulai 3-6 Desember 2018,” aku Umar Said.
Mantan Kasek SMKN 1 Situbondo itu menambahkan, warga binaan bersama narapidana dan mantan narapidana mendapat bekal keterampilan pertukangan dan pembuatan gasebo dengan fasilitas instruktur dan tempat pembelajaran yang di sediakan SMKN 3 Bondowoso. Ini dilakukan, aku Umar Said, karena warga binaan dan narapidana memiliki hak yang sama untuk dapat diterima di tengah masyarakat dengan baik sehingga wajar diajak dalam program unggulan tersebut.
“Termasuk mantan narapidana yang berarti sudah bebas atau keluar dari Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau Rutan (Rumah Tahanan Negara) tidak mudah untuk kembali dan berbaur di tengah masyarakat. Lembaga pemasyarakatan yang dikenal selama ini oleh orang awam atau masyarakat adalah penjara sebagai tempat orang jahat atau orang yang bermasalah dengan hukum,” tegas Umar Said.
Meskipun bebas, lanjut Umar, mantan tahanan atau narapidana tersebut tetap dianggap orang jahat dan dinilai sebagai sampah masyarakat. Paradigma mantan narapidana sebagai “sampah masyarakat” inilah yang masih saja kerap terjadi di tengah masyarakat. Diskriminasi yang ditunjukkan oleh masyarakat terhadap mantan narapidana, tegas Umar, menjadi fenomena yang seharusnya tidak terjadi di tengah masyarakat. “Konstruksi negatif masyarakat terhadap mantan narapidana menjadi latar belakang utama fenomena ini sehingga muncul selama ini,” ujar Umar Said.
Disisi lain, Edy Hartono ST, pendamping dari SMKN 3 Bondowoso menimpali, dengan adanya fenomena tersebut dapat menimbulkan masalah lain yang dapat merugikan kedua belah pihak. Seakan akan, terang Edy, mantan narapidana tersebut tidak diberikan kesempatan lagi oleh masyarakat untuk berubah menjadi lebih baik. Padahal, kata mantan narapidana sangat membutuhkan penerimaan dari masyarakat.
“Tanpa adanya penerimaan, narapidana justru dapat manarik mereka untuk bisa kembali melakukan hal-hal negatif. Namun, dengan penerimaan dari keluarga dan masyarakat, mantan narapidana bisa diberdayakan,” tandas Edy Hartono.
Lebih jauh Edy Hartono menuturkan, ketika masyarakat mengakui keberadaan mereka memiliki manfaat dan banyak yang bisa dilakukan maka tidak selayaknya kehadiran mereka dijadikan pro kontra. Justru, ketika masyarakat tidak terima dan dianggap sampah, mantan narapidana bisa saja kembali lagi melakukan kejahatan maupun pelanggaran yang lebih kejam lagi.
Dengan mengantongi gelar “mantan narapidana” maka beban mereka sangat berat saat menjalani kehidupan normal, sehingga mereka perlu memiliki bekal keterampilan yang dapat membantu mereka dalam mencari nafkah. “Semoga pembinaan pertukangan dan pembuatan gasebo ini mampu memberikan manfaat yang besar bagi warga binaan dan mantan narapidana serta masyarakat,” pugkasnya. [Sawawi/Samsul Tahar]

Tags: