Skema Pembelajaran Tatap Muka Disiapkan, Sekolah Tunggu Regulasi

Kacabdindik Jatim Wilayah Surabaya-Sidoarjo, Lutfi Isa Anshori

Jumlah Siswa Masuk Terbatas, Jam Mengajar Berkurang Hingga Memampatkan KD
Surabaya, Bhirawa
Lembaga pendidikan SMA/SMK di Surabaya dan Sidoarjo bersiap melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan sejumlah protokol kesehatan Covid-19. Pelaksanaan pembelajaran tatap muka ini menunggu regulasi Pemprov Jatim dalam hal ini Dinas pendidikan.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jatim wilayah Surabaya dan Sidoarjo, Lutfi Isa Anshori menyebut jika pihaknya tengah menunggu regulasi dan aturan yng akan dikeluarkan Dinas Pendidikan Provinsi Jatim.
Selama menunggu tersebut, SMA/SMK di wilayaj Surabaya dan Sidoarjo diminta untuk menyiapkan diri dengan protokol kesehatan jika sewaktu-waktu ada kebijakan pembelajaran tatap muka.
“Secara kesiapan (pembelajaran tatap muka, red) sekolah sudah siap, karena persiapannya sudah dilakukan sejak tahun ajaran baru. Tinggal nunggu regulasi. Dan tak disangsikan semua menginginkan pembelajaran tatap muka,” jabarnya.
Kesiapan yang dimaksud Lutfi sapaan akrabnya, yakni dari sarana prasarana seperti tempat wastafel yang harus disesuaikan dengan rasio siswa, kantin sekolah harus dikontrol bagaimana pelayananannya, penyediaan masker cadangan.
“Dari orangtua juga kita serukan melalui sekolah jika anak-anak harus mengantongi ijin orangtua jika dilakukan pembelajaran tatao muka. Dan yang tidak kalah penting kesiapan psikologis siswa untuk memasuki kebiasaan baru ini,” jabarnya.
Artinya, penyelenggaraan pembelajaran di sekolah tidak penuh seperti sebelumnya. Skema yang digunakan bisa jadi jam pembelajaran tak lebih dari empat jam. Terakhir dari sisi perilaku yaitu penerapan pysical distancing.
“Kebiasaan baru ini tidak hanya dilakukan saat disekolah tapi menjelang sekolah, saat naik kendaraan umum dan kehidupan sehari-harinya. Kalau dulu tidak sempat mmeberi sosialisasi, sekarang ini bagian dari sosialisasi. Ada pihak sekolah maupun orangtua dan siswa yang berkaitan dengan perilaku. Bagaimana mendisiplinkan anak terhadap protokol kesehatan. Ini yang terus kita serukan,” tegas dia.
Sementara untuk kurikulum, Lutfi menjelaskan jika kepala sekolah dan guru melakukan pemetaan dan memprioritaskan kompetensi dasar (KD) tertentu untuk mengambil materi yang esensial.
“Ini kondisi yang menuntut inovasi dan kreatifitas guru dalam pembelajaran. Karena dengan durasi (mengajar) yang pendek, materi yang siftanya esensial harus dikemas agar siswa mudah mengerti. Tidak ada perubahan untuk kurikulumnya tapi ada skala prioritas. Tekniknya bagaimana guru yang lebih tahu, dengan durasi yang mungkin separohnya 45 menit normal pembelajaran,” ujar dia.
Terlebih sebelum masuk tahun ajaran baru, sekolah mengadakan in hous training untuk pembekalan guru-guru dalam satu semester materi apa yang harus disampaikan. Dari materi yang disampikan harus sesuai dengan kondisi saat ini. Kemudian jika tatap muka akan dilakukan penyesuaian dengan jumlah siswa terbataa, pembelajaran daring atau kombinasi keduanya.
“Sejauh ini kita belum lakukan simulasi. Karena belum ada yang masuk sekolah. Tapi prosedur dan protokol bisa dilaksanakan. Kalau dibilang siap, kita siap. Kita tunggu regulasi dari provinsi untuk pembelajaran tatap mula,” pungkasnya.
Terpisah, SMK PGRI 13 Surabaya misalnya, telah lebih dahulu melakukan persiapan pembelajaran tatap muka termasuk simulasi agar aktifitas belajar mengajar tetap berlangsung tanpa mengesampingkan protokol kesehatan cegah Covid-19.
Kepala Sekolah SMK PGRI 13 Surabaya, Sri Wiludjeng menjelaskan, pada Juni 2020 pihaknya telah menyiapkan beragam langkah pencegahan Covid-19 sehingga penyebaran Covid-19 bisa dicegah di lingkungan sekolah.
“Kami sudah membentuk satgas anggotanya dari Kepala Sekolah, Wakil kepala sekolah, ketua perguruan studi, guru sampai dengan siswa,” kata Sri.
Menurut Sri, satgas ini bertanggung jawab untuk menerapkan SOP protokol kesehatan agar penyebaran Covid-19 bisa dicegah.
Disamping pembentukan satgas, persiapan lain diantaranya pemeriksaaan suhu badan menggunakan thermal gun sebelum siswa masuk sekolah. Selain itu, diwajibkan membersihkan diri di bilik disinfektan yang cairannya aman untuk tubuh, mencuci tangan dengan hand sanitizer serta menata bangku sekolah berjarak 1 sampai 1,5 meter sebagai langkah menerapkan Physical Distancing.
“Kondisi kelas yang pertama harus steril, yakni disemprot disinfektan terlebih dahulu semua ruangan baik didalam maupun diluar,” tambahnya.
Pihak sekolah juga membatasi waktu pengajaran selama 4 jam dan dibagi 2 shift, agar ratusan siswa yang bersekolah di tempat ini bisa mengikuti pelajaran tanpa terkecuali. Selain itu guru dan murid juga diwajibkan memakai masker dan face shield.
“Untuk mengantisipasi siswa berkumpul pada jam istirahat maupun pulang, sementara kantin sekolah ditutup. Jadi tiap siswa tidak diperbolehkan ke kantin, sebagai gantinya mereka dianjurkan membawa makanan dari rumah dan mengkonsumsinya di dalam kelas,”lanjutnya.
Puskesmas setempat juga dilibatkan dalam protokol kesehatan SMK PGRI 13 untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 yang belum usai, dimana ketika siswa saat masuk sekolah dan suhu tubuhnya diatas batas ketentuan, siswa tersebut segera dibawa ke Unit Kesehatan Sekolah (UKS) untuk segera dievakuasi dan mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Hal tersebut pun telah diketahui orangtua.
“Kami sudah punya MoU. Jadi MoU itu antara lain antara sekolah dengan pihak puskesmas, antara lain dengan catatan yang ada hubungannya kalau sewaktu-waktu kena virus corona, nah ini kita sudah secara emergency sudah aman,” tegasnya. [ina]

Tags: